Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Sebelum MUI, LDII sudah Tahu Kiblat ke Barat Laut

Kategori : Berita, Lintas Daerah, Ditulis pada : 18 Juli 2010, 23:09:18
Antara/Syaiful Arif/vg

JAKARTA–MI: Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi DKI Jakarta menyatakan sudah mengetahui adanya perubahan arah kiblat sejak lama, sebelum keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa waktu lalu. Karenanya, sudah ada beberapa masjid LDII yang dibangun mengarah ke Barat Laut.

“Sebelum keluarnya fatwa MUI, kami sudah mengetahui hal tersebut dengan menggunakan google earth, sehingga ada beberapa masjid yang dibangun agak miring arahnya,” kata ketua DPP LDII DKI Jakarta KH Teddy Suratmadji MSc di Wisma LDII Patal Senayan Jakarta Selatan, akhir pekan lalu. LDII tidak memberikan seruan khusus kepada para jemaahnya terkait perubahan arah kiblat tersebut.

“Arah kiblat hanya tergantung niat saja dalam beribadah. Kami tidak ada seruan khusus untuk jamaah LDII mengenai hal tersebut, karena kiblat hanya sebagai arah saja. Kami juga memahami keterbatasan kita. Kami yakin hal tesebut akan dimaklumi Allah swt,” cetusnya.

Ia berpendapat, arah kiblat hanya merupakan permasalahan geografis saja, sehingga tidak perlu ada pembangunan mesjid baru, hanya tinggal memiringkan saja barisan di masjid. Jadi, tidak perlu ada pembongkaran masjid. “Untuk ibadah, kita pun tetap sah hanya tegantung niat dan tujuan kita saja,” pungkasnya.

Sebelumnya, MUI Pusat mengimbau para pengurus masjid di seluruh Indonesia untuk menera ulang arah kiblat mulai Rabu-Sabtu, 14-18 Juli, pukul 16.27 WIB. “Daerah mana pun yang mampu menerima sinar Matahari pada jam itu, kita bisa sederhana menera arah kiblat. Arah lawan bayangan itulah arah kiblat berada, karena jam itu posisi Matahari tepat berada di atas Kabah,” kata Sekretaris MUI Pusat Asrorun Niam.

Posisi Matahari pada jam itu atau pukul 12.27 waktu Arab Saudi yang tepat berada di atas Kabah berlaku di seluruh dunia. Jika pada bagian Indonesia tengah dan timur pada waktu itu masih bisa menerima Matahari, maka masjid-masjid di daerah itu bisa melakukan tera ulang dengan toleransi kurang lebih 5 menit.

“Tepatnya 16 Juli dengan waktu toleransi H-2 sampai H+2 juga masih akurat. Toleransi waktu plus minus 5 menit masih akurat,” ungkap Niam. (Bay/OL-5)

Sumber : Media Indonesia

built with : https://erahajj.co.id