Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Di kalangan penekun kehidupan, pemilik jiwa-jiwa yang bersih lagi damai, sering berbincang indah penuh hikmah; “Bloom where you are planted”. Sangat puitis memang, penuh pesona, tetapi begitulah hidup berujar. Mekarlah dimana engkau ditanam. Sebarkanlah bau harum ke segala arah.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ» . رَوَاهُ البُخَارِيّ
Dari Abdullah ibn Amr, dia berkata; bersabda Rasulullah ﷺ ; “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka.” (Rowahul Bukhari)
Bukan hanya di ajaran agama, banyak tradisi warisan leluhur yang berpesan demikian. Tentu kita masih ingat pepatah dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Juga bukan masalah benar atau salah. Namun semua itu mengandung makna tersirat yang indah. Artinya ada lahan subur untuk membuat jiwa mekar nan indah. Dimana saja, kapan saja berada. Jika tanahnya kering, mekarlah jadi bunga kamboja indah di sana. Bila tanahnya basah, mekarlah menjadi bunga teratai indah di sana. Bahkan alam yang ekstrim sekalipun. Ringkasnya, olah setiap berkah dan anugerah yang datang menjadi bunga-bunga yang indah. Dalam bahasa lain yang juga indah, Allah berfirman;
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS Ibrahim 24-25)
Ada baiknya kita belajar dari negeri di belahan bumi bagian utara. Negeri dengan cuaca yang sangat dingin ini ternyata berisi orang-orang yang peduli. Walau jarang melihat matahari, tetapi mereka sangat suka sekali berbagi, meninggalkan competition (persaingan) bebas berlebih. Pribadi -pribadi bertumbuh menuju compassion (belas kasih) terlatih. Hasilnya, secara mengejutkan mengantarkan Norway menjadi negara paling bahagia di dunia. Pelajaran yang diwariskan, cuaca ekstrim di luar memaksa mereka untuk saling menghangatkan diri di dalam. Tidak saja saling menghangatkan di dalam rumah, tapi juga saling menghangatkan keluar rumah, terus ke sebelah rumah dan seterusnya. Sambung-bersambung. Rasulullah ﷺ berpesan;
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.” [HR. Thabrani, dari Jabir dalam Al-Ausath]
Mengambil i’tibar sebagaimana yang dilakukan jiwa-jiwa indah di Norway, yang terpenting bukan apa yang terjadi di luar. Yang terpenting adalah bagaimana mengolahnya di dalam. Apa-apa yang di luar memang bukan kehendak dan di luar jangkauan kita. Namun tetap ada berbagai pilihan yang tersedia, sedikit mengeluh banyak bersyukur adalah sebuah pilihan. Melihat apa yang ada di sekitar sebagai bahan-bahan untuk membuat jiwa mekar, itu pilihan lain. Tidak membandingkan dengan yang lebih atas adalah pilihan sempurna. Menerima dengan penuh kesabaran, memaksimalkan kelebihan, melihat ke bawah adalah jalan yang sempurna.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cahaya-cahaya yang muncul di negara-negara bahagia seperti tersebut di atas, seolah mau berpesan sederhana; “Ukuran kehidupan tidak saja berdasarkan apa-apa yang disimpan di buku tabungan”. Di luar buku tabungan, ada banyak sekali hal yang membuat jiwa jadi kaya, jiwa yang mekar dan menebar harum ke segala penjuru. Dari saling memaafkan, mengisi keseharian dengan penuh penerimaan, sampai dengan tekun dan tulus untuk selalu berbagi senyuman. Menerima dengan penuh kesyukuran dan berbagi dengan penuh keanggunan kasih dan sayang.
وعن عبيد الله بن محصن الأنصاري الخطمي رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “ من أصبح منكم آمنا في سربه، معافى في جسده، عنده قوت يومه، فكأنما حيزت له الدنيا بحذافيرها” ((رواه الترمذي وقال: حديث حسن)).
Dari Abaidillah bin Mihshan Al-Anshari Alkhithomi ra., dia berkata Rasulullah bersabda: “Barangsiapa di antara kalian merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan badan, dan diberi makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia seluruhnya.” (HR. Tirmidzi)
Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-jiwa-yang-mekar/