Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Sejarah Pohon Kurma dan Awal Perkembangannya

Kategori : LDII News, Tahukah Anda, Ditulis pada : 10 Agustus 2020, 16:17:08

Lines (10/08) – Pohon kurma merupakan pohon yang aslinya tumbuh di daerah arid atau daerah dengan iklim kering. Seperti Timur Tengah dan wilayah Afrika Utara semacam Mesir. Namun di luar iklim aslinya tersebut, pohon kurma juga ada yang mampu tumbuh di daerah tropis. Seperti di Thailand dan bahkan Indonesia. Kurma jenis itu seringkali disebut sebagai kurma tropika.

Menurut Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc., pakar kurma dari Institut Pertanian Bogor (IPB), budidaya kurma tropika di Indonesia khususnya masih berada dalam tahapan awal perkembangannya. Karakteristik pertanaman kurma Jika dilihat dari karakteristik pertanaman kurmanya, ada dua kelompok tanaman kurma yang dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia.

Kelompok pertama adalah pertanaman kurma yang sudah berumur di atas 10 tahun. Populasinya ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan biasanya jadi tanaman penghias halaman masjid.

“Kelompok kedua adalah pertanaman kurma yang baru berumur antara 3-5 tahunan yang bibitnya sengaja didatangkan dari berbagai produsen bibit kurma dari berbagai negara,” jelas Sudarsono pada Kompas.com, Rabu (5/5/2020).

Menurut Sudarsono, pohon kurma di kelompok pertama jumlahnya tidak banyak di suatu lokasi. Beberapa pohonnya juga diketahui telah berbuah dengan baik. Tanaman kurma dalam kelompok ini diduga berasal dari semaian biji yang membuat karakteristiknya sangat beragam.

Tak itu saja, kebanyakan tanaman kurma dalam kelompok ini juga tidak bisa menghasilkan buah karena hanya dipelihara sebagai tanaman hias. Sementara pohon kurma dalam kelompok kedua memang didatangkan ke Indonesia untuk dikembangkan sebagai penghasil buah kurma.

Namun karena baru ditanam antara 3-5 tahun lalu, baru sebagian kecil pertanaman kurma dari kelompok ini yang sudah berbunga dan menghasilkan buah. Masih dibutuhkan waktu sekitar 2-3 tahun lagi untuk membuktikan apakah tanaman kurma dalam kelompok ini bisa menghasilkan buah kurma yang baik kualitasnya.

“Jujur saja, pekebun kurma Indonesia saat ini ada yang masih pada tahapan euforia dan masih ada yang belum secara serius menggarap perkebunan kurma dengan menerapkan teknik budidaya tanaman yang intensif,” papar Sudarsono.

“Tetapi hal itu dapat dipahami karena kebanyakan pohon kurma yang ditanam dalam bentuk perkebunan baru berumur antara 3-5 tahun,” lanjutnya.

Untuk membandingkan, Sudarsono menyebut perkebunan kurma di Thailand yang sudah jauh lebih dulu dimulai dari pada Indonesia yakni sejak 20-30 tahun lalu.

Hal tersebut membuat Thailand sudah berhasil mengembangkan teknologi budidaya kurma yang intensif. Kurma yang tumbuh di Thailand bisa dianggap sudah berada di tahapan 4.0 yaitu dari sisi varietas kurma yang ditanam sudah diseleksi, teknologi budidaya yang intensif, perkebunan yang tertata, dan pemasaran kurma panen yang baik.

Pada awalnya, para pekebun kurma di Thailand menanam varietas kurma yang beragam. Secara bertahap mereka bisa mengidentifikasi varietas kurma yang mampu beradaptasi dan berbuah dengan baik di Thailand.

“Selanjutnya, dari bahan tanaman yang beragam tersebut dikembangkan varietas kurma yang kemudian menjadi terkenal dengan sebutan KL-1,” jelas Sudarsono.

Kurma KL-1 ini masih memiliki beberapa kekurangan yang sudah diperbaiki oleh para pekebun kurma di Thailand. Akhirnya ada sejumlah varietas kurma baru yang jauh lebih unggul daripada KL-1. Varietas baru ini memiliki karakteristik buah kurma khalal atau ruthob yang lebih baik, lebih manis, dan dengan tekstur yang lebih baik jika dibandingkan dengan kurma KL-1.

Oleh karena itu, menurut Sudarsono budidaya kurma di Indonesia masih berada di tahapan 1.0 jika dibandingkan dengan budidaya kurma di Thailand.

“Kurma tropika yang ditanam di Indonesia banyak yang merupakan produk pengembangan kurma 1.0 yang berasal dari Thailand. Kita baru mau menanam varietas kurma yang di Thailand, di sana sudah diganti dengan varietas kurma baru yang lebih unggul,” papar Sudarsono.

Sementara itu, ada beberapa nama kurma yang tidak asing bagi warga Indonesia. Diantaranya seperti, kurma hababouk, kimri, khalal, ruthob, dan tamr bukanlah nama jenis atau varietas dari kurma. Istilah hababouk, kimri, khalal, ruthob, dan tamr sebenarnya berhubungan dengan fase perkembangan buah kurma dalam hubungannya dengan penentuan saat panen buah kurma. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc., pakar kurma dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Dalam budidaya kurma, perkembangan buah kurma secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok, yaitu hababouk, kimri, khalal, ruthob, dan tamr. Pembudidaya kurma dapat memilih panen buah kurmanya sesuai dengan perkembangan buah dan biasanya menyesuaikan dengan permintaan pasar atau tujuan penjualannya,” jelas Sudarsono pada Kompas.com, Maret (29/3) lalu.

Menurutnya, jika buah kurma yang dipanen akan dipasarkan untuk pasar lokal, maka buah kurma bisa dipanen pada fase ruthob. Namun jika untuk keperluan ekspor ke luar negeri, lebih baik jika kurma dipanen pada fase tamr.

“Untuk pasar tertentu, harga kurma ruthob bisa lebih mahal dari kurma tamr karena memerlukan penanganan tambahan untuk menjaga agar kurma ruthob tidak mengalami kerusakan dan tetap mempunyai tekstur kurma segar,” tutur Sudarsono.

Tahapan perkembangan buah kurma terdiri dari lima tahapan yakni hababouk, kimri, khalal, ruthob, dan tamr.  

Hababouk: Calon Buah Baru

Tahapan hababouk adalah tahapan yang Sudarsono sebut dengan istilah bakal buah atau calon buah baru yang mulai berkembang setelah bunga kurma berhasil diserbuki dan tidak rontok.

Biasanya, dibutuhkan waktu sekitar beberapa minggu untuk mengetahui apakah penyerbukan yang dilakukan berhasil dan buah kurma bisa menjadi hababouk.

Kimri: Buah Masih Berwarna Hijau

Selanjutnya adalah tahapan kimri. Buah kurma yang berada dalam tahapan ini bentuknya sudah mulai membesar dan membentuk tubuh buah, tapi masih berwarna hijau.

“Tahapan buah kimri umumnya masih belum memungkinkan untuk dikonsumsi dan buahnya akan terasa akan terasa sepat atau pahit, tergantung varietas kurmanya,” papar Sudarsono.

Khalal: Kurma Mentah

Lalu tahapan selanjutnya dari perkembangan buah kurma adalah khalal atau sering disebut sebagai kurma mentah. Tahapan ini adalah pertumbuhan maksimum secara fisiologis dari buah kurma. Pada tahap ini, buah kurma sudah mulai berubah warna dari hijau menjadi kekuningan, lalu kemerahan, hingga merah tua. Warna tersebut bisa berbeda tergantung pada varietas kurmanya.

Kurma yang berada pada tahap khalal sudah bisa dipanen dan dimakan, tapi tidak bisa disimpan terlalu lama. Jika ingin menyimpan buah kurma khalal, maka harus dimasukkan ke freezer supaya buah tidak mengalami fermentasi. Kurma pada tahapan khalal ini disukai oleh kalangan tertentu karena tekstur buahnya masih sangat renyah.

Ruthob: Buah Berubah Kecoklatan

Lalu ada tahapan ruthob. Buah kurma ruthob warnanya sudah berubah jadi kecoklatan atau kehitaman, tergantung pada varietas kurmanya. Kurma ruthob memerlukan penanganan khusus karena kurma ini masih berpotensi untuk mengalami fermentasi sehingga akan jadi asam.

“Untuk itu, penyimpanan di suhu dingin perlu dilakukan jika ingin menyimpan dalam waktu yang lama,” ujar Sudarsono. “Pada fase buah kurma ruthob, jika dikonsumsi rasanya manis. Kandungan vitaminnya tinggi tetapi sebagai sumber energi siap pakai masih relatif rendah dibanding kurma tamr,” sambung dia.

Tamr: Kurma Kering

Terakhir adalah tahapan perkembangan tamr atau tamru. Tahapan ini jadi tahapan terakhir dari perkembangan buah kurma. Buah kurma dalam tahap seperti ini yang sering kita temukan di pasaran. Kurma tamr juga seringkali dikenal sebagai kurma kering.

Warnanya telah berubah menjadi coklat atau kehitaman dan dapat disimpan dalam jangka panjang karena kadar airnya sudah betul-betul menurun. Kurma tamr digemari oleh banyak orang karena teksturnya lembut dan tidak lagi memiliki serat. Kandungan gula dalam buahnya juga meningkat karena kadar air dalam buahnya sudah menurun.

“Pada fase buah kurma tamr, jika dikonsumsi dapat menyediakan sumber energi siap pakai dalam jumlah yang tinggi tetapi kandungan vitaminnya terutama vitamin C sudah sangat menurun,” tutup Sudarsono. (Wicak/Lines)


Sumber berita : https://ldii.or.id/sejarah-pohon-kurma-dan-awal-perkembangannya/

built with : https://erahajj.co.id