Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Esai: Optimasi

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 16 September 2020, 12:51:24

Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang

Tidak dahulu, tidak sekarang, semangat berkompetisi selalu ada. Mulai dari yang kecil sampai hal yang besar. Disadari maupun tidak. Bahkan kalau mau lebih dalam lagi meneliti, bukan dalam hal kebaikan saja, dalam hal kejelekan pun sama. Sebagaimana layaknya kompetisi, selalu bisa ditebak ujung akhirnya yaitu lahirnya pemenang. Itulah dunia.

Namun, ada teladan indah dalam hal ini yang layak dijadikan renungan bersama. Harapannya, tetap ada kompetisi, tidak menghapuskannya. Bedanya, kompetisi yang satu ini melahirkan banyak pemenang. Bahkan semua yang mengikutinya akan keluar sebagai pemenang. Tidak ada yang terkalahkan. Seperti apa kompetisi itu? Simak kisah indah di bawah ini.

حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ النَّضْرِ التَّيْمِيُّ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، ح قَالَ وَحَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ، كِلاَهُمَا عَنْ سُمَىٍّ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، – وَهَذَا حَدِيثُ قُتَيْبَةَ أَنَّ فُقَرَاءَ، الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ‏.‏ فَقَالَ ‏”‏ وَمَا ذَاكَ ‏”‏ ‏.‏ قَالُوا يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ وَلاَ نُعْتِقُ ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ ‏”‏ ‏.‏ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ‏.‏ قَالَ ‏”‏ تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ مَرَّةً ‏”‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو صَالِحٍ فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ‏”‏

Dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah (Dan ini hadits Qutaibah) sesungguhnya orang-orang fakir dari golongan Muhajir datang menghadap Rasulullah (ﷺ) seraya berkata; “Orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal.” Maka Rasulullah (ﷺ) bersabda; “Dan apa maksudnya itu?” Mereka berkata; “Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami berpuasa, mereka bersedekah tetapi kami tidak mampu bersedekah, mereka bisa memerdekakan budak kami tidak bisa.” Rasulullah (ﷺ) lantas bersabda; “Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan.” Mereka menjawab; “Baik ya Rasulullah.” Rasulullah (ﷺ) bersabda; “Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.” Berkata Abu Shalih; “Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap Rasulullah (ﷺ), mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan lantas mereka pun melakukan semisal itu.” Rasulullah (ﷺ) kemudian mengatakan, “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.” (Rowahu Muslim)

Inti dari kompetisi ini adalah kompetisi untuk melakukan hal yang terbaik dalam hidup ini, dari setiap kesempatan dan kondisi yang Allah berikan kepada kita. Tidak miskin, tidak kaya, mau pintar maupun tidak, bukan masalah. Tuntutannya hanya satu: optimalkan apa yang diberikan Allah sebaik-baiknya. Karena, dengan begitu kita sudah menyentuh apa yang dimaksudkan Rasulullah (ﷺ) di ujung sabdanya; “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.” Walau amalan sama, apabila berbeda cara optimasinya, akan berbeda hasilnya.

Pekerjaan rumahnya sekarang, banyak yang belum mengoptimalkan hal itu. Masih lirik kiri, tengok kanan, masih ragu dan banyak mempertanyakan, tidak langsung fokus dan ihsan. Karena, bukan pada seberapa hebatnya ajaran itu, melainkan bagaimana bisa mendalami, meyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran itu dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang Allah berikan pada kita. Itulah optimasi, fokus pada apa yang kita punya dan mampu, bukan orang lain. Kalau mau jujur, di sinilah kita banyak yang jatuh, menyia-nyiakan dan berujung penyesalan.


Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-optimasi/

built with : https://erahajj.co.id