Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Inilah salah satu hukum kehidupan ini. Ia bersifat pasti; bertumbuh dan berubah. Yang kecil tumbuh menjadi besar. Yang pendek tumbuh menjadi tinggi. Setelah besar dan tinggi, kembali meluruh menjadi pendek dan kecil kembali. Menghilang dan berganti. Dari sisi waktu, kemarin menjadi hari ini, hari ini akan berubah menuju esok, dan esok sudah ditunggu lusa. Sampai wkatu yang ditentukan. Demikianlah itulah putaran dan pergerakan semesta. Bahkan khalifah ke empat Ali bin Abi Thalib menyimpulkan dengan indahnya:
“ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَة، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلا حِسَاب، وَغَداً حِسَابٌ وَلا عَمَل”.
“Kehidupan dunia pergi menjauh, sedangkan akhirat kian mendekat, dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki anak-anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat, dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Karena sejatinya sekarang ini adalah waktu untuk beramal tanpa ada hisab, sementara besok (di akhirat) adalah waktu hisab dan bukan untuk beramal.” (HR Bukhari)
Memperhatikan fenomena ini, sunnatullah dan wasiat di atas, seorang bijak bersepakat bulat; perubahan adalah keniscayaan. Tak lain, agar bisa menjadi anak-anak akhirat, menghindari menjadi anak-anak dunia. Memperkuat fenomena ini, Allah Yang Maha Baik berfirman:
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُداوِلُها بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَداءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Dan demikian itu hari, Kami pergilirkan di antara manusia dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS Ali Imran:140)
Walau bersifat pasti, perubahannya sangat pelan dan halus sekali. Seolah diam tak bergerak. Dalam bahasa lain; lama sekali kecuali bagi yang ihsan. Akibatnya banyak yang tidak menyadari. Tahu – tahu usia sudah berapa dan badan lemah menua. Penyesalan-penyesalan yang dalam dan ratapan-ratapan penuh derita. Maka orang-orang bijak sering mengingatkan, yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita bersikap menghadapi perubahan; bertumbuh dengan terus bergerak, mengalir penuh kesabaran atau justru sebaliknya berontak-menentang dan punah menuju kebinasaan. Karena perubahan itu sendiri adalah cobaan, bagian dari ketentuan Allah yang tidak terhindarkan. Allah berfirman;
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah:155)
Dalam buku Create Your Own Cheese, Prijosaksono menginspirasi menyiasati perubahan ini, kemudian menikmati indahnya perubahan tersebut. Bahkan memberi motivasi untuk menciptakan realitas baru seperti yang manusia inginkan dari setiap episode perubahan. Inilah penjelasan dengan bahasa yang berbeda arti dari istirja. Caranya? Dengan mengatasi ketakutan sebagai jawaban atas ayat-ayat di atas. Ketika kita mengalami krisis atau perubahan, satu hal yang kita takutkan adalah ketidakpastian. Dan itu ditandai dengan respon untuk mengucapkan kalimat; innalillahi wainna ilaihi rojiun.., sebagai titik balik. Setelah itu segera memulai dan bergerak dengan yang baru. Sebab, kita tidak akan keluar dari krisis jika kita tetap diam. Maka, kita harus tetap bergerak. Dan ketika mulai melangkah, kita harus yakin bahwa ada harapan di depan sana. Jika kita sudah tidak punya pengharapan dan akhirnya tidak melakukan apa-apa, sama artinya kita sudah gagal dan mati. Motivasi ini sudah ditanamkan jauh sebelumnya oleh Rasulullah SAW.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Dari Abu Hurairah ra., beliau berkata, Rasûlullâh SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.” (HR Muslim)
Menyikapi hal ini seorang sahabat berpesan indah penuh makna. Katanya, hanya ikan mati yang hanyut mengikuti arus. Kawan ahli perikanan tak mau kalah menanggapi dan berbagi, hanya ikan mati yang berubah menjadi asin. Yang bergerak dan hidup tetap tegar dan segar. Oleh karena itu, untuk hasil yang menakjubkan, ingatlah selalu untuk bergerak, bergerak dan bergerak. Agar tetap indah dan menyenangkan penuhi setiap gerak dengan kesabaran dan kesungguhan. Walau kadang terhempas ke sisi kanan arus kebahagian dan ke sisi kiri arus kesedihan, teruskanlah. Itu hanya perjalanan giliran dan putaran kehidupan. Ada keindahan di sana, pada akhirnya.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ الأَنَاةُ مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ ”
Bersabda Rasulullah SAW; “Tenang (pelan-pelan) itu dari Alloh, sedangkan tergesa-gesa dari setan.” (HR At-Tirmidzi)
Sayangnya dari sekian banyak kejadian dan peristiwa, banyak orang tidak pernah belajar sesuatu dan mendapatkan pelajaran dari semua itu. Hal ini dikarenakan menggenggam segala sesuatunya terlalu cepat. Bahkan mereka tidak pernah mengerti karena memperoleh sesuatunya terlalu mudah dan gampang. Kebijaksanaan bukanlah suatu titik sampai, akan tetapi suatu cara berjalan. Hidayah bukanlah sekedar mengerti kata dan tanda penunjuk arah. Hikmah adalah proses menikmati keindahan dan kesempurnaan dibalik kata dan tanda. Oleh karenanya, bertumbuhlah sewajarnya. Janganlah berjalan dan tumbuh tergesa-gesa. Tumbuhlah dengan penuh kesabaran, kesadaran dan kewaspadaan. Seiring waktu, sesuai tujuan. Sebab, kala berjalan terlalu cepat, banyak yang terlewat. Dan lepaslah semua hikmah. Dalam hal ini yang paling ngeri, bila pada akhirnya bukan hanya pemandangan indah yang terlepas, tapi justru lentera hati sanubari kita yang pergi. Bukan lagi seperti ikan yang mati, tetapi menjadi laksana ikan yang mencari samudera. Padahal ia sudah di dalamnya.
Suatu hari seekor ikan kecil bertanya kepada temannya, ”Dimanakah saya dapat menemukan samudera? Saya sudah mencarinya kemana-mana, tetapi sia-sia saja!”
”Samudera adalah tempat engkau berenang sekarang ini,” ujar kawannya.
”Hah? Ini hanya air saja! Yang kucari adalah samudera,” sangkal si ikan. Dengan perasaan sangat kecewa ia pergi mencari samudera di tempat lain. Sungguh mengherankan. Agar tidak menjadi seperti itu mari kita renungkan pencerahan indah dari firman Allah yang dibaca setiap kali Rasulullah SAW terjaga di malam hari;
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ (191) رَبَّنا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَما لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصارٍ (192) رَبَّنا إِنَّنا سَمِعْنا مُنادِياً يُنادِي لِلْإِيمانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنا فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئاتِنا وَتَوَفَّنا مَعَ الْأَبْرارِ (193) رَبَّنا وَآتِنا مَا وَعَدْتَنا عَلى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنا يَوْمَ الْقِيامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعادَ (194)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): ‘Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian,’ maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbuat bakti. Ya. Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantara-an rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS Ali Imran 190-194)
The post Ikan Mencari Samudera appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/ikan-mencari-samudera/