Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Esai: Cahaya Kebahagiaan

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 25 September 2020, 08:23:35

Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang

Setiap hal yang datang akan pergi. Yang lahir, pasti mati. Itu sebabnya, banyak pejalan kaki ke dalam diri mulai menyadari, hanya persahabatan dengan kehidupanlah yang akan menyejukkan. Jangan menentangnya. Bersahabat dengan karir yang lagi menanjak itu mudah. Bergandeng tangan dengan kesuksesan itu gampang.

Namun bersahabat dengan cacian orang, hinaan dan musibah, hanya orang bijaksana yang bisa melakukannya dengan benar. Itu sebabnya seorang sahabat menghabiskan sebagian waktunya untuk menyapu dan mengepel lantai. Bukan karena tidak bisa membayar pembantu. Namun sedang mendidik diri bersahabat dengan kehidupan di bawah. Seperti menetesi batu dengan air, setelah sekian lama batunya berlubang. Demikian juga dengan latihan menjadi rendah hati. Ia seyogyanya dilakukan secara tekun, baru esok memberi dampak perubahan.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (Rowahu Muslim ).

Serupa dengan para pegiat yang pernah duduk di kursi-kursi tinggi baik di dunia korporasi maupun birokrasi, kekuasaan kerap memaksa manusia mengenakan topeng-topeng keangkuhan, kesombongan, kemarahan. Baik karena dalih wibawa maupun karena alasan efektifitas kekuasaan, tuntutan profesi atau kebutuhan jabatan. Namun karena dilakukan bertahun-tahun, topeng-topeng itu kemudian menyatu dengan diri pribadi mereka. Ini serupa dengan memelihara macan dalam kamar, lama-lama kita dimakan oleh macan kesombongan, sekaligus dibuat menderita. Di titik inilah manusia memerlukan kerendahan hati untuk kembali ke bawah. Tidak hanya melihat, tetapi menghayati sendiri hal – hal yang dianggap remeh dan rendah ini.

عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ‏”‏ ‏.‏ هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ

Dari Abi Shalih, Dari Abu Huroiroh, ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” Ini hadits shahih (Rowahut Tirmidzi)

Menyapu, mengepel, membantu isteri merapikan piring-piring kotor, menemani anak-anak mengerjakan PR, itulah rangkaian hal sepele namun menyejukkan. Tidak saja kita bahagia, isteri juga bahagia, anak-anak pun bertumbuh riang. Dan dalam setiap lingkungan yang ditandai oleh sedikit kemarahan dan perselisihan, alam akan berbicara dengan bahasa-bahasa kosmik yang indah berupa datangnya kupu-kupu, berkicaunya burung, bernyanyinya kodok sampai dengan mekarnya bunga yang penuh kebahagiaan dan kedamaian.

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”

Dari Urwah, ia bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah ﷺ tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad)

Cahaya kebahagiaan yang sesungguhnya mulai menyala ketika seseorang menemukan kebahagiaan dalam membahagiakan orang lain. Siapa saja yang mau dicintai, belajarlah mencintai orang lain terlebih dahulu. Sejuk, teduh, lembut, dan indah, itulah buah dari kehidupan jenis ini. Simaklah cahaya indah wasiat tua berikut ini.

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiyallahuanhu, pembantu Rasulullah ﷺ dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: ‘Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.’ (Rowahul Bukhari)

Namun, sebagaimana terjadi di setiap putaran kehidupan, tidak semua orang tertarik belajar keteduhan dan kesejukan. Layaknya sungai, selalu ada air yang lembut, sekaligus batu yang keras. Dan keduanya hadir bersama-sama melukis keindahan. Bagi para sahabat yang belum sampai di sini, akan mudah menduga sahabat yang suka menyapu dan mengepel dengan penilaian yang miring. Dan ini pun layak dihormati. Namun ketika kita tidak marah, tidak menyakiti, sebaliknya malah menyayangi dan melayani, sesungguhnya sedang sedekah terindah kepada orang-orang yang kita cintai. Lebih dari mobil lux dan barang mewah selebrasi orang-orang kaya masa kini. Bahkan, lebih baik dari dunia dan seisinya. Namun, semua itu perlu kebesaran hati, kesabaran, keikhlasan dan kesadaran yang dalam, sehingga tumbuh cahaya kebahagiaan refleksi dari sabda indah berikut ini.

عَنْ سَلَمَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِحْصَنٍ الْخَطْمِيِّ عَنْ أَبِيهِ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Dari Salamah bin Abdillah bin Mihshan Alkhamthiy dari Bapaknya (dan ia adalah seorang sahabat) berkata, Rasulullah ﷺ bersabda; “Barangsiapa di antara kalian merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan badan, dan diberi makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia seluruhnya.” (Rowahut-Tirmidzi)


Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-cahaya-kebahagiaan/

built with : https://erahajj.co.id