Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Tak bisa mengelak. Dalam bahasa para tetua sering mengingatkan dengan kata-kata indah; fabi-ayyi alaa’i robbikuma tukadzdziban – maka dengan nikmat Tuhan kalian (jin dan manusia) yang mana, yang bisa kalian dustakan? Semua tersaji dan tersedia begitu melimpah. Untuk kita, dari Yang Maha Pencipta.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ أَنْزَلَ مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً بَيْنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِّ فَبِهَا يَتَعَاطَفُونَ وَبِهَا يَتَرَاحَمُونَ وَبِهَا تَعْطِفُ الْوَحْشُ عَلَى وَلَدِهَا وَأَخَّرَ اللَّهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ”
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu’alaihi wassalam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.” (HR Muslim)
عن أَبَي هُرَيْرَةَ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ “ جَعَلَ اللَّهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ جُزْءًا، وَأَنْزَلَ فِي الأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ، حَتَّى تَرْفَعَ الْفَرَسُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُ
Dari Abu Hurairah, dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam bersabda, “Allah telah menciptakan rahmat yang terbagi atas 100 bagian. Di akhirat ada 99 dan Allah menahannya hingga hari akhir. Sedangkan satu bagian Allah turunkan di dunia. Maka dengan satu bagian di dunia setiap makhluk seluruh alam semesta berkasih sayang saling mencintai. Sehingga seekor kuda pun atas rahmat Allah seketika mengangkat kakinya karena khawatir dirinya menginjak sang anak kuda ketika berada di bawahnya.” (HR Bukhari)
Dari sini, secara kodrati, manusia sepenuhnya berbahankan cinta. Perhatikanlah kejadiannya dengan seksama. Awal prosesnya, saat pernikahan, kedua orang tuanya bersatu atas nama cinta. Kemudian awal pembentukannya, dimulai kedua orang tua berpelukan menyatu penuh cinta. Ketika lahir, ibunya menyusui penuh kasih dan pelukan cinta. Pada masa kanak-kanak, banyak ayah yang tidak jadi memasukkan apel ke mulut, hanya karena mau berbagi cinta dengan sang anak. Makanan, minuman, buah-buahan manusia datang dari alam yang berlimpah-ruah cinta di segala masa. Sesungguhnya kehidupan laksana hujan cinta yang tiada hentinya. Sayangnya banyak orang yang memayungi diri dengan keangkuhan, sehingga badannya kering dari hujan rahmat cinta. Hasilnya bukan banjir cinta, melainkan kebencian di mana-mana.
يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir.” (QS An-Nahl:83)
Berdiri di atas kesadaran seperti inilah kemudian banyak pencerah sepakat untuk membangun kembali rumah cinta, agar cinta hidup di mana-mana. Pondasi awalnya ialah mengawasi jalannya pikiran secara rapi. Ketika senang diawasi, tatkala sedih juga diawasi.
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Wa ma bikum min ni’matin faminallahi – Dan apa saja nikmat yang ada padamu dari Allah-lah datangnya.” (QS An-Nahl:53).
Jangan terlalu melekat dengan hal-hal yang menyenangkan, menolak yang menjengkelkan, bosan dengan hal-hal biasa. Sadari bahwa yang menyenangkan berpasangan dengan hal-hal yang menjengkelkan (seperti malam berpasangan dengan siang), maka berputarlah kehidupan dalam siklus tanpa akhir: senang, sedih, bosan dan seterusnya. Lihat emosi dan pikiran yang naik turun seperti seorang nenek penuh cinta sedang melihat cucu-cucunya berlari ke sana ke mari. Semuanya sudah, sedang dan akan baik-baik saja. Atau lihat keseharian yang digerakkan senang, sedih, bosan seperti melihat aliran air di sungai. Kadang bergulir ke sisi kesenangan di sebelah kanan, kemudian berlalu. Kadang bergulir ke sisi kesedihan di sebelah kiri terus mengalir berlalu.
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al-Kahfi:45-46)
Di atas siklus yang terawasi rapi ini, kemudian dibangun tiang-tiang keseharian berupa amal-amal kabaikan. ‘Bila tidak bisa membantu cukup jangan menyakiti’, demikian pesan sejuk seorang guru. Atap rumah cinta kemudian bernama “kaya karena rasa berkecukupan”. Dalam bahasa seorang bapak yang amat mencintai anaknya: ‘dalam rasa berkecukupanlah letak kekayaan teragung’. Sebagai hasilnya, terbangunlah rumah-rumah cinta yang sejuk dan teduh.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh —baik laki-laki maupun perempuan— dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik: dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl:97)
Agar rumahnya tidak pengap, ia memerlukan pintu dan jendela. Pintunya bernama deep listening. Mendengarkan penuh perhatian. Jendelanya berupa loving speech. Percakapan dan pergaulan penuh cinta. Sebagaimana sudah menjadi rahasia banyak pencerah, kesediaan untuk mendengarkan adalah sebuah penyegar banyak kepengapan jiwa di zaman ini. Tidak sedikit pasien yang sudah mendapatkan sebagian penyembuhan hanya dengan didengarkan. Dan bila harus berbicara, berbicaralah dengan bahasa-bahasa cinta. Seorang sahabat dengan kata-kata yang berkarisma, pernah ditanya kenapa kata-katanya demikian berkarisma. Dengan tangkas ia menjawab, “Gunakan kata-kata hanya untuk membantu, bukan untuk menyakiti”. Kombinasi antara kesediaan mendengar dengan kata-kata yang penuh cinta inilah yang membuat rumah cinta penuh kesegaran.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya.” (HR Bukhari)
Meminjam hasil kontemplasi orang-orang suci, dalam rumah cinta ada sebuah pesan indah; “Bila ada waktu merenung-renungkanlah kekurangan-kekurangan Anda. Jika ada waktu berbicara, bicarakanlah kelebihan-kelebihan orang lain.” Laksanakan cinta, kemudian lihat bagaimana ia membuka keindahan dirinya. Kata-kata hanya penghalang pemahaman. Dan sebagai ujian kecilnya cobalah membandingkan pikiran kita dengan hal sederhana ini. Dalam pikiran yang dipenuhi rasa cinta, matahari akan disebut menerangi, memberi energi, sumber kehidupan. Dalam pikiran yang penuh keluhan, ia dilabeli panas, sumber kekeringan, awal paceklik, bermula penderitaan. Padahal, sejatinya sama. Dan dimanakah pikiran kita berada?
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS Al-Kahfi:28)
Dan kita akan lebih terkejut lagi, jika mampu membandingkan dengan hadist berikut ini. Dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda dalam satu doanya,
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ فِي دُعَائِهِ : ” اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّهُ عِنْدَكَ، اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ قُوَّةً لِي فِيمَا تُحِبُّ، اللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ فَرَاغًا لِي فِيمَا تُحِبُّ * رواه الترمذي
Dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda dalam salah satu doanya, “ Ya Allah, berilah aku rezeki cintaMu dan cinta orang yang bermanfaat buatku cintanya di sisiMu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu kebebasan untukku dalam segala hal yang Engkau cintai.” (HR. At-Tirmidzi)
اللَّهُمَّإِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِرواه الترمذي
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih kucintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang dingin (di padang yang tandus) (HR. At-Tirmidzi)
Ayo, bangun rumah cinta kita!
The post Rumah Cinta appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/rumah-cinta/