Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
“Tidak pernah Ibrahim ‘berdusta’ kecuali tiga kali. Dua di antaranya dalam Dzat Allah, yaitu ucapan beliau: إِنِّي سَقِيمٌ (“Sesungguhnya aku sakit”), juga ucapan beliau: بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا (“Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya”).
Beliau melanjutkan, “Pada suatu hari, Ibrahim dan Sarah masuk ke (wilayah) salah seorang penguasa zalim. Dikatakan kepada penguasa itu, ‘Sesungguhnya di sini (wilayahmu) ada seorang pria bersama seorang wanita yang sangat cantik.’ Dia pun menemuinya dan menanyakan tentang wanita itu, ‘Siapakah wanita ini?’ Ibrahim berkata, ‘Dia saudara perempuanku.’ Lalu Ibrahim menemui Sarah dan berkata, ‘Wahai Sarah, di dunia ini tidak ada yang beriman selain aku dan engkau. Raja zalim ini menanyaiku lalu aku mengatakan kepadanya bahwa engkau adalah saudara perempuanku, maka janganlah engkau mendustakanku.’ Kemudian datanglah raja itu menjemput Sarah. Setelah Sarah masuk, dia mulai menjulurkan tangannya berusaha menyentuh Sarah, tetapi tiba-tiba dia tertahan. Raja itu berkata, ‘Doakanlah aku kepada Allah, aku tidak akan menyakitimu.’ Sarah berdoa kepada Allah, lalu dia pun terlepas. Kemudian dia mencoba menyentuh kedua kalinya, tetapi tertahan seperti yang pertama bahkan lebih keras. Raja itu berkata, ‘Doakanlah aku kepada Allah, aku tidak akan menyakitimu.’ Sarah berdoa kepada Allah, lalu dia pun terlepas. Lalu dia memanggil sebagian pengawalnya, dan berkata, ‘Sungguh, kamu bukannya membawa manusia kepadaku, tetapi setan.’ Raja itu pun menyerahkan Hajar kepada Sarah sebagai pelayan. Kemudian dia menemui Ibrahim yang sedang shalat. Ibrahim memberi isyarat, ‘Ada apa?’ Sarah berkata, ‘Allah mengembalikan tipu daya orang kafir—atau orang fajir—itu ke jantung mereka sendiri dan menyerahkan Hajar sebagai pelayan’.”
Abu Hurairah berkata, “Itulah ibunda kalian, wahai putra air langit (Zamzam).” (HR Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan doa Sarah sebagai berikut: “Ya Allah, jika (benar) aku beriman kepada-Mu dan kepada rasul-Mu serta memelihara kehormatanku selain terhadap suamiku, janganlah Engkau beri kekuasaan kepada orang kafir ini terhadapku.” Yang membuat tiba-tiba raja itu terhenti napasnya, hingga jatuh bertekuk lutut.
Sangat indah jika bisa tidak berdusta, dimana saja, kapan saja dan sepanjang masa. Dan sungguh itu semua ada di dalam ajaran mulia ibadah puasa ini. Mari usaha memperolehnya.
The post Catatan Ramadhan (15): Berdusta appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/catatan-ramadhan-15-berdusta/