Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Doa Akhir Ramadhan

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 19 April 2023, 15:23:12

Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Tanpa terasa, hari terus bergerak mendekati hitungan bulannya. Bisa jadi hanya 29 hari atau genap 30 hari. Siang demi siang, malam demi malam, bahkan waktu demi waktu setiap detik bulan Ramadhan telah kita lalui. Kehidupan yang lain daripada yang lain telah kita jalani di bulan yang kita sebut bulan suci ini. Ada hawa panas mencekik, terik siang menghadang, turun hujan yang menyejukkan dan dinginnya malam meninabobokan, semua mewarnai. Rasa haus yang mencekat, tekanan lapar yang mendera, rasa malas yang menggeliat dan godaan-godaan mata serta nafsu terus menghantui. Kita berdoa semoga kita mampu menyerap kesucian bulan ini. Mampu tidak hanya memaknai, tapi sekaligus menghayati puasa kita. Dengan harapan, nilai tambah diperoleh tidak hanya berupa ganjaran di akhirat, namun dapat merupakan peningkatan pribadi kita sebagai hamba-hamba mukmin yang tidak hanya tahu bersyukur, tetapi sangat menjiwai bagaimana bersyukur.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.”(QS Al-Baqarah :172)

Semua orang berdoa dengan penuh harap, sepenuh keyakinan hati dan diri, walau terus diliputi rasa cemas bertubi-tubi, semoga Ramadhan kali ini benar-benar berhasil mendidik kita menjadi manusia yang lain. Manusia-manusia pilihan, bukan yang menganiaya diri, tetapi setidaknya yang sedang-sedang saja dalam beribadah atau yang selalu berlomba dalam kebaikan dengan izinNya. Yaitu manusia yang tidak hanya menyadari kekhalifahannya, tapi sekaligus kehambaannya. Manusia yang saleh di hadapan Allah dan juga benar-benar saleh di hadapan sesama manusia. Tidak hanya di Ramadhan, tetapi di luar Ramadhan juga, bahkan untuk seterusnya.

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”(QS Fathir:32)

Tak pernah ketinggalan, semua kita berdoa dan berdoa, berlomba berdoa dan tak bosan-bosan terus berdoa, karena agaknya memang hanya berdoa itulah andalan kita selama ini. Apalagi bila mengingat sekian Ramadhan lepas begitu saja tanpa terlihat bekasnya pada pribadi kemusliman kita. Agaknya di era sekarang, atau setidaknya semenjak digaungkan globalisasi, perlu rasanya menyimak resep rahasia tua untuk memaknai lagi keislaman kita. Muslim yang paling baik menurut Pemimpin Agung kaum muslimin dan yang paling tahu tentang keIslaman, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ialah “Man salimal muslimuun min lisaanihi wayadihi.” Orang yang selalu menjaga agar lisan dan tangannya tidak melukai sesama. Jadi, bukan orang yang galak, tegas serta berkobar-kobar membela Islam dengan keganasan lisan dan tangannya. Harusnya santun dan mulia.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو – رضى الله عنهما – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مِنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Dari Abdullah bin ‘Amru ra., dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR Bukhari).

Dan sudah sepantasnya kita terus berdoa; (meminta ampun tepatnya), karena sekian Ramadhan terlewati begitu saja tanpa berhasil mendidik kita untuk menjadi manusia yang benar-benar jujur. Pendidikan jujur yang diberikan oleh puasa setiap Ramadhan, ternyata hanya berlaku –kalau pun berlaku— pada saat puasa di bulan suci itu saja. Sebagaimana pendidikan rendah hati dan kedermawanan yang hanya terserap –kalau pun terserap– tak seberapa dan sementara. Kejahilan pun terus berlangsung, bahkan dengan ide-ide yang semakin kreatif saja. Kalaupun berhenti, hanya karena rutinitas karena adanya taraweh dan tadarus. Kesombongan sebagai kaum yang merasa paling selamat, paling benar, dan paling mulia di sisi Allah, masih sangat kental terasa; meski kebanyakan kita tidak merasa. Kedermawanan yang ada pun masih sarat termuati pamrih-pamrih tersembunyi. Padahal peringatan akan hal ini telah tuntas ditunaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam wasiatnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ ‏ “‏ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ. وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ ‏”

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga. Betapa banyak orang yang bangun malam, tidak mendapatkan dari bangun malamnya kecuali begadang saja.” (HR Ibnu Majah)

Tak bisa dipungkiri, kita semua tekun berdoa; karena agaknya kita tidak mampu percaya bahwa puasa Ramadhan telah kita jalani sebagaimana mestinya. Apalagi sikap kita terhadap puasa Ramadhan terkesan masih terpaksa dan di bawah sadar minta dihargai. Himbauan “menghormati Ramadhan” apa maksudnya, kalau tidak si penghimbau ingin dibantu berpuasa atau ingin dihargai? Apakah Ramadhan butuh dihormati? Bukankah Ramadhan sejak awal sudah terhormat? Seolah-olah karena kita sudah mau berpuasa, mau mengekang nafsu dan syahwat, mau mengubah kehidupan yang sangat duniawi menjadi kehidupan ruhani, maka kita harus dihargai dan minta imbalan sana dan sini. Harusnya kita yang menghormati bulan Ramadhan, bukan orang lain yang kita minta menghormatinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad)

Dan lagi-lagi kita berdoa; (kalaulah tidak mau disebut berputus asa), karena kita belum bisa yakin sepenuhnya bahwa puasa kita telah berhasil menyeimbangkan diri kita sebagai manusia daging dan ruh, manusia dunia-akhirat. Apalagi sehari-hari di bulan suci ini, di samping tidak makan tidak minum di siang hari dan ramai-ramai taraweh dan tadarus, acara-acara duniawi yang bersifat daging, rupanya tidak mau begitu saja diabaikan. Misalnya acara bukber (buka bersama) tetapi melewatkan shalat maghrib, sebagai kewajiban utamanya. Bahkan kepentingan-kepentingan daging begitu lihai menyusup ke dalam ‘amalan-amalan ibadah’, seperti menyusupnya kepentingan-kepentingan politisnya politisi dalam agitasi kerakyatan dan keagamaannya. Seperti amplop-amplop yang berdalih religius tetapi bergambar partai, bertebaran di masjid sehabis taraweh. Ramainya tadarus bersaing dengan hiruk-pikuknya acara badutan tv yang sering kali tak jelas maksud dan tujuannya. Mau kemana kita membawa Ramadhan ini? Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah)

Sekali lagi, beruntunglah masih ada doa. Dan Alhamdulillah masih ada waktu tersisa di akhir Ramadhan ini untuk berdoa. Selain itu juga ada sisa-sisa kekuatan untuk melantunkan doa walau dengan harap-harap cemas.

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ‏{وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ}‏ أَهُوَ الرَّجُلُ الَّذِي يَزْنِي وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ قَالَ ‏”‏ لاَ يَا بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّي وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ ‏” وَالَّذِينَ

Dari Aisyah, dia berkata;” Aku bertanya wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ayat “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” (QS. Al Mu’minun: 60) Apakah dia lelaki yang berzina, mencuri dan minum arak?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab; “Bukan wahai binti Abu Bakar – atau- Bukan wahai binti As-shidiq, akan tetapi lelaki yang berpuasa, bersedekah dan sholat, namun kuatir kalau tidak diterima amalannya tersebut.” (HR Ibnu Majah)

Oleh karena itu, marilah kita lanjutkan untuk berdoa sebanyak-banyaknya, semoga puasa dan amal ibadah kita diterima oleh Allah. Semoga kesalahan-kesalahan dan kekuarangan-kekurangan kita diampuniNya. Semoga puasa Ramadhan kali ini benar-benar berhasil mendidik kita menjadi manusia yang seimbang: manusia yang hamba dan khalifah Allah; manusia yang daging dan ruh; manusia yang menyembah Tuhan dan mengasihi sesama hambaNya; manusia dunia-akhirat. Mumpung masih diberi waktu. Dan ketika lebaran nanti kita merasa lega ketika harus mengucapkan: Taqobbalallahu minna waminkum (semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan kalian semua) Dan semoga kita diberi keempatan bisa berjumpa Ramadhan yang sangat dirindukan di masa mendatang. Amin.

The post Doa Akhir Ramadhan appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.


Sumber berita : https://ldii.or.id/doa-akhir-ramadhan/

built with : https://erahajj.co.id