Jakarta, 24 Juli 2025 — Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan 15 mitra strategis, termasuk DPP LDII, dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan program prioritas Presiden Prabowo Subianto, khususnya Asta Cita ke-6. Penandatanganan ini digelar di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, pada Rabu (23/7).
Kegiatan ini mencerminkan komitmen bersama dalam mengakselerasi transformasi desa sebagai pusat pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat. Menteri Desa dan PDT, Yandri Susanto, menekankan bahwa pembangunan desa tidak bisa dilakukan secara parsial.
“Desa harus menjadi fokus pembangunan. Membangun desa berarti membangun Indonesia. Karena itu, kita tidak bisa bekerja sendiri—kita harus menjadi super tim melalui kolaborasi lintas sektor,” ujar Yandri.
Ia menjelaskan, Kemendes telah merumuskan 12 program aksi dalam kerangka “Bangun Desa, Bangun Indonesia”. MoU yang ditandatangani hari ini diarahkan untuk mendukung pelaksanaan program-program tersebut secara konkret.
Yandri juga menyampaikan pentingnya MoU ini sebagai upaya nyata dalam mewujudkan Asta Cita ke-6 Presiden Prabowo, yang menekankan pentingnya pemerataan pembangunan hingga ke tingkat desa. “Saat ini masih ada lebih dari 10.000 desa tertinggal dan 20.000 desa belum terjangkau sinyal. Ini menjadi peluang bagi kita semua untuk berkontribusi dan mengabdi,” tuturnya.
Hingga saat ini, Kemendes telah menandatangani 48 MoU, dan akan terus memperluas jalinan kerja sama dengan 80 mitra lainnya. “Kolaborasi ini adalah bagian dari strategi besar menuju Indonesia Emas 2045. Kami akan kawal implementasinya agar tidak berhenti di atas kertas,” tegasnya.
Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyambut positif kerja sama ini. Menurutnya, kolaborasi LDII dengan Kemendes PDTT bukanlah hal baru, dan telah berjalan secara nyata di berbagai daerah.
“Kerja sama ini sudah terwujud, salah satunya melalui panen bibit sorgum bersertifikat di Kabupaten Blora bersama Pak Menteri. Saat ini kami juga tengah mengembangkan bibit untuk penanaman berkelanjutan,” ujar KH Chriswanto.
Ia menilai sorgum memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Selain bijinya yang dapat diolah menjadi bahan makanan, batangnya juga bermanfaat sebagai pakan ternak—terutama di wilayah seperti Blora yang memiliki populasi sapi terbesar di Indonesia.
“Kami berharap kerja sama ini tidak hanya berlangsung antara dua pihak, tapi melibatkan banyak institusi, agar bisa saling memperkuat dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa,” imbuhnya.
KH Chriswanto juga menegaskan bahwa LDII telah menjalankan berbagai program berbasis desa jauh sebelum penandatanganan MoU ini. Program-program tersebut mencakup sektor pertanian, kesehatan, pendidikan, ekonomi koperasi, hingga dakwah dan pembangunan karakter.
“Sebagian besar warga LDII tinggal di desa. Karena itu, kami berkepentingan langsung dalam mendorong pembangunan dari desa. Pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan bisa dimulai dari sana,” katanya.
Selain bidang pertanian, LDII juga aktif dalam pembangunan pendidikan dan dakwah di pedesaan, melalui pendirian majelis taklim, sekolah, dan pondok pesantren. “Pendidikan agama dan pembinaan karakter generasi muda menjadi prioritas kami. LDII juga aktif dalam penanganan stunting, pemanfaatan teknologi digital, dan pengembangan ekonomi syariah yang bisa bersinergi dengan program-program Kemendes,” pungkasnya.