Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Mendengarkan

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 25 November 2020, 12:47:35

Oleh Faizunal A. Abdillah, Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ‏- رضى الله عنه ‏- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ ‏- صلى الله عليه وسلم ‏-{ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ اَلدُّنْيَا, نَفَّسَ اَللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اَلْقِيَامَةِ , وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ, يَسَّرَ اَللَّهُ عَلَيْهِ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ, وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ, وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ اَلْعَبْدِ مَا كَانَ اَلْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ } أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.‏

Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari sebagian kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya dari sebagian kesusahan hari kiamat; dan barangsiapa memberi kelonggaran dari orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aib dia dunia dan akhirat; Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (Rowahu Muslim)

Bagi sahabat yang banyak menghabiskan waktu menolong orang-orang kesusahan, pasti tahu. Bagi teman yang meluangkan sebagian besar waktunya untuk membantu orang-orang dengan kebutuhan khusus, pasti mengerti. Bagi rekan yang suka menemani orang-orang yang punya problematika kehidupan, pasti faham. Bahwa ada satu hal mendasar yang paling dibutuhkan untuk mengobati kekurangan dan gangguan kejiwaan yang mereka alami, yaitu seseorang yang mau mendengarkan.

Seorang sahabat secara sangat menyakinkan pernah bercerita; “Apa yang kami butuhkan tatkala mengalami luka jiwa yang demikian mendalam adalah satu orang yang mau mendengarkan.” Karenanya setelah berhasil, sahabat tersebut kemudian menghabiskan banyak waktu untuk gantian mendengarkan. Sayangnya, kemajuan ekonomi, berkembangnya pengetahuan, majunya teknologi di mana-mana membuat semakin langkanya manusia yang mau menyediakan diri untuk mendengarkan orang lain.

Mari kita simak fakta kecil berikut ini. Dulu, tatkala banyak wanita jadi ibu rumah tangga, ada seseorang yang menyediakan diri untuk mendengar di rumah. Dulu, ketika masuk sekolah ada guru yang santai menyediakan diri untuk mengajar dan mendengarkan. Dulu ketika masuk ke surau, ada ustadz yang mau berbagi cerita dan mendengarkan. Sekarang zaman sudah berubah. Jangankan di rumah, di sekolah, di kantor, bahkan dalam kelompok spiritual dan religius pun, sangat langka ada manusia yang tekun mendengar. Semuanya gamang, hanya mau didengar, didengar dan didengar. Sebagai hasilnya, di mana-mana hadir jiwa yang sakit; haus, dahaga, kering dari kedamaian. Dari Abdullah bin Umar dari Nabi ﷺ bersabda:

أحبُّ الناسِ إلى اللهِ أنْفَعُهُمْ لِلنّاسِ، وأحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سُرُورٌ يدْخِلُهُ على مسلمٍ، أوْ يكْشِفُ عنهُ كُرْبَةً، أوْ يقْضِي عنهُ دَيْنًا، أوْ تَطْرُدُ عنهُ جُوعًا، ولأنْ أَمْشِي مع أَخٍ لي في حاجَةٍ أحبُّ إِلَيَّ من أنْ اعْتَكِفَ في هذا المسجدِ، يعني مسجدَ المدينةِ شهرًا، ومَنْ كَفَّ غضبَهُ سترَ اللهُ عَوْرَتَهُ، ومَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، ولَوْ شاءَ أنْ يُمْضِيَهُ أَمْضاهُ مَلأَ اللهُ قلبَهُ رَجاءً يومَ القيامةِ، ومَنْ مَشى مع أَخِيهِ في حاجَةٍ حتى تتَهَيَّأَ لهُ أَثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يومَ تَزُولُ الأَقْدامِ، [وإِنَّ سُوءَ الخُلُقِ يُفْسِدُ العَمَلَ، كما يُفْسِدُ الخَلُّ العَسَلَ] * رواه ابن أبي الدنيا في قضاء الحوائج، والطبراني في الكبير والأوسط والصغير

“Orang yang paling dicintai oleh Alloh ‘Azza wa jalla adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Amalan yang paling dicintai oleh Alloh adalah kesenangan yang diberikan kepada sesama muslim, menghilangkan kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama salah seorang saudaraku untuk menunaikan keperluannya lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) sebulan lamanya. Barangsiapa berjalan bersama salah seorang saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya sampai selesai, maka Alloh akan meneguhkan tapak kakinya pada hari ketika semua tapak kaki tergelincir. Sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amal sebagaimana cuka yang merusak madu.” (Rowahu Ibnu Abid Dunya Fi Qodhail Hawaij dan Thabrani Fil-Kabir wal-Ausath wash-Shagir)

Sebagaimana dialami banyak pencerah, penyembuh jiwa, konon percakapan adalah sebentuk pertukaran energi. Lebih-lebih bila dalam percakapan ini ada yang menyediakan diri untuk mendengarkan sepenuh hati. Hasilnya, mendengarkan itu menyembuhkan. Ia tidak saja menyembuhkan yang didengarkan, akan tetapi juga menyembuhkan yang mendengarkan. Yang didengarkan sembuh karena merasa sampah-sampah jiwanya mengalir keluar, hingga diri bersih. Yang mendengarkan sembuh karena merasa hidupnya lebih bermakna dan berguna bagi sesama. Ketika mendengarkan, energi kasih sayang pendengar bertumbuh dan memberikan efek kesembuhan yang luar biasa kepada yang didengarkan. Dalam hal ini mungkin kita perlu mengenang sikap Atha’ bin Abi Robah yang indah:

‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata:

إن الرجل ليحدِّثني بالحديث فأنصت له كأني لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد

“Sesungguhnya ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar A’laam An-Nubala)

Meminjam konsep client centered psychotherapy ala Carl Rogers, di mana kita yang paling mengerti hidup kita, bukan psikoterapis, dalam percakapan kesembuhan tugas seorang penyembuh hanya bertanya dan mendengar. Awalnya memang mendengar ke luar, melihat sisi penderitaan dari kehidupan orang lain di sekitar. Ia mengakibatkan seseorang berjumpa wajah kehidupan yang semakin kaya dari hari ke hari, baik dari sisi pendengar maupun yang didengar. Setelah lama mendengar ke luar, ia menghadirkan kerinduan untuk mendengar ke dalam. Mendengar masa kecil, mendengar perasaan-perasaan yang ditekan, mendengar pesan-pesan mimpi, mendengar tangisan alam bawah sadar seperti marah dan bad mood. Kebanyakan orang takut dan kemudian lari dari tangisan alam bawah sadar, khususnya trauma-trauma yang mencekam. Makanya mereka gagal menyembuhkan diri mereka sendiri. Tapi makhluk tercerahkan sujud, tekun, tulus mendengar suara-suara dari dalam ini. Betapa sakit pun rasanya, tetap ia didengar. Setelah melewati fase mendengar ke luar dan ke dalam, kemudian ada kerinduan untuk mendengar secara total (utuh). Termasuk dalam hal ini mendengar suara bumi, pepohonan, burung, awan, matahari, bulan, bintang, dan lingkungan sekitar. Al-Hasan Al-Bashri berkata,

إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه

“Apabila kamu sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya kamu bersemangat mendengar melebihi semangatmu berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah kamu memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)

Setelah melewati tiga tahap mendengar; mulai mendengar keluar, kemudian mendengar ke dalam dan mendengar secara utuh, baru seseorang bisa mengerti bagaimana seni mendengarkan yang sempurna. Hanya ia yang berhasil mendengarkan akan mengalami keutuhan yang bisa sepenuhnya menjadi jalan kesembuhan. Dan mendengar, sebagaimana diulas di atas, menolong banyak dalam perjalanan menuju keutuhan dan kesembuhan itu. Dalam bahasa lain, orang sering menyebut; tercerahkan.


Sumber berita : https://ldii.or.id/mendengarkan/

built with : https://erahajj.co.id