Jakarta (23/02). Punya rasa terobsesi membeli sesuatu dengan frekuensi checkout keranjang belanja online shop yang sering? Atau bahkan berbelanja hanya untuk menghilangkan stres dan letih? Ternyata kedua ciri di atas adalah bagian dari karakter pengidap gangguan belanja kompulsif atau compulsive buying disorder (CBD).
Gangguan ini ditandai dengan perilaku membeli secara berlebihan dan berlanjut yang dapat berkonsekuensi buruk bagi seseorang. Seperti halnya sifat addicted (kecanduan), gangguan kompulsif ini biasanya muncul bersamaan dengan beberapa penyakit mental lain yaitu gangguan makan, cemas, bosan, marah, dan depresi. Yang mana, saat seseorang merasa cemas hanya bisa diatasi dengan euforia setelah berbelanja. Namun setelahnya, malah merasa menyesal dan bersalah. Dan hal ini bisa terulang kembali.
Sebuah penelitian menjelaskan, barang yang dibeli oleh pengidap gangguan kompulsif biasanya tidak terkategori mahal, akan tetapi pembelian dilakukan dalam jumlah yang banyak sehingga pengeluaran menjadi tidak terkendali.
Karakteristik Pengidap Gangguan Kompulsif
Karakteristik yang dimiliki pengidap gangguan kompulsif yaitu:
- Obsesi untuk selalu berbelanja di setiap waktu.
- Barang yang dibeli pada akhirnya tidak digunakan sama sekali.
- Merasa senang dan puas setelah berbelanja, sering kali melewati ketetapan batas anggaran yang sudah dibuat.
- Berbelanja sebagai solusi dari melepas stres dan letih. Bahwa keinginan untuk berbelanja dipicu oleh emosi negatif yang sedang kita rasakan.
- Sadar bahwa kebiasaan buruk ini akan berdampak pada masalah pemborosan dan keuangan, tapi tetap dilakukan secara berulang.
Sebelum berbelanja barang yang sebenarnya tidak butuhkan, biasanya sering menghabiskan waktu mencari informasi terkait barang tersebut. Hal itu bisa disebabkan hanya mengikuti dorongan hati tanpa melakukan pertimbangan, sehingga mungkin saja yang terjadi adalah barang yang sudah dibeli belum sempat digunakan, sudah berhasrat untuk belanja lagi.
Hal-hal yang dapat memicu gangguan CBD yaitu, self esteem atau harga diri berdasarkan kepercayaan diri yang rendah, tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari umumnya orang, sikap perfeksionis dalam memenuhi ekspektasi diri, berfantasi bahwa masalah pada dirinya selesai dengan berbelanja, tidak terkendali, cenderung bergantung pada orang lain, memiliki kebutuhan akan pujian, membutuhkan solusi dari masalah, dan lain-lain.
Mengutip Psychology Today, perawatan yang harus diambil saat mengidap gangguan kompulsif ini adalah bagaimana mengatasi emosi yang mendasari kecanduan tersebut. Terapi kognitif-perilaku adalah salah satu jawaban mengatasi CBD, karena bertujuan untuk mengubah pola pikir dan respons kita dari negatif menjadi positif. Usaha lain yang dapat kita lakukan yaitu menyingkirkan sumber dana yang mudah diakses seperti mobile banking atau e-wallet, kartu ATM, dan melakukan belanja dengan teman atau kerabat. Terakhir, menemukan cara yang bermakna untuk menghabiskan waktu luang kita selain berbelanja, seperti muhasabah diri, memperbanyak amalan, dan mendekatkan diri kepada Allah. (Nisa/LINES)
Sumber berita : https://ldii.or.id/tahukah-anda-berlebihan-saat-belanja-termasuk-gangguan-mental/