Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati Lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Memasuki bulan ketujuh pandemi Covid-19, belum tampak tanda-tanda akan mereda. Bahkan kasus positif terjangkit menembus rekor baru. Fantastis, lebih dari 3.000 kasus per hari di awal-awal September ini. Harapan adanya “September Ceria” pun kian jauh berada. Sekarang setiap daerah seolah-olah berlomba menciptakan rekor baru dari hari ke hari: menjadi yang terbanyak terjangkit. Masya Allah, lahaula wala quwwata illa billah.
Fakta-fakta ini menunjukkan satu hal, bahwa kebanyakan kita belum berkomitmen terhadap protokol yang sudah ditetapkan. Sebab walaupun belum diketemukan vaksinnya, pencegahan pandemi ini sebenarnya cukup sederhana: memakai masker, sering mencuci tangan atau pakai hand sanitizer dan menjaga jarak. Ada yang lantang dengan jargon hindari kerumunan atau kerennya dibahasakan “stay at home”. Sebagian pakar mendengungkan istilah VDJ – yaitu ventilasi, durasi dan jarak. Namun, apapun istilahnya: VDJ, 3M, stay at home, sebenarnya bertujuan sama.
Satu hal yang mengkhawatirkan saya dalam mengantisipasi perkembangan ini adalah misinterpretasi dan salah persepsi, yang kadang timbul tanpa kendali. Yaitu bentuk kepahaman, yang kelihatannya benar tetapi perlu ditata ulang. Hal ini terkait sinkronisasi atau keselarasan antara niat dan perbuatan. Karena ketidaksabaran dengan situasi ini, harus “stay at home” dan menjadi “asocial” untuk sementara waktu, membuat orang meremehkan dan sombong. Alih-alih mendasarkan diri dengan dalil mati syahid.
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌقَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ و حَدَّثَنِي عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَيَانٍ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِهِ قَالَ سُهَيْلٌ قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مِقْسَمٍ أَشْهَدُ عَلَى أَخِيكَ أَنَّهُ زَادَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَمَنْ غَرِقَ فَهُوَ شَهِيدٌ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَفِي حَدِيثِهِ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مِقْسَمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ وَزَادَ فِيهِ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ * رواه مسلم
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah ﷺ bersabda; “Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, orang yang meninggal karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati syahid.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, sedikit sekali jumlah umatku yang mati syahid.” Para sahabat berkata, “Lantas siapakah mereka ya Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena wabah penyakit (tha’un) juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid.” Ibnu Miqsam berkata, “Saya bersaksi atas bapakmu mengenai hadits ini, bahwa beliau juga berkata, “Orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid.” Dan telah menceritakan kepadaku Abdul Hamid bin Bayan Al Wasithi telah menceritakan kepada kami Khalid dari Suhail dengan sanad seperti ini, namun dalam haditsnya disebutkan; Suhail berkata; Ubaidullah bin Miqsam berkata, “Saya bersaksi atas saudara laki-lakimu bahwa dalam hadits ini dia menambahkan, “Barangsiapa meninggal karena tenggelam, maka ia syahid.” Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Bahz telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Suhail dengan sanad ini, dan dalam haditsnya dia menyebutkan; telah mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin Miqsam dari Abu Shalih dan dia juga menambahkan, “Dan orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid.” (Rowahu Muslim)
Sederet dalil yang menyebutkan bahwa mati karena wabah penyakit (tha’un) adalah syahid memang benar adanya. Namun dengan sebuah catatan, yaitu ketika bersabar, dengan tidak meremehkan dan tidak sombong dalam menghadapinya. Artinya, tetap mengikuti protokol, tidak merasa sehat dan tidak akan kena wabah, sehingga tercermin dalam perbuatannya yang terkesan sombong. Gak mau pakai masker, masih sering keluar rumah, suka kumpul-kumpul dan lain sebagainya. Dan ketika terkena, misalnya – na’udzubillahi min dzalik – tetap sabar dan terus husnudhon billah, niat tetap terjaga penuh pengharapan, dibarengi penerimaan yang dalam dan diakhiri kepasrahan yang menjulang kepada Allah. Kenapa hal ini saya sampaikan? Sebab, ada nasehat Mbah Guru Kehidupan dalam situasi ini agar kita tetap sabar menghadapi Covid-19 ini, jangan sombong dan jangan meremehkan.
Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-corona-10/