“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
Penjelasan tentang takwa dapat dengan mudah diperoleh di Al-Quran, karena letaknya di bagian yang sangat awal, yaitu di Al-Baqoroh ayat 3 dan 4. Jadi tidak sulit mencarinya.
Orang takwa adalah mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Allah berikan kepada mereka, beriman kepada Al-Quran dan kepada kitab-kitab lain sebelumnya yaitu Taurat, Zabur dan Injil, dan, terakhir, yakin akan adanya akhirat.
Ada hal-hal yang belum tercantum dalam penjelasan takwa diatas. Tentu saja, karena itu penjelasan ringkasnya. Adapun penjelasan rincinya ada di Al-Hadits. Maka itu, mengkaji Al-Quran dan Al-Hadits adalah sebuah keniscayaan.
Dalam kalimat yang lebih ringkas lagi, takwa adalah mengerjakan semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya. Begitu banyak perintah-Nya yang harus dikerjakan: harus ini, harus itu; dan begitu banyak larangan-Nya yang harus dijauhi: tidak boleh ini tidak boleh itu.
Begitu banyaknya dan masifnya peraturan agama yang harus dikerjakan dan harus dijauhi, sehingga membuat hidup menjadi terkekang.
Masih segar dalam ingatan di sebuah jamuan makan di kampus saat mengambil S2 di NC State University di Amerika, Profesor pembimbing penulis bertanya:
“You tahu makanan dan minuman paling enak sedunia? Pork and beer!” katanya sambil melihat piring berisikan salmon steak dan gelas berisikan soft drink. Di sana, gelas untuk wine, beer dan soft drink berbeda-beda. Jadi tidak bisa “ngibul” mengisi gelas bir dengan coca-cola.
Itulah setitik contoh betapa dengan peraturan agama, hidup menjadi terkekang. Bahkan lebih dari itu: terpenjara. Nabi bersabda bahwa dunia itu sijnul mu’miniin – penjaranya orang iman.
Maka dari itu, sebagai orang takwa, merasalah menjadi manusia yang terpenjara. Terpenjara bukan dengan jeruji besi, melainkan dengan peraturan agama. Mengerjakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya.
Dan ganjarannya besar sekali. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya atas kesulitan-kesulitan, kesusahan-kesusahan yang dialaminya, baik kesusahan di dunia maupun kesusahan nanti di akhirat. Ada satu lagi: Allah akan memberi rezeki kepada orang takwa secara tidak disangka-sangka. Rezeki surprise. Rezeki kejutan.
Tantangan terbesar untuk menjadi manusia takwa masa kini adalah begitu banyaknya celah dan permisif untuk melakukan “dosa-dosa kecil”. Padahal setiap dosa kecil akan meninggalkan noktah hitam di dalam hati, yang akhirnya terakumulasi dan bisa beresiko menyeret manusia untuk berbuat “dosa besar”.
Bahkan di saat sebulan penuh melaksanakan program “5 Sukses Ramadhan”, godaan untuk melakukan dosa-dosa kecil tetap saja ada, padahal ghuliqotisy syayaatiin – majelis para syetan sudah diikat.
Kaligrafi di atas adalah tentang adanya pertolongan dan rezeki kejutan bagi orang takwa. Bisa di print dan dipasang di dinding sebagai reminder bagi yang melihatnya. Terdiri dari 2 ayat Al-Quran. Surat apa dan ayat berapa, serta bagaimana membacanya, silahkan klik gambar berikut ini:
Imbalan menjadi manusia takwa adalah sukses masuk sorga selamat dari neraka. Konsekwensinya harus mau dipenjara dengan jeruji peraturan agama. Yang menjadi indah adalah, kepada orang di dalam penjara Allah masih memberikan pertolongan dengan kemudahan-kemudahan, dan memberi rezeki bahkan yang tidak disangka-sangka.
Nah, kalau sudah begitu, mengapa masih saja “iseng” mengerjakan dosa-dosa kecil yang bisa berakibat menyeret menjadi orang durhaka? Kenapa tidak totalitas saja dengan meninggalkan dosa-dosa kecil demi menjadi orang yang takwa?
The post Pertolongan dan Rezeki Kejutan appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/pertolongan-dan-rezeki-kejutan/