Oleh Anton Kuswoyo*
Baru-baru ini lagi booming permainan lato-lato di kalangan anak-anak dan remaja. Apalagi dengan adanya media sosial, lato-lato pun cepat viral ke segala penjuru tanah air dalam waktu singkat. Awalnya lato-lato hanya dimainkan oleh anak-anak, namun belakangan para orangtua pun ikut mencoba juga, karena penasaran.
Lato-lato adalah sebuah permainan tradisonal sederhana, terbuat dari sepasang bola kecil dan diikat pada sisinya dengan seutas tali. Cara memainkan lato-lato adalah dengan menggantungkan kedua bola mengunakan seutas tali dengan telapak tangan. Lalu membenturkan kedua bola kecil tersebut berkali-kali tanpa berhenti hingga keluar bunyi “tek tek tek tek”. Tak heran jika di Jawa permainan lato-lato lebih familiar disebut permainan “tek-tek”, menyesuaikan dengan bunyi yang ditimbulkannya. Siapa yang berhasil memainkannya paling lama, maka dialah pemenangnya. Alhasil, lato-lato bukan hanya menjadi sebuah permainan tetapi sekaligus menjadi hiburan di sela-sela waktu senggang.
Dulu lato-lato merupakan permainan yang juga viral di tahun 1990-an. Umumnya anak-anak di pedesaan gemar memainkan Lato-lato. Apalagi waktu itu memang hiburan anak-anak desa ya hanya permainan tradisional termasuk Lato-lato. Meskipun demikian, rupanya lato-lato berasal dari Amerika Serikat pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an.
Sebenarnya di dalam permainan lato-lato ini bisa dijadikan bahan pembelajaran sekolah. Terutama pelajaran fisika. Kedua bolah lato-lato yang bertumbukan satu sama lain memiliki momentum dan energi kinetik yang sama besar — baik sebelum maupun setelah terjadi tumbukan. Selain itu, pada tumbukan lato-lato juga berlaku hukum kekelan energi, yakni energi yang dimiliki kedua bola sebelum terjadi benturan sama besarnya dengan energi kedua bola setelah terjadi benturan. Dengan adanya Lato-lato, tentu pelajaran Fisika terutama tingkat SMP dan SMA lebih mudah difahami siswa.
Namun balakangan ini permainan lato-lato mulai memakan korban. Korbannya adalah anak-anak usia di bawah 10 tahun yang terkena benturan bola lato-lato pada kepalanya hingga benjol. Bahkan ada kasus lain yang bola matanya terkena pecahan bola lato-lato, hingga harus dioperasi di rumah sakit.
Peristiwa kecelakaan saat bermain lato-lato sontak saja viral di berbagai berita media online dan dalam waktu singat sudah menyebar di grup-grup WA. Tentu saja berita tersebut benar adanya. Yang menjadi pertanyaan, apakah memang sebahaya itu lato-lato bagi anak-anak?
Ditinjau dari rumus persamaan fisika, bahwa gerakan lato-lato membentuk gerakan melingkar. Umumnya pemain lato-lato membenturkan kedua bola makin lama makin cepat. Jika diasumsikan kecepatan gerak melingkar bola tadi 50 putaran per detik dan panjang tali 0,3 meter (30 cm), maka secara linear kecepatan bola sebesar hasil kali keduanya yaitu sebesar 15 meter per detik (hasil kali antara kecepatan putaran dengan panjang tali). Artinya ketika bola terlepas dari talinya, maka bola akan meluncur dengan kecepatan 15 meter per detik.
Jika bola mengenai kepala atau bagian tubuh lainnya, maka kekuatan energi yang menghantam bagian tubuh dapat dihitung dengan persamaan energi kinetik yaitu hasil kali massa bola dengan kuadrat kecepatan lalu dibagi dua. Anggap massa bola 0,1 kg (1 ons) dan kecepatan 15 meter per detik, maka besar energi yang menghantam bagian tubuh kita adalah 11,25 joule. Energi sebesar 11,25 joule ini setara dengan kalau kita kejatuhan sebongkah batu (dengan bobot 0,25 kg) dari ketinggian 4,5 meter. Tentu akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, apalagi jika jatuhnya tepat mengenai kepala.
Pada kasus yang lain, jika benturan kedua bola menyebabkan bola menjadi percikan kecil sepersepuluh bagian, maka berdasarkan persamaan kekekalan energi, kecepatan serpihan yang kecil tadi menjadi 10 kali lebih besar dari kecepatan bola awal. Jika kecepatan bola awal hanya 15 meter per detik, maka kecepatan serpihan kecil bola lato-lato menjadi 150 meter per detik. Kecepatan ini hampir menyamai kecepatan peluru senapan angin yaitu berkisar 300 meter per detik.
Maka sudah dapat ditebak jika serpihan lato-lato tadi mengenai bola mata, hal buruk tentu saja terjadi. Inilah yang menimpa anak usia delapan tahun di Kalimantan Barat. Pecahan bola lato-lato menyebabkan mata anak tersebut luka dan menjadikan pandangan mata pun kabur. Salah-salah malah dapat menyebabkan kebutaan. Tentu hal ini tidak kita inginkan.
Apalagi jika sekumpulan anak-anak yang bermain lato-lato terjadi perkelahian, bisa jadi lato-lato berubah menjadi senjata yang sangat membahayakan. Jika salah satu bola dipegang sedangkan bola lainnya diayunkan, maka lato-lato menjadi semacam senjata yang menyakitkan lawan. Pukulan tepat di belakang kepala tentu dapat menyebabkan gegar otak.
Fenomena booming lato-lato di satu sisi berdampak positif yaitu agar anak mengenal kembali permainan tradisional. Selain itu permainan ini sebenarnya juga melatih perkembangan motorik pada anak. Namun di sisi lain juga berpotensi menimbulkan bahaya cedera pada anak.
Oleh sebab itu anak di bawah umur yang bermain lato-lato sebaiknya di bawah pengawasan orangtua. Sedangkan bagi remaja dan dewasa yang gemar bermain Lato-lato, hendaknya memainkannya dengan kecepatan yang sedang saja agar lebih aman.
Selamat bergembira, namun jangan abaikan keselamatan. (*)
*Penulis adalah Ketua DPD LDII Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan
The post Hiburan, Fisika dan Marabahaya di Balik Lato-lato appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/hiburan-fisika-dan-marabahaya-di-balik-lato-lato/