Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Esai: Mengalir (2)

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 28 September 2020, 09:52:49

Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang

Bagi sejumlah anak millennial dan kalangan yang berpandangan progresif dengan label metropolis, model kehidupan “mengalir” itu identik dengan malas bin pasrah. Bagi pengagum aliran sarkastik lebih-lebih lagi, menyebut kehidupan “mengalir” sebagai lemah dan tolol. Tapi bagi orang bijak, yang mengerti lagi dalam penggaliannya, mengalir itu jauh dari lemah dan tolol. Ia indah, lagi mengagumkan. Sepertinya banyak yang lupa peribahasa; air tenang menghanyutkan. Mengalir bukan hanya seirama dan seiring dengan langkah hukum-hukum kehidupan, namun di sanalah letak marwah keberkahan dan keberuntungan. Seperti pepohonan yang diam dan hening. Dalam diamnya pohon mengolah racun karbon dioksida menjadi oksigen yang amat dibutuhkan. Bayangkan dunia tanpa oksigen. Atau serupa samudera, dalam diamnya ia mengolah apa saja yang dibuang ke sana menjadi bahan-bahan kehidupan yang berguna.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُلُوسٌ إِذَا أُتِيَ بِجُمَّارِ نَخْلَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ فَظَنَنْتُ أَنَّهُ يَعْنِي النَّخْلَةَ فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِيَ النَّخْلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ الْتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا عَاشِرُ عَشَرَةٍ أَنَا أَحْدَثُهُمْ فَسَكَتُّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ النَّخْلَةُ

“Dari Abdullah bin Umar ia berkata: “Ketika kamu duduk-duduk di sisi Nabi ﷺ ketika itu diberikan jamaar (jantung kurma). Nabi ﷺ lalu berkata: ‘Sesungguhnya terdapat satu pohon, barakahnya seperti barakah seorang muslim’. Lalu aku menerka itu adalah pohon kurma lalu ingin aku sampaikan dia adalah pohon kurma, wahai Rasulullah. Kemudian aku menengok dan mendapatkan aku orang kesepuluh dan paling kecil, lalu aku diam. Nabi ﷺ berkata: ‘Ia adalah pohon kurma.” (rowahul Bukhari)

Layaknya cerita lelucon berikut, perlu dicerna dengan jernih dibenak para pecinta kehidupan yang ingin mengalir laksana air. Bukan hanya untuk sebuah pemahaman, tapi mencoba merasakan yang sebenarnya hukum-hukum kehidupan ini berjalan. Kisahnya bermula ketika para binatang ingin menyaingi manusia dengan mendirikan sekolah. Semua anak-anak binatang diwajibkan mengikuti prosesi belajar – mengajar ini. Ruangan lengkap dengan peralatan disediakan, guru-guru disiapkan dan kepala sekolah ditunjuk. Kurikulum disusun rapi dan diterapkan dengan teliti. Berbagai pengayaan pelajaran diberikan. Pelajaran berenang gurunya ikan, pelajaran berlari gurunya serigala, pelajaran terbang gurunya burung. Setelah sekian lama, sekolah bukannya tambah besar dan berkembang. Tapi sebaliknya malah tutup. Kenapa? Karena yang bisa terbang hanya burung, yang berenangnya sempurna hanya ikan, yang larinya bagus cuma serigala. Semua kembali kepada pakemnya masing-masing.

وَاضۡرِبۡ لَهُمۡ مَّثَلَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا كَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰهُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ فَاَصۡبَحَ هَشِيۡمًا تَذۡرُوۡهُ الرِّيٰحُ‌ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ مُّقۡتَدِرًا

Allah berfirman; “Dan berilah perumpamaan kepada mereka tentang kehidupan dunia sebagaimana air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Kahfi:45)

Kita semua memang berbeda. Tapi dalam semua perbedaan itulah kehidupan berputar lengkap dengan cita dan cintanya. Dalam pelajaran anak-anak sekolahan sering disebut dengan jejaring kehidupan. Semua punya peran dan fungsi masing-masing. Dan dengan menjalankan perannya itulah kehidupan mengalir. Ada yang di bawah, ada yang di atas, tapi terus berputar. Ada yang rendah, ada yang tinggi dan yang tinggi kemudian kembali menjadi rendah. Lalat yang suka bau busuk, ia membantu proses penguraian. Kupu-kupu yang suka bunga wangi, ia membantu proses pembuahan. Burung yang suka bernyanyi, ia menciptakan keceriaan. Anak-anak yang suka bermain, mereka dalam masa pertumbuhan. Semuanya mengalir menyanyikan lagu-lagu cinta peran dan fungsi yang sama. Mengalir, mengalir dan mengalir dengan cinta dan sabar di setiap langkahnya. Setiap orang bijaksana yang lama mendengarkan, kemudian mengerti ternyata menjalani kehidupan yang mengalir sama dengan mencintai (to live is to love).

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا‌ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada.” (Al-Hujurat:13)

Sampai di sini, mengalir adalah menjalani kehidupan ini penuh dengan cinta dari semua tingkatan peran yang ada. Dijalani dari waktu ke waktu, dari posisi ke posisi lain. Penuh kesadaran dan kesyukuran. Dengan integritas tinggi. Tanpa keluhan, penuh nyanyian. Jika semakin dalam cintanya, semakin kuat sayap-sayap jiwa. Semakin kuat sayap jiwa, semakin tinggi sang jiwa terbang. Di puncaknya kemudian seseorang mengerti ternyata kehidupan mengalir yang dijalani dengan cinta adalah serangkaian canda dan tawa. Laibun wa lahwun. Tapi awas, hati-hati! Tawa dan canda di dunia ini sering menipu, sekalipun Anda sudah tercerahkan.

اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ‌ؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًا‌ؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌ‌ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ

Allah berfirman; “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid:20)


Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-mengalir-2/

built with : https://erahajj.co.id