Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Dewasa dan Tua

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 27 Agustus 2020, 00:48:02

Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang

Ada kesan kuat dan mendalam melewati Hari Raya Idul Adha kali ini. Di tengah pandemi yang belum berakhir, dengan bayang resesi dan korban yang terus terjadi, dibarengi pesan indah kisah Kekasih Allah yang abadi, mengkristalkan warisan luhur kehidupan yaitu dewasa dan tua. Mungkin kita masih ingat sebuah iklan yang pernah populer di media masa tempo dulu; “menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan.” Namun kali ini, kita dituntut untuk menjadi dewasa, seiring usia kita yang terus menua. Sebab banyak masalah datang, ketika kita memasuki usia tua, terutama untuk terus konsisten beribadah sampai husnul khatimah.

Mari kita cermati bersama, walau ada perbedaan dari beberapa tarikh, kita ambil yang paling muda sebagai rujukan, yaitu; Nabi Ibrahim mempunyai anak pertama yaitu Nabi Ismail, pada usia 86 (98) tahun dan mempunyai anak kedua Nabi Ishak, berusia 100 (120) tahun. Itu adalah usia uzur bagi umat Muhammad seperti kita ini, yang telah disematkan berusia antara 60 – 70 tahun, dan sedikit yang melewatinya. Namun, di usia itu, Nabi Ibrahim justru terus dituntut untuk tetap berkiprah dalam beribadah. Tak surut.

Kala muda membuat kisah heroik dengan memecah kepala patung, dibakar hidup-hidup, dan di usia tua membuat tuntunan ritual berqurban dahsyat lewat perintah penyembelihan Ismail. Dari muda sampai tua konsisten melaksanakan perintah Allah, amar ma’ruf nahi munkar sampai ajal menjemput di usia 175 tahun. Nabi Ibrahim memberikan contoh nyata menjadi tua dan dewasa. Dewasa dalam mengambil pilihan-pilihan hidup, bahkan yang pelik sekalipun. Selalu mengutamakan urusan Allah, kehidupan akhirat, kehidupan setelah mati dan menyiapkannya dengan baik dan sempurna. Kira-kira apa yang bisa kita perbuat di usia itu, seandainya Allah berkenan memberi umur panjang? Bisakah kita tetap dewasa sekaligus di usia tua ini.

Bagi kita, ketika tua tidak hanya terjadi penurunan fungsi panca indera, tetapi juga ada ancaman lain berupa pikun, kesehatan dan ekonomi dalam menjaga kelangsungan ibadah. Jika tidak punya kedewasaan dalam sikap dan tingkah, tentu menjadi tambahan masalah untuk bisa husnul khatimah. Maka, hati-hati dengan iklan “menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”, bisa-bisa itu menjadi kenyataan. Kita tak pernah dewasa walaupun usia sudah tua bahkan sampai tutup usia. Untuk itu, mari kita berlomba untuk menjadi dewasa dan tua. Sebagai tolok ukurnya kita resapi ayat indah berikut ini. (Surat Al-Ahqaf:15)

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Jika belum juga memberikan pencerahan batin dengan ayat di atas, hadits indah berikut mungkin menyadarkan di usia kita yang sudah menua ini.

Dari Ibnu Umar, sesungguhnya dia berkata; Aku bersama Rasulullah SAW, kemudian datang seorang lelaki Anshar dan bertanya; “Ya Rasulullah manakah mukmin yang utama?” Rasulullah SAW menjawab; “Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya.” Kemudian rojul berkata: “Manakah mukmin yang cerdas?” Rasulullah SAW bersabda; “Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang yang cerdas.”

Namun, jika dalil-dalil ini belum juga menyentuh sanubari, berarti memang Anda belum dewasa.


Sumber berita : https://ldii.or.id/dewasa-dan-tua/

built with : https://erahajj.co.id