Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Salah satu hikmah yang diberikan Allah di dalam bulan Ramadhan adalah diperlihatkannya kemudahan-kemudahan dalam menjalani kehidupan ini. Tak lain, agar umat manusia mengerti dan memahami bahwa beragama itu mudah. Allah mengharapkan yang gampang dan tidak menghendaki yang susah-susah. Dan Rasulnya pun menegaskan; agama itu mudah.
Tengoklah kisah warisan sahabat Abu Hurairah sebagai refleksinya. Penuh berkah, sarat makna, bertabur keluasan. Abu Hurairah berkata; “Suatu hari kami pernah duduk-duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istriku, padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”.
Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.” (HR. Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111).
Hadits ini seperti air suci yang dipercikkan untuk mengobati luka jiwa sehingga mengerti dan memahami betapa indahnya agama Allah. Bagaimana mencari keadilan dan dicontohkan bagaimana cara menghukumi. Hadits ini membuka tabir gelap hati, sehingga bersinar dengan cahaya hikmah dan keindahan. Sejuk, damai, menyelesaikan dan menyejahterakan. Ternyata tidak menerima hukuman, malah menerima anugerah. Dan masalah pun selesai.
Demikianlah itulah totalitas; yang dilakukan dengan benar. Benar-benar tulus, benar-benar ikhlas dan benar-benar lapang dada. Sebab banyak orang yang ingin bertaubat, berbuat kebaikan, nahi mungkar, urung dikerjakan karena banyaknya pertimbangan, keburu terkalahkan.
The post Catatan Ramadhan (3): Agama Itu Mudah appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/catatan-ramadhan-3-agama-itu-mudah/