Pengasuh Pondok Pesantren Al Ubaidah Kertosono Habib Ubaidillah Al-Hasaniy mengatakan gambaran orang yang ahli syukur itu seperti pemain bola. Saat gelaran piala dunia 2022, ia banyak mengamati pemain bola seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, ataupun Kylian Mbappe.
Setelah diperhatikan, kaki mereka bisa hebat seperti itu bagaimana caranya? Ketika ditanya, mereka sangat mencintai bola dan sering berlatih bola. Sehingga bola itu mau dibawa kemanapun, bola taat saja ikut si pemain yang ahli bola tadi.
“Sama halnya seperti bersyukur, kita mencintai, kita merasa senang, merasa bangga dengan semua pemberian dari Allah sekecil apapun, bahkan yang tidak sesuai dengan angan dan harapan kita. Kemudian kita berlatih, bagaimana kita menjadi orang yang ahli bersyukur,” ujarnya.
Habib Ubaid, sapaan akrabnya, mengatakan jika melihat orang lain itu diberi keutamaan oleh Allah dalam urusan harta dan rupa, carilah jalannya syukur.
“Harta orang yang kita lihat lebih banyak daripada harta kita, rupa orang yang kita lihat lebih ganteng lebih cantik daripada kita. Bagaimana kita harus bersikap? Sederhana sekali, lihatlah orang yang keberadaannya di bawah kita. Ibarat orang yang berjalan, jika mengadah akan banyak celakanya, terkena lubang, dan lain sebagainya. Tapi jika jalannya dengan menundukkan kepala, insya Allah banyak selamatnya,” tambahnya.
Habib Ubaid menegaskan, menyikapi kehidupan dunia jika selalu melihat ke langit. Aknan merasa dunia ini panas, merasa marah, iri, dengki bahkan dendam dengan orang lain karena orang lain keberadaannya lebih baik. Maka sebaiknya, lanjutnya, tanamkan tiga hal untuk menjadi ahli syukur, dengan cara:
Mensyukuri pemberian Allah
Sekecil apapun nikmatnya harus disyukuri, berusaha senang meskipun pemberian Allah ini tidak sesuai dengan ekspektasi.
Husnudzan atau berpikir positif
Menukil sebuah dalil “Apa yang Aku (Allah) tetapkan untuk hamba-Ku, sesuai dengan cara berpikir hamba-Ku. Kalau berprasangka baik maka akan Ku berikan sesuai dengan prasangka baiknya itu”.
Percaya dengan takdirnya Allah
Hal ini bisa menghilangkan susah kecil atau susah besar. Ketika mempunyai ketakutan tentang nasih diri sendiri dan keluarga di masa depan, percayakan kepada Allah, insya Allah, Allah akan memberikan yang terbaik.
“Sesuatu yang tidak kita senangi, yang menjadi cobaan besar atau biasa disebut musibah, kehilangan harta kehilangan keluarga dan lain sebagainya. Namun kalau percaya dengan Allah, percaya qodar Allah, dan yakin dengan istirja’, Allah akan menggantikannya, bahkan lebih baik dan lebih barokah dalam hidup,” tambahnya.
Maka dengan mensyukuri pemberian dari Allah, sambungnya, selalu husnudzan billah, dan percaya dengan takdir Allah, maka kebahagiaan akan menjadi milik kita. Keindahan hidup ini akan kita rasakan.
“Allah akan membalas kebaikan kita yang selalu bersyukur dan yakin terhadap Allah sampai di akhir hayatnya. ‘Fiddunnya khasanah wafil akhiroti Khasanah’, di dunianya baik dan di akhiratnya pun baik,” tutupnya. (inggri/LINES)
The post Berlatih Menjadi Ahli Syukur appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/berlatih-menjadi-ahli-syukur/