Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Esai Tentang Melayani (Leadership)

Kategori : LDII News, Berita Nasional, Nasehat, Ditulis pada : 26 Agustus 2020, 09:42:20

Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang.

Secara tidak sengaja saya menemukan kiat sederhana kepemimpinan dari sebuah hadits panjang Abu Huroiroh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Karena panjangnya, izinkan saya meringkaskan untuk Anda. Bagi yang berkenan silahkan buka riwayat lengkapnya yang bercerita tentang sekendi susu, dimana tersirat teladan indah di dalamnya; pelayanan dalam kepemimpinan.

Abu Huroiroh ra., menceritakan bahwa dia sering kelaparan dan bertanya kepada sahabat lain tentang suatu ayat agar memberinya makan, namun banyak yang lewat tanpa melakukan apa yang diinginkan. Datanglah Nabi SAW lalu tersenyum, tahu yang tersirat diwajahnya. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Abu Huroiroh, ikutlah denganku.” Sesampai di rumah didapati hadiah sebuah wadah berisi susu, kemudian Nabi SAW bersabda; “Temuilah Ahlus Shuffah dan undanglah mereka ke sini.” Abu Huroiroh berkata dalam hati; ‘Apalah arti sekendi susu ini bagi ahlus shuffah. Aku berhak mendapat seteguk susu ini agar aku mendapatkan kekuatan. Jika mereka sudah datang, pastilah Rasulullah SAW menyuruhku untuk memberikannya kepada mereka. Dan aku tidak tahu apakah susu ini akan sampai pada giliranku?’

Akan tetapi taat kepada Allah dan Rasulnya adalah suatu keharusan, maka Abu Huroiroh pun mendatangi mereka dan mengajak mereka. Rasulullah SAW mempersilahkan mereka masuk dan mereka duduk di dalam rumah. Beliau bersabda, “Wahai Abu Huroiroh! Ambillah susu ini dan berikanlah kepada mereka.” Lalu aku mengambil kendi itu, dan memberikannya kepada salah satu dari mereka, lalu mereka minum sampai puas. Setelah itu dia mengembalikan kepadaku (begitu seterusnya) sampai berakhir pada Rasulullah SAW, sementara semua ahlus shuffah sudah kenyang.

Rasulullah SAW mengambil kendi itu sambil tersenyum dan bersabda, “Wahai Abu Huroiroh! Tinggal aku dan engkau. Duduklah dan minumlah.” Lalu aku minum. Rasulullah SAW bersabda, “Minumlah!” Lalu aku minum sementara beliau terus saja mengatakan, ‘Minumlah!’ sampai aku mengatakan, ‘Tidak demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, aku sudah tidak mendapatkan tempat lagi untuknya.’ Nabi bersabda, “Berikan kepadaku!’ lalu aku memberikan kendi itu kepada beliau, lalu Nabi memuji kepada Allah, kemudian membaca bismillah dan meminum sisa susunya.” (Rowahu Bukhari)

Seperti apa pelayanan dalam kepemimpinan, tersurat jelas dari kisah di atas. Rasul sering menerima hadiah, sering mendapat pemberian, beliau sering menerima undangan, tetapi selalu memberikan bagiannya kepada yang lain atau mengajak yang lain, yang lebih membutuhkan sebelum dirinya sendiri. Dengan demikian yang sedekah bangga, bisa ta’dhim dan berbagi, sedangkan penerimanya bahagia bisa berbagi juga dan melaksanakan amanat kepemimpinan. Berbahagia menjadi orang terakhir yang menikmati giliran.

Situasi seperti ini sudah jarang dijumpai. Banyak kepemimpinan sekarang kelihatan wah, menggiurkan, tetapi tanpa makna. Berisikan kepura – puraan semata. Banyak orang yang mengaku pemimpin karena ingin memanjakan dirinya, tetapi tidak mampu memimpin. Boro – boro menjadi orang terakhir, menjadi yang pertama saja malah memberi contoh yang tidak baik. Kalau berada di kerumunan masa, menjadi biang kerok – provokator, dan menghindari diri menjadi orang yang terakhir, karena terlihat payah. Banyak pemimpin yang mau enak duluan dan susah belakangan. Maunya dilayani terus, lupa untuk melayani. Kalau bisa jangan dan jangan sampai susah.

Kepemimpinan modern dengan sejuta gayanya ini, mengesampingkan nilai luhur sebuah asas kepemimpinan sejati, yaitu menjadi orang pertama yang menderita dan menjadi orang terakhir yang berbahagia. Kepimpinan adalah pelayanan. Ketika hal ini belum dimiliki oleh seorang pemimpin, jangan harap wulang reh kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro yang begitu mempesona menjadi nyata. Ing ngarso sung tulada, Ing madya mangun karsa dan Tut wuri handayani, tinggal barisan kata – kata. Apalagi mencontoh gaya kepemimpinan Nabi SAW seperti cerita di atas, yang kata sebagian orang sudah usang dan ditinggalkan. Mau dibawa kemana, arah kepemimpinan ini?


Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-tentang-melayani-leadership/

built with : https://erahajj.co.id