Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Dahnil Anzar Soroti Ancaman Kedaulatan Bangsa di Sekolah Virtual Kebangsaan LDII

Kategori : , Ditulis pada : 24 Agustus 2025, 10:26:13

Jakarta (23/8). Pemerhati politik pertahanan sekaligus Juru Bicara Presiden Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, menilai Indonesia menghadapi dua kutub ekstrem dalam menjaga kedaulatan bangsa. Pertama, munculnya paham agnostik negara yang menganggap keberadaan negara tidak penting. Kedua, radikalisasi agama yang menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan negara.

1.jpeg

Hal itu disampaikan Dahnil saat menjadi pembicara Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) yang digelar DPP LDII di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, Sabtu (23/8/2025). Ia menegaskan, ancaman terhadap kedaulatan bangsa bukan hanya soal ideologi, tetapi juga berkaitan dengan ketahanan pangan, air, dan energi.

“Pertahanan bukan cuma soal tank dan senjata. Kalau kita kalah di pangan, energi, dan teknologi, kita bisa kalah tanpa perang,” ujarnya.

Dahnil menyinggung pernyataan Presiden Prabowo Subianto pada 2014 yang sudah mengingatkan adanya ancaman non-militer di masa depan. Menurutnya, kondisi global saat ini membuktikan hal itu. Ia merujuk laporan The Economist (2018) yang menyebut Amerika Serikat dan Eropa lebih siap menghadapi krisis pangan 2035.

“AS belum menguras energi domestiknya, tapi sudah mengamankan cadangan lewat kendali di Timur Tengah. Eropa merevitalisasi pertanian. Mereka jauh lebih siap. Kalau kita tidak serius mengurus pangan dan air, kedaulatan kita akan goyah,” tegasnya.

Lebih jauh, Dahnil mendorong pondok pesantren LDII untuk bertransformasi menjadi pusat riset pangan, energi terbarukan, dan teknologi terapan. “Beasiswa ke luar negeri jangan hanya untuk studi fiqih. Anak-anak muda LDII juga harus belajar teknologi pangan, energi, dan sains. Arab Saudi saja sudah maju dalam teknologi pangan, mengapa kita tidak meniru?” ujarnya.

Menurut Dahnil, LDII memiliki posisi strategis dalam lanskap ormas Islam. Jika Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama membangun nilai keislaman dalam kebangsaan sejak sebelum kemerdekaan, maka LDII disebut sebagai organisasi yang mengoperasionalkan nilai-nilai itu dalam praktik nyata.

“LDII ini sudah produk jadi. Tinggal bagaimana generasi mudanya mengimplementasikan warisan itu dalam menghadapi tantangan kontemporer,” katanya.

Ia menambahkan, sejarah panjang LDII menunjukkan kemampuan organisasi ini dalam menyatukan nilai Islam dengan Pancasila. “Kalau ada ormas Islam yang otentik Indonesia, itu LDII. Ia lahir dari proses politik Indonesia,” tegasnya.

Meski perjalanan LDII tidak selalu mulus dan pernah mendapat stigma, Dahnil menilai generasi muda LDII kini memiliki peluang besar membalikkan sejarah. “Kekuatan sejati LDII ada pada konsistensi memadukan Islam dengan semangat kebangsaan. Itu warisan yang harus dihidupkan kembali,” ujarnya.

2.jpeg

Dahnil juga menekankan bahwa Islam paling ideal justru tumbuh di Indonesia, termasuk di dalam tubuh LDII. Islam di Indonesia, menurutnya, berhasil bersenyawa dengan Pancasila tanpa menghapus keberagaman. “Kunci Pancasila adalah dialog dan penghormatan. Itu modal pertahanan bangsa kita,” jelasnya.

Ia pun mengapresiasi LDII yang memberi ruang ekspresi luas bagi generasi muda, khususnya melalui media sosial. “Saya senang LDII agresif memberi anak muda ruang berekspresi di sosmed. Ini cara cerdas agar dakwah Islam tetap relevan dengan zaman,” pungkas Dahnil.

built with : https://erahajj.co.id