Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Ramadhan adalah bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah. Mengenai asal usul penamaan Ramadhan bermula ketika terjadi konvensi petinggi lintas suku dan kabilah bangsa Arab di Makkah pada masa Kilab bin Murrah (kakek Nabi Muhammad SAW ke-6).
Mereka berkumpul untuk menentukan nama-nama bulan agar terjadi kesamaan, sehingga memudahkan mereka dalam urusan perdagangan. Dari perkumpulan itu, muncullah 12 nama bulan yaitu: (1) Muharram (2) Shafar (3) Rabi’al-Awwal (4) Rabi’al-Tsani (5) Jumadal Ula (6) Jumadal Tsaniyah (7) Rajab (8) Sya’ban (9) Ramadhan (10) Syawwal (11) Dzulqa’dah (12) Dzulhijjah.
Ramadhan berasal dari kata Romadh (رمض) yang artinya ialah panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain. Sementara Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan: “Dinamakan bulan Ramadhan karena ia mengugurkan (membakar) dosa-dosa dengan amal saleh.”
Karena kalender berbasis bulan (Qamariyah), rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari (kalender Masehi), maka bulan Ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Namun dari akar kata “Romadh”, Ramadhan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapus oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah.
Pada bulan Ramadhan, umat Islam akan menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW mengenai bulan ini; “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, Ramadhan dijuluki Sayyidusy-Syuhur (penghulu semua bulan) sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan shaum membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu.” (HR Ath-Thabrani)
The post Catatan Ramadhan (23): Sejarah Ramadhan appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/catatan-ramadhan-23-sejarah-ramadhan/