Denpasar – Dalam rangka semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila, DPW LDII Bali bersama dengan MUI Provinsi Bali dan Kota Denpasar mengikuti kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat LDII melalui zoom meetings pada Minggu (15/8). Kegiatan tersebut bertempat di Gedung Serbaguna LDII Provinsi Bali yang beralamat di Jalan Padang Griya II No.1, Denpasar.
Kegiatan webinar bertema kebangsaan ini diisi oleh beberapa narasumber diantaranya Drs. Drajat Wisnu Setyawan, M.M., selaku Direktur Bina Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Dalam pemaparannya, Drajat mengatakan bahwa keberagaman suku, agama, dan budaya yang dimiliki Indonesia harus tetap dikelola secara berkesinambungan.
“Kekayaan keberagaman merupakan sebuah aset/Mutiara yang sangat berharga sebagai kekuatan dalam memajukan Negara Indonesia, sehingga harus tetap dijaga oleh seluruh masyarakat Indonesia”, terang Drajat.
Selanjutnya, narasumber kedua adalah Kolonel Adm Amiruddin Laupe, S.Ss, M.M. yang menjabat sebagai Kasubdis Lingkim Direktorat Bela Negara Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Amiruddin sebagai seorang yang berlatar belakang prajurit mengupas tuntas peran ormas dalam hal wawasan kebangsaan dan bela negara.
“Bela negara jangan dimaknai hanya sebatas angkat senjata dan jadi tantara. Melakukan hal baik untuk bangsa dan negara juga termasuk bela negara. Dikaitkan dengan kondisi pandemi saat ini, dalam bidang kesehatan misalnya, disiplin dan patuh pada prokes juga masuk dalam bela negara”, jelas Amiruddin.
Sedangkan sebagai penutup dalam webinar kali ini, diisi oleh salah satu Ketua DPP LDII yaitu Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum. Singgih yang memiliki latar belakang sebagai seorang peniliti dengan disiplin kajian sejarah dan budaya membahas tentang sepak terjang LDII dari masa ke masa dalam rangka membumikan Pancasila.
“LDII memiliki historis yang sangat erat dengan ideologi Pancasila. Dahulu, di saat banyak ormas Islam balik badan untuk mendukung kekuatan politik terbesar saat itu, LDII justru memilih melawan arus dan berani mencatatkan dalam dokumen pendiriannya sebagai ormas yang berazas tunggal yaitu Pancasila tanpa tambahan lain-lain”, terang Guru Besar Sejarah Undip ini.
Singgih juga berulang kali menjelaskan bahwa perbedaan adalah rahmat dan bukan sesuatu yang perlu dipertentangkan, apalagi dieksploitasi untuk menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal. Oleh sebab itu, Pria yang lahir di Kabupaten Blora tersebut mengajak seluruh elemen masyarakat untuk saling bahu-membahu membangun Indonesia dalam bingkai NKRI. (BIL)