Nganjuk (16/5). Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, KH Ahsanul Haq, mengunjungi Pondok Pesantren Al Ubaidah Kertosono di Nganjuk, Jawa Timur, pada Selasa (14/5). Beliau memberikan tausiyah kebangsaan kepada 888 peserta Diklat dan tes calon muballigh-muballighoh LDII, yang akan diterjunkan di tengah masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, KH Ahsanul Haq menekankan pentingnya nilai-nilai kebangsaan. Ia mengingatkan para santri untuk memperhatikan budaya setempat, “Dalam berdakwah, kita harus memahami situasi, kondisi, dan bahasa setempat, agar pesan kita dapat lebih dipahami oleh masyarakat,” ujarnya.
Beliau menambahkan bahwa memperhatikan budaya setempat sangat penting karena tidak semua orang menerima kehadiran juru dakwah dengan baik. Selain itu, ia meminta para santri memiliki mentalitas yang kuat sebagai pendakwah, “Semangat dakwah harus dijunjung tinggi, jangan sampai kendor,” tegasnya.
KH Ahsanul juga mengingatkan pentingnya sikap toleransi dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, “Kita harus saling menghargai dan menghormati. Hal ini harus dilakukan bersama-sama, baik antar ormas Islam maupun dengan elemen-elemen lainnya,” katanya.
Menurutnya, persaudaraan antar ormas dan elemen masyarakat harus terus dijalin, diperkuat, dan ditingkatkan, “Agar kehidupan berbangsa dan bernegara ini bisa berkesinambungan dari generasi ke generasi,” tambahnya.
Beliau berharap para juru dakwah LDII dapat menjadi penerus perjuangan bangsa Indonesia di masa depan.
Hadir pula dalam acara tersebut Ketua DPW LDII Jawa Timur, M. Amrodji Konawi, beserta jajarannya. Amrodji berharap kehadiran MUI Jawa Timur yang memberikan bekal kepada calon juru dakwah LDII dapat mempersiapkan para santri agar mampu membawa nilai-nilai kebersamaan dan persatuan saat bertugas di tengah masyarakat.
“Sebagaimana dalam program LDII yang memiliki delapan klaster program kerja, dua di antaranya adalah nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan. Indonesia adalah bangsa besar dengan berbagai agama,” ungkap Amrodji.
“Negara kita adalah negara Pancasila, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara harus terus berjalan, bukan hanya untuk 100 atau 200 tahun, tetapi hingga akhir zaman,” tegasnya.
Pengasuh Ponpes Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Alhasany, juga menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Ketua MUI Jawa Timur dan DPW LDII Jawa Timur. Habib Ubaid berharap pembekalan dari MUI dapat menjawab tantangan zaman yang semakin berat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Biasanya naluri manusia mengatakan bahwa dirinya yang terbaik. Boleh saja merasa demikian dalam hati, tetapi dalam hubungan dengan masyarakat, jangan pernah mengucapkan hal tersebut. Untuk itu, perlu penanaman toleransi yang sangat tinggi,” ujarnya.
Ia berharap para santri yang telah mengikuti Diklat di Ponpes Al Ubaidah mampu mengembangkan wawasan kebangsaan, memiliki cinta yang besar terhadap bangsa dan negara, serta terus membentengi diri dari paham radikalisme.