Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Egois

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 20 Juni 2022, 12:43:20

Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Walaupun sudah masuk kedaluwarsa, menurut ukuran sebuah film, namun Groundhog Day adalah salah satu film yang masih layak ditonton. Tak lain karena kisah inspiratifnya. Film ini bertutur tentang kisah seorang manusia yang sangat egois. Dan itulah potret umumnya kita-kita manusia. Egois bin pelit. Ada juga yang menjulukinya bakhil. Yang dipikirkan hanya satu: hak, hak dan hak. Allah berfirman:

هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ ۖ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ ۚ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ ۚ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

”Ingatlah, kalian adalah orang-orang yang diminta untuk menafkahkan sebagian harta kalian di jalan Allah, namun di antara kalian terdapat orang-orang yang bakhil. Siapa pun yang bersikap bakhil (kikir), maka sesungguhnya ia bakhil (kikir) terhadap dirinya sendiri, sebab Allah Mahakaya dan kalian adalah orang-orang miskin.” (QS Muhammad: 38).

Kelanjutan kisahnya, sampai suatu hari, pada suatu titik, hidup jadi sangat kepanasan. Tidak tahan hidup demikian panas, kemudian tokoh dalam film ini banting setir. Ia mengikuti sebuah cahaya dalam hati kecilnya dengan mulai hidup untuk orang lain. Setiap hari ia menyelamatkan seorang anak kecil yang jatuh dari pohon. Setiap kali anak itu terselamatkan, setiap kali pula anak itu lari tanpa ucapan terima kasih. Setiap pagi pencari kebahagiaan ini menyelamatkan seorang tunawisma, ini juga serupa selalu diakhiri tanpa satu pun kata terima kasih. Kendati demikian, dari hari ke hari orang ini merasakan hatinya tambah lama tambah luas dan tambah luwes. Kerap ia bergumam sendiri, inilah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan: bahagia dengan cara melayani orang lain. Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir)

Bagi sebagian sahabat yang kesehariannya penuh kekurangan kemudian berlari dan mencari, cerita ini susah dicerna. Terutama karena kekayaan hanya bisa dikumpulkan dengan mendapatkan. Tidak terbayang ada jenis kekayaan yang bisa dikumpulkan dengan memberikan. Dan di suatu waktu, tatkala seseorang menginjak dewasa secara spiritual, di sana barulah pintu pengertian terbuka. Ternyata, hadiah yang bisa membuat hati kita bergetar bahagia adalah sesuatu yang kita berikan kepada orang lain.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kdiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. muslim dengan lafazh ini).

Cerita menyentuh ini, mengingatkan pada salah satu warisan makna yang pernah ditinggalkan Helen Keller, “Sisi terindah kehidupan tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa disentuh dengan tangan, ia hanya bisa dirasakan dengan hati.” Lebih menyentuh lagi, warisan tua yang pernah disampaikan lisan orang yang paling mulia di bumi ini.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ”. قَالَ أبو هريرة: فاقرؤوا إِنْ شِئْتُمْ: {فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ}

Dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw.: Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi), “Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdelik dalam hati seorang manusia pun.” Abu Hurairah mengatakan, “Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman Allah Swt. berikut, yaitu: ‘Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.’ (As-Sajdah: 17) (HR Bukhari)

Hukum ini bersifat universal bagi semua makhluk Allah yang hidup di bumi ini. Dan ini yang bisa menerangkan kenapa lahir tokoh-tokoh hebat dan terkenal tanpa melihat pandangan hidup mereka. Para tokoh hebat ini demikian karismatis karena tidak egois, no pelit, melawan lupa yang namanya bakhil. Seluruh hidupnya didarmakan untuk orang lain. Hasilnya, ada M. Yunus yang penuh dedikasi, Nelson Mandela yang legendaris, Mahatma Gandhi yang dikagumi, YM Dalai Lama yang menyentuh, dan masih banyak lagi yang lain baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Semua bercerita kisah yang sama: hidup adalah hidup untuk orang lain.

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ. (رواه الطبراني)

Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda; “Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain.” (HR. Thabrani)

Bahkan di kedalaman yang dalam, pernah terdengar pesan berguna: memandanglah setinggi langit dan bertindaklah serendah hati bumi. Karena setiap orang adalah pemimpin. Keputusan seorang pemimpin lebih mungkin mengayomi kalau dibuat di atas wawasan yang tinggi mirip langit. Kendati semua dipandang dari sebuah ketinggian yang holistik, tatkala bersikap jadi serendah hati bumi. Apalagi bagi mereka yang benar-benar diamanahi sebagai pemimpin dalam arti yang sebenarnya.

Untuk itu, khusus bagi para pemimpin, berkaitan dengan memandang setinggi langit, tidak sedikit pemimpin yang matanya terlihat sangat impersonal (datar tidak membeda-bedakan). Serupa langit yang berwarna biru di semua tempat. Ini bisa terjadi karena kehidupan berputar dan mengalir. Orang yang memuji di hari ini bisa memaki di hari lain. Manusia yang menjadi sahabat tahun ini bisa jadi musuh di tahun lain. Semuanya berputar dengan hukumnya masing-masing. Ini yang membuat sejumlah pemimpin bergelar S3 (senyum-senyum saja atau senyum salam dan sapa). Sejenis senyuman seorang ibu yang penuh permakluman kepada putra tunggalnya. Berbeda dari senyuman orang biasa yang juga biasa, senyuman seorang pemimpin dipadukan dengan kedisiplinan Ibu Pertiwi. Bila langit memandang semuanya sama, bumi sangat disiplin. Ia yang menanam kelapa dapat buah kelapa, siapa yang menanam ketela dapat buah ketela. Dalam bahasa spiritual, batinnya brahmana tangannya jsatria. Di batin, semuanya dipandang sama dan datar sebagaimana seorang brahmana yang berdoa untuk semua. Namun di tangan seorang ksatria, seorang pencuri harus ditangkap, orang bersalah mesti dihukum. Allah berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَنْ تَعْدِلُوا ۚ وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap kedua orangtua dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (untuk kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan untuk menjadi saksi, maka ketahuilah bahwa Allah Mahateliti terhadap segala sesuatu yang kamu kerjakan.” (QS An Nisa:135)

Dalam novel Somerset Maugham yang berjudul The Razor’s Edge diceritakan tokoh bernama Larry Darrel yang karakternya diambil dari kehidupan nyata seseorang. Setelah mendedikasikan waktu bertahun-tahun pada praktik spiritual mendalam, Darrel mencapai pencerahan. Ia bisa saja menjadi guru spiritual hebat sehabis ini, tetapi Darrel memilih menjadi sopir taksi dengan alasan sederhana, agar bisa melayani lebih banyak orang. Dalam bahasa novel indah ini: seperti burung putih di salju. Berada di keramaian, menyediakan tangan untuk membantu, yang paling mulia ia tidak kelihatan. Inilah hadiah terindah yang bisa diberikan kepada dunia yang sedang menangis. Sejalan dengan hadits di atas; beberapa orang bijak memberikan kedalaman yang indah dan mencerahkan. Pesannya; barangsiapa yang memberikan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hati saudaranya saat di dunia, maka Allah akan menciptakan malaikat yang akan menolak seluruh musibah darinya. Ketika hari kiamat sudah tiba, maka ia akan menjadi sahabat sejatinya. Ketika terjadi sesuatu yang mengerikan, maka ia akan berkata, “Jangan takut!” Lalu dia akan bertanya,”Ssiapakah engkau?” Maka ia akan berkata lagi, “Aku adalah kebahagian dan kegembiraan yang engkau berikan pada saudaramu waktu di dunia.”

Sing like birds, play like kids, silence like trees, then each step is peace. Bernyanyi seperti burung, bermain serupa anak-anak, hening seperti pepohonan, kemudian setiap langkah adalah kedamaian. Sederhananya, kebanyakan orang biasa terpaksa menjadi baik karena diancam dan ditakut-takuti. Bagi manusia yang sudah pulang ke rumah kesejatian (baca: wawasannya langit, langkahnya bumi), kebaikan adalah sifat alami hati itu sendiri. Ia sealami bulan yang menerangi di malam hari, senatural matahari yang terbit tiap pagi, seperti indahnya Kalam Ilahi berikut ini;

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ () الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran 190-191)

Ingat selalu, hidup janganlah egois!

The post Egois appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.


Sumber berita : https://ldii.or.id/egois/

built with : https://erahajj.co.id