Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Semakin hari, hadits di bawah ini semakin membuka cakrawala pemikiran. Bukan saja membuka, tetapi seakan meledakkan sempitnya pemahaman yang dari dulu mencengkram kuat lorong pikiran. Alhamdulillah sekarang menjadi luas, lega, mengalir, seindah samudra. Tidak berbenturan satu dengan yang lain, namun sungguh terasa seperti riak ombak yang saling melengkapi dan mengisi. Berpacu, melaju dan berkejar-kejaran hingga menghempas indah di tepi pantai kedamaian. Dan di ujung sana mendapati kekuasaan dan keluasan Allah dengan segala ke-Maha-anNya. Subhanallah – alhamdulillah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ
Dari Abu Hurairah ra. dari Rasûlullâh ﷺ , beliau bersabda, “Seorang wanita pezina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di pinggir sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla. (Rowahul Bukhari)
Masih banyak dalil-dalil serupa, seperti kisah taubatnya seorang lelaki psikopat yang telah membunuh 99 nyawa, digenapi 100 dengan nyawa orang terakhir yang dia tanya. Di tengah pertengkaran malaikat pencatat amal, ia terselamatkan hanya karena beda satu jengkal saja menuju desa shalih di depan untuk bertaubat. Akhir yang mengharukan. Atau kisah pertanyaan Abi Dzar atas pernyataan Rasulullah SAW; “Tiada seorang hamba yang mengucap kalimat ‘Laa Ilaaha Illallah’ lalu ia meninggal dalam keadaan seperti itu kecuali ia akan masuk surga.” Dengan takjub dan ta’dhim Abi Dzar berkata, “Walaupun ia berzina dan mencuri?” Dengan mantap dan penuh karisma Rasulullah menjawab; “Meskipun ia berzina dan mencuri.” (Rowahu Ahmad). Klop. Indahnya pemahaman dan menawannya jalan pencerahan pemikiran.
Sayangnya masih banyak orang yang terjebak di dalam gang sempit pemahaman, yang akibatnya menjadikan kebenaran seperti sesuatu yang mengerikan. Atas nama kebenaran, bom bunuh diri meledak dimana-mana. Juga atas nama kebenaran, para teroris terus menebar kematian, di tempat ibadah, di sekolah dan tempat umum lainnya. Kebenaran seperti jalan buntu, bukan untuk dimiliki, tetapi justru dikecam dan dijauhi. Padahal sejatinya kebenaran adalah rohmatal lil alamin. Itulah wajah kebenaran sekarang ini, yang dalam totalitasnya berwajah mengerikan. Sebab utama karena sempitnya pemahaman, sehingga agama digunakan sebagai baju luar dari badan asli yang bernama kemelekatan. Ada kemelekatan harga diri, ketidakadilan, dendam, yang semuanya bermuara ke agama. Dan inilah yang menghasilkan kebenaran (baca: Islam) identik dengan kehidupan mengerikan.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ” . قَالَهَا ثَلاَثًا .
Dari Abdullah meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: “Celakalah orang-orang yang ekstrim! (berlebihan)” Beliau mengucapkannya tiga kali.” (Rowahul Muslim)
Mirip cerita seorang arab badui yang kencing di masjid, cerita Zen ini layak jadi bahan renungan. Suatu hari dua pendeta Zen berjalan di tengah hutan. Tiba-tiba pendeta Zen yang lebih tua mau kencing. Dengan tanpa beban pendeta tua ini kencing di sebelah patung Buddha. Tentu saja yang muda marah. Tanpa menoleh seinchi pun pendeta tua tadi bertanya: “Tunjukkan saya tempat di mana tidak ada Buddha?” Tentu saja dijawab standar kalau semua tempat adalah Buddha. Dengan enteng pendeta tua bertanya balik: “Kalau begitu saya kencing di mana dong?” Menganggap atribut agama sebagai sesuatu yang suci tentu baik. Namun melekat berlebihan pada konsep kesucian, kemudian memproduksi kekotoran batin, tentu layak direnungkan.
Terutama karena kesucian tidak diciptakan untuk menghasilkan kemarahan, permusuhan atau pun pembunuhan. Dalam hal ini, Rasulullah ﷺ memberikan contoh yang lebih elegan, dengan kisah Badui yang kencing di masjid. Biarkan badui itu kencing, jangan dibentak, jangan dihardik dan dimusuhi, walau masjid yang dikencingi. Bersabar dan bijaksanalah! Cukup ambil air dalam ember dan siram secukupnya pada bekas kencing. Mengagungkan masjid dapat, namun juga memuliakan sesama dengan indahnya.
Atsar dan dalil di atas, semacam pemecah es, sehingga pemahaman-pemahaman sempit yang disebut “kemelekatan” bisa dihancurkan. Setelah kemelekatan diledakkan, ternyata oleh keikhlasan dibukakan keindahan dan kedamaian. Ini sebabnya orang-orang di jalan jernih suci selalu berbisik: ‘God is beautiful, that’s why He loves beauty‘. Inilah yang kerap disebut the religion of beauty.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ” لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ” . قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً . قَالَ ” إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ ” .
Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi ﷺ beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.” Seorang lelaki berkata; “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya juga bagus.” Beliau bersabda; “Sesungguhnya Allah Swt itu Maha-Indah dan menyukai keindahan, sesungguhnya yang dimaksud sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (Rowahu Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ ”
Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ bersabda; “Sesungguhnya agama itu mudah Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah. Maka mempersungguhlah, mendekatlah, bergembiralah dan minta tolonglah di waktu pagi, sore dan saat akhir malam.” (Rowahul Bukhari)
Dan mudah-mudahan keindahan tidak menjadi wajah kemelekatan yang baru. Biarkanlah agama ini tetap mudah dan indah, sesuai fitrahnya.
Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-agama-yang-indah/