Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Sebut saja namanya Pak Kusrin. Seorang mandor dimana selama ini perusahaan yang mempekerjakannya selalu puas atas kinerjanya. Memasuki usia senja, Pak Kusrin yang sadar fisiknya tidak sekuat dulu menyampaikan pengunduran diri. Tapi selalu ditolak halus oleh bosnya, karena kinerjanya yang bagus. Sampai tibalah di hari itu, Pak Kusrin ingin berpamitan untuk berhenti kerja. Dan kali ini sepertinya akan dikabulkan. “Boleh Pak, tapi tolong kerjakan satu proyek rumah untuk yang terakhir kali,” ujar sang bos.
Pak Kusrin merasa jengah. Kali ini dia mengerjakannya asal-asalan, setengah hati, dan cenderung yang penting selesai. Pilihan bahan-bahan bangunan dan furnitur pun sesuka hatinya, tidak seperti biasa. Singkat cerita, selesai sudah proyek rumah besar tersebut. Dan Pak Kusrin pun berniat menghadap sang pimpinan, sambil membawa beberapa kunci rumah di genggamannya. Ketika hendak menghadap si bos, sekretaris kantor memberi kabar si bos sedang umrah dan menitipkan dua amplop besar untuknya. Penasaran dengan isi dua amplop tersebut, Pak Kusrin membukanya dengan seksama. Amplop pertama berisi ucapan terima kasih atas pengabdiannya selama ini. Sedangkan amplop kedua berisi SHM tanah dan bangunan yang dia kerjakan. Sedikit terkaget, ketika SHM tersebut atas namanya, dan ada secarik kertas kecil, tulisan tangan sang pimpinan. Segera dia membacanya; “Dengan telah dibukanya kedua amplop ini, saya mengucapkan untuk terakhir kalinya ucapan terima kasih atas pengabdian yang tulus dari Pak Kusrin untuk perusahaan ini. Sebagai tanda mata kami, mohon berkenan menerima satu unit rumah dengan seluruh isi yang telah Pak Kusrin siapkan sendiri.”
Kontan, berbagai gejolak rasa menyergap hatinya. Di antara rupa-rupa rasa itu adalah penyesalan yang tak terhingga. Kenapa, untuk terakhir dia bekerja, dia tidak maksimal mengerjakan proyek yang sebenarnya direncanakan untuk sebuah hadiah atas pengabdiannya selama ini. Seandainya dia tahu, begitu keluhnya, pasti yang terbaik adanya.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa tidak ada yang menguak takdir. Akhir kehidupan adalah misteri. Walau ada hukum yang secara umum berlaku, tidaklah menafikan catatan qodar. Namun masih banyak saja yang belum tersadar. Apalagi mempersiapkan dengan arif dan benar. Sebagaimana cerita di atas, pesan moralnya adalah gambaran episode akhir kehidupan seseorang dengan segala peluangnya. Dan semoga menjadi jembatan pemahaman akan arti jadinya amal itu adalah pungkasannya.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ نَظَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى رَجُلٍ يُقَاتِلُ الْمُشْرِكِينَ ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِ الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً عَنْهُمْ فَقَالَ « مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا » . فَتَبِعَهُ رَجُلٌ فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى جُرِحَ ، فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ . فَقَالَ بِذُبَابَةِ سَيْفِهِ ، فَوَضَعَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ، فَتَحَامَلَ عَلَيْهِ ، حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ ، وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا »
Dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi ﷺ pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya. Selanjutnya Nabi ﷺ bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)
Berikutnya, tetaplah selalu menjaga persangkaan yang baik; kapan saja, dimana saja dan bagaimana saja keadaannya. Ingat petuah Sang Guru Jagad; kalau tidak bisa membantu yang penting jangan menyakiti. Maksudnya terus menebar kebaikan, siapa tahu itu akhir dari amal kita. Simaklah wasiat indah berikut.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abdillah bin Mas’ud ra, beliau berkata: Kami diberitahu oleh Rasulullah dan beliau adalah orang yang jujur lagi terpercaya – Beliau ﷺ bersabda, “Sesungguhnya telah disempurnakan penciptaan salah seorang dari kalian dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus kepadanya malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya, lalu malaikat tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara; untuk menulis rizkinya, ajalnya dan amalannya serta nasibnya (setelah mati) apakah dia celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia. Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya satu hasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga dia memasukinya. Dan salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli neraka, hingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya sehasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga hingga dia memasukinya.” (Rowahul Bukhari)
Semua kita, yang masih hidup ini, tidak tahu akan seperti apa hidup ini berlabuh. Tentu semua berharap berlabuh di dermaga akhir yang baik – husnul khatimah. Fragmen kehidupan di atas bisa menimpa siapa saja, kalau tidak menjaga dan membekali diri dengan sebaik-baiknya dan istiqomah. Apresiasi (janji) Allah haq, hanya manusia yang tak bisa melihatnya dan terkadang tak sabar menunggunya.
Sumber berita : https://ldii.or.id/berlabuh/