Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Mungkin kita perlu mengulang-ulang pertanyaan bodoh seperti ini. Untuk apa? Agar bangkit lagi. Tidak masa bodoh. Karena saya yakin banyak kita yang lupa atau berpura-pura bodoh, dengan kekasih yang satu ini. Bukan sembarang kekasih lho. Ia kekasih yang abadi. Melebihi apapun. Bahkan, kata para bijak, melebihi orang yang paling setia, yang pernah mendampingi dan mengabdi kepada kita selama ini.
Kita mulai dengan pertanyaan awal begini. Adakah diri yang tidak rindu dengan Sang Kekasih? Adakah insan yang tidak mau bermesraan dengan Sang Kekasih? Apakah ada yang tidak ingin berlama-lama bertemu Sang Kekasih? Adakah jiwa yang lupa alamat Sang Kekasih? Hampir semua menjawab tidak. Nyatanya, berbeda dengan implementasinya.
Semua tahu, yang dibicarakan kali ini adalah Kekasih yang tidak ada cacatnya. Komplit, utuh dan sempurna. Istimewa dan paripurna. Sudah begitu, selalu setia lagi. Tidak ada bandingannya. Bahkan memanggil-manggil setiap saat yang telah dijanjikan. Memberikan selalu yang terbaik. Mengasihi dengan sepenuh hati. Tidak pernah menyakiti. Anti berpaling. Tidak mudah sakit hati. Ada kala dibutuhkan. Kapan pun, dimana pun dan bagaimana pun. Kekasih itu tak lain adalah Allah, Sang Maha Pencipta.
اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Allah berfirman; “Allah adalah kekasih orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, kekasih mereka ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah:257)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ ”
Dari Abu Huroiroh sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda, “Pada setiap malam Tuhan kami Yang Maha Barokah dan Maha Luhur, turun ke langit dunia setiap malam ketika tiba sepertiga malam yang akhir. Lalu Allah berfirman,” ‘Barangsiapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku kabulkan, barangsiapa yang meminta kepadaKu niscaya aku berikan dan barangsiapa yang meminta ampunan kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni’. (HR Muslim)
Atsar-atsar di atas sangatlah jelas. Shahih. Tak terbantahkan. Tak ada lagi yang perlu diragukan, kecuali hanya kelupaan dan kemalasan diri yang belum hilang mengakar di tubuh ini. Pepeko, kata para leluhur. Kita mengakui Allah adalah kekasih kita – yang menyebut dirinya orang iman, namun ternyata kita lebih banyak meninggalkannya, bahkan ketika Dia memanggil diri kita. Buktinya, kita tak kuasa untuk menyambutnya ketika malam tiba, memenuhi panggilannya. Bahkan merasa mendengar dipanggil pun tidak. Karena sudah terlalu lama kuping kita tak pernah bersih. Setan telah berhasil menutup telinga dengan kencing di telinga kita, sehingga tuli dari panggilan Yang Maha Esa. Yang ada hanya rayuan untuk meneruskan tidur panjang sebagai hak dari tubuh itu sendiri. Rayuan yang bener-bener membujuk.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ. فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Setan mengikat tiga tali ikatan di atas tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur, setan mengencangkan ikatan tersebut (sambil berkata): Malam masih panjang maka tidurlah. Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan.
Jika kemudian dia berwudhu maka lepaslah tali yang kedua, dan jika ia mendirikan shalat lepaslah satu tali ikatan, dan pada pagi harinya ia akan merasakan semangat dan jiwa yang tentram. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi itu jiwanya tidak tenteram dan ia merasa malas.” (HR Bukhari)
Kita mengakui Allah adalah kekasih sejati kita, namun berjumpa dengannya hanya agenda belaka. Hanya ingin, ingin dan ingin, tapi tanpa realita. Hanya niat, niat dan niat, tetapi belum kuat niat itu untuk diteruskan dengan sebuah tindakan. Kita lebih banyak terkalahkan dengan kesibukan dunia ini. Kita lebih banyak terbaring di pembaringan semenjak sore sampai pagi tiba. Kita lebih banyak bermesraan dengan bantal dan guling yang adalah kenikmatan sementara kalau tak boleh dibilang fatamorgana. Kita banyak terperdaya oleh empuknya kasur, dinginnya hembusan AC dan lembutnya buaian kepenatan. Tak lain adalah wujud representasi dari tiga ikatan setan pada setiap buhul anak Adam ketika tidur malam. Bahkan yang tidurnya kepanasanpun masih berkilah, gara – gara kegerahan itulah tak jadi bangun malam. Dan kebablasan ketika udara dingin tiba dengan beroleh kenyenyakan. Alih-alih capek, justru kita mengulangi dan mengulangi lagi hampir sepanjang malam dalam kehidupan ini. Tanpa ada koreksi dan usaha berkelanjutan untuk mengatasinya. Apakah begini perlakuan terhadap Sang Kekasih? Lahaula wala quwwata illa billah.
Allah adalah kekasih yang sempurna. Seberat apapun dosa kita, sebanyak apapun, Dia siap memaafkannya. Kapan pun kita sadar dan sempat untuk kembali bertaubat, Dia akan menerimanya. Betapa pun brengseknya kita, Dia selalu setia menunggu kesadaran kita. Dia tidak seperti kekasih-kekasih yang lain. Dia Maha Sempurna. Dia Maha Kuasa. Dia Maha Pengasih dan Penyayang. Tak kenal sakit hati apalagi dendam pribadi. Allah adalah segala-galanya. Karenanya, mari perbaharui kehidupan kita ini. Rintislah lagi kegiatan bangun malam ini, bagaimana pun keadaan kita. Sebagai makhluk, kitalah yang membutuhkanNya. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim)
Sebagai makhluk, sebagai seorang hamba, rasanya tidak sopan banget, tidak etis, ketika Sang Khalik sudah menyediakan tempat, diri dan waktu untuk berjumpa dengan kita, untuk memenuhi kebutuhan kita, tetapi kita justru mengabaikannya dan memilih yang lain. Mari buktikan niat itu dengan tindakan. Benarkan keimanan itu dengan bangun malam. Jangan retorika belaka. Kita bukanlah politisi di hadapan Ilahi.
The post Bukan Politisi appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/bukan-politisi/