Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Mencangkul

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 05 Juli 2022, 05:01:57

Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Salah satu yang dikhawatirkan Sang Guru Bijak adalah jangan sampai kemiskinan badan berjumpa kemiskinan batin. Sebab jika hal ini terjadi akan menghambat perkembangan pertumbuhan secara menyeluruh. Baik pertumbuhan di dalam maupun di luar. Menyangkut masalah dunia maupun urusan akhirat. Maka di sela-sela nasihatnya, selalu mengingatkan murid-muridnya untuk bisa menjadi manusia yang kaya hati. Salah satu cerita yang sering dia sampaikan dan sangat menyentuh hati dalam hal ini adalah kisah pelatihan sopir taksi.

Di sebuah pelatihan sopir taksi untuk meningkatkan pelayanan pelanggan, pernah dilakukan latihan yang unik. Pada hari pertama peserta diminta membawa nasi bungkus karena sesi pelatihan ini tidak menyediakan makan siang. Alih-alih penghematan, ada maksud khusus dari perintah untuk membawa nasi bungkus ini. Peserta, yang sebagian besar adalah tulang punggung keluarga, dibawakan nasi bungkus yang terbaik dari keluarganya. Biar di rumah makan seadanya, tetapi sang kepala keluarga harus diberikan ekstra dan istimewa. Tentu sesuai kadar dan tingkatan masing-masing. Selain sebagai penghormatan, juga sebagai dorongan agar lebih giat dan semangat dalam mengikuti pelatihan.

Ketika jam makan siang tiba, peserta sudah riuh dan gak sabar untuk menyantap kudapannya. Terbayang kegembiraan menyantap makanan kesukaannya. Namun, keadaan jadi rendah tatkala sang pelatih meminta semua peserta mengikuti instruksinya. Tanpa kecuali, semua peserta diminta untuk meletakkan nasinya di kelas sebelah untuk dimakan peserta sebelah. Sementara yang bersangkutan memakan makanan yang dibawa peserta kelas sebelah, tanpa tahu isinya dan dari siapa. Itu cerita pelatihan hari pertama.

Pada hari kedua juga sama. Instruksi belum berubah, semua peserta tetap diminta membawa nasi bungkus lagi. Setelah tahu kalau nasi yang dibawa untuk kelas sebelah, banyak yang memerintahkan kepada istrinya untuk membawakan nasi bungkus seadanya. Gak perlu yang enak dan mewah. Tidak sedikit yang hanya membawa nasi putih saja. Ternyata, sang pelatih memberikan instruksi yang berbeda saat jam makan tiba. Ketika banyak kepala membayangkan sesi makan siang seperti kemarin, sang pelatih mengubah aturannya. Setelah mempersilakan para peserta meletakkan nasi bungkus di depannya, para peserta tidak harus memindahkan bungkusannya ke peserta sebelah, namun dipersilakan memakan nasi yang dibawanya sendiri. Hari pertama banyak yang kecewa, hari kedua pun sama; meratapi tindakannya.

Mengantisipasi perlakuan ini, sang pelatih pun akhirnya menjelaskan; itulah gambaran hidup dan kehidupan. Banyak dari kita, pada umumnya bersikap seperti itu; berat dan pelit. Menyangkut perut sendiri betapa borosnya manusia memberi. Bahkan banyak yang sampai terkena stroke. Namun terkait perut orang lain, betapa sedikit yang diberikan. Dibumbui perasaan lain semisal berat, tidak rela dan kecewa. Tidak rela orang lain senang, dan tidak suka diri menderita. Biarkan orang lain menderita, asal dirinya tidak. Tiba-tiba nurani para sopir tersentak, betapa egoisnya hidup. Ego inilah yang menciptakan penderitaan. Oleh karena itu, Sang Guru Bijak sering berpesan; ”Memberi, memberi, memberi. Lihat bagaimana hidupmu menjadi sejuk dan lembut setelah rajin memberi.”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan hati karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Model pelatihan seperti ini, atau model sejenis yang lain, boleh dicoba dan dipraktikkan baik di rumah, di kantor maupun di sekolah. Atau tempat lain yang memungkinkan. Setidaknya bisa menjadi screening awal, bagaimana tingkat kepekaan, kedermawanan dan kebersahajaan yang ada di dalam hati. Jika menuntut lebih, bisa disertai kunjungan ke panti asuhan, bermain bola bersama anak kampung dan terus berjalan bersama dengan fakir-miskin. Intinya, menyentuh, menyadarkan dan menumbuhkan bibit-bibit pentingnya memberi. Dalam bahasa selanjutnya akan ditemukan bahwa saat memberi sebenarnya orang tidak saja mengurangi beban pihak lain, tetapi juga sedang membangun potensi kebajikan dalam diri. Ini yang kelak memancarkan kebahagiaan dan keindahan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Dari Abu Hurairah radliallahu anhu sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: “Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berianlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).” (HR. Bukhari)

Ada baiknya memahami dan menyikapi masalah memberi ini dengan bijak. Maksudnya agar mendapatkan jalan penerangan dan pencerahan sehingga benar-benar mampu mempraktikkan ini dengan baik. Tujuan akhirnya, bisa senang dan ringan hati dalam memberi. Perlu disadari bahwa jalan pertama untuk sadar memberi adalah mengetahui bahwa semua makhluk sama dengan kita: ”mau bahagia, tidak mau menderita.” Karena itu, jangan pernah menyakiti. Jika tidak bisa memberi, bicaralah dengan santun dan jaga hati untuk tetap berprasangka baik. Kalau perlu mendoakan agar mereka bahagia. Allah mengingatkan dalam hal ini;

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun. (QS Al-Baqarah:263)

Berikutnya bersikaplah bahwa orang lain penting dan para makhluk lain lebih penting. Ada ketergantungan di sana. Nasi, udara, pekerjaan, semua yang memungkinkan hidup berputar, dihasilkan makhluk lain. Binatang bahkan terbunuh agar manusia bisa makan daging. Hutan dibabat untuk perumahan dan tambang. Untuk itu, banyaklah menyayangi. Dari menanam pohon, melepas burung, menyayangi keluarga, bekerja jujur, tulus, sampai memberi beasiswa anak-anak miskin. Atau tindakan lain semisal.

عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلَامَـى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ : تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِـيْ دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا ، أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَـمْشِيْهَا إِلَـى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَتُـمِيْطُ اْلأَذَىٰ عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. (رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikkannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.’” [HR. al-Bukhâri dan Muslim]

Dengan menyadari bahwa semuanya ingin bahagia, semua makhluk penting, maka mulailah belajar memberi kebahagiaan. Jika belum bisa memberi janganlah menyakiti. Apa yang kita berikan dengan suka cita, sedikit atau banyak akan meringankan sebagian penderitaannya. Orang-orang yang tercerahkan bahkan memberikan doa terbaik untuk kebahagian semua dengan tekun melayani. Mistikus sufi Kabir berkata, ”Nur terlihat hanya beberapa detik, tetapi ia mengubah seorang penyembah menjadi pelayan.” Menyambung situasi seperti ini, ada pesan indah dari Sang Guru Bijak. Pertama, walaupun kita masih hidup kekurangan tetaplah terus infaq dan bersedekah. Sama-sama kurang, dengan bersedekah kita meringankan penderitaan orang lain. Dan pada gilirannya kita akan mendapatkan balasan yang berlipat dan tak terduga, dibarengi rasa bahagia, berkurangnya derita. Kedua, walau masih dalam kesulitan, ketika berdoa tujukanlah untuk umumnya umat dulu, sebelum untuk diri sendiri. Doa yang baik untuk orang lain pun akan kembali kepada diri kita bersama doa malaikat yang mustajab. Nasihat yang luar biasa.

عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ قِيلَ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ يَعْتَمِلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالَ قِيلَ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ قَالَ يُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ قَالَ قِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ قَالَ يَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ أَوْ الْخَيْرِ قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَفْعَلْ قَالَ يُمْسِكُ عَنْ الشَّرِّ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ

Dari sa’id bin Abi Burdah dari Bapaknya dari Kakeknya dari Nabi ﷺ , beliau bersabda, “Setiap orang mukmin wajib bersedekah.” Lalu ditanyakanlah, “Bagaimana kalau dia tidak sanggup?” Beliau menjawab, “Hendaknya ia bekerja untuk dapat memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan supaya ia dapat bersedekah.” Ditanyakan lagi, “Bagaimana kalau dia tidak sanggup?” Beliau menjawab, “Hendaknya dia membantu orang yang dalam kesulitan.” Ditanyakan lagi kepada beliau, “Bagaimana kalau dia tidak sanggup?” Beliau menjawab, “Hendaknya dia menyuruh kepada yang ma’ruf atau kebaikan.” Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana kalau dia tidak sanggup juga?” Beliau menjawab, “Hendaklah ia mencegah diri dari perbuatan buruk, sebab itu juga merupakan sedekah.” (HR Muslim).

Pelajaran memberi laksana mencangkul. Dan kita sering diingatkan dengan lagu kanak-kanak kala SD dulu; Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung di kebun kita. Nah, mulai sekarang jika mencangkul, cangkullah yang dalam, sehingga akar-akar pohon membantu batang, daun, bunga, dan buah bertumbuh sempurna. Kehidupan manusia juga serupa. Hanya keterampilan memberi yang memungkinkan seseorang ”mencangkul hidupnya” secara mendalam. Hasilnya, bunga kehidupan pun mekar: penuh warna, kaya rasa, serba guna serta sarat makna. Sampai di sini, Sang Guru Bijak berbisik, bahkan kematian pun bisa berwajah menawan bagi yang biasa dermawan.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ ‏

Dari Anas bin Malik, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu niscaya mampu memadamkan murka Allah dan menolak kematian yang jelak.” (HR At-Tirmidzi)

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Bagi yang terbiasa memberi (melepaskan), tidak lagi tersisa kelekatan yang membuat kematian menakutkan. Kematian adalah terlepasnya ruh dari badan. Biasanya ketakutan datang karena manusia belum terbiasa melepaskan. Bagi yang biasa melepaskan kematian manusia melaksanakan kesempurnaan pemberian. Jangankan uang dan harta, tubuh pun diikhlaskan. Inilah kematian yang menawan. Dalam perspektif memberi, melalui kematian manusia bukan kehilangan, malah memberikan (jasad ke bumi), sebelum melanjutkan (perjalanan ruh) ke alam berikutnya.

Semoga kita semua tertarik mencangkul hidupnya secara mendalam. Lalu tersentuh untuk meringankan beban kehidupan dengan berlomba dalam memberi sesuai kemampuan dan kadar tingkatannya. Tentu dengan sebuah harapan indah menawan, bisa hidup mulia, bahagia dan masuk surga.

The post Mencangkul appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.


Sumber berita : https://ldii.or.id/mencangkul/

built with : https://erahajj.co.id