
Bahasa mengantar Anda ke berbagai pelosok dunia. Ini bukan sekadar slogan, tapi langkah praktis untuk mengenal dunia. Warga LDII Bengkulu Ruri Aulia yang kini kuliah di Departemen Cultural and Creative Industry, Shanghai Jiao Tong University, China, membuktikan hal itu.
Berawal dari kegemarannya menjelajah berbagai tempat dan berpetualang, Ruri pertama kali menginjakkan kaki di perantauan pada tahun 2015. Saat itu, ia nyantri sambil bersekolah, di Yayasan Nurul Huda, Natar, Lampung Selatan.
Meski jauh dari kampung halamannya di Kaur, Bengkulu, ia berhasil menjadi siswa teladan dengan giat belajar dan berprestasi. Singkat cerita, awalnya ia kuliah di Universitas Bengkulu, sebelum akhirnya pindah ke Shanghai Jiao Tong University, Tiongkok.
Selama kuliah, ia melanjutkan petualangan dan penjelajahannya dengan mengikuti berbagai program pengabdian seperti Mudo Sosial Ekspedisi (MSE) Gelombang IV pada tahun 2019, Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2021, Asia Youth Leader Camp, serta menjadi Ketua Pengurus Daerah Lingkaran Inspirasi Bangsa Provinsi Bengkulu.
Ia juga berhasil meraih gelar sebagai Bujang Bengkulu 2019 dan lulus sertifikasi Kompetensi Kepemanduan Wisata dengan Kualifikasi “Pemandu Wisata dalam Kota” oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Pariwisata Rafflesia (LSP-PR) berbahasa Inggris dan Mandarin.
Pencapaiannya tak lepas dari kegemarannya belajar bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. “Pertama kali belajar bahasa asing adalah bahasa Inggris. Tapi setelah saya amati, bahasa asing dengan penutur terbanyak di dunia adalah bahasa Mandarin,” ujar Ruri.
Menurutnya, belum banyak orang yang menguasai bahasa Mandarin kecuali orang-orang dari China sendiri. “Selain itu, saya melihat opportunity pekerjaan dengan bahasa Mandarin yang bisa dibilang cukup besar dan penempatannya cukup beragam, bisa di mana saja,” ujarnya.
Ruri mengungkapkan, Bahasa Mandarin merupakan bahasa tersulit di dunia, “Ada perasaan istimewa jika bisa menguasai bahasa ini. Oleh karena itu, saya akhirnya memutuskan belajar bahasa Mandarin di sebuah lembaga kursus di Kota Palembang,” pungkasnya.
Ia menceritakan, di maskapai penerbangan tempatnya bekerja ada kurang lebih 2.000-an awak kabin. Namun, hanya enam orang yang dapat menuturkan bahasa Mandarin. “Awalnya saya mendaftarkan diri karena dibutuhkan awak kabin yang bisa berbahasa Mandarin. Setelah waktu berjalan, saya ditugaskan sebagai flight attendant sekaligus interpreter untuk rute penerbangan China. Alhamdulillah, atas izin Allah saya mampu menjalani pekerjaan ini,” jelasnya.
Selain bekerja dan menempuh pendidikan, Ruri kerap mengisi waktu luang dan liburnya dengan menjadi tutor privat bahasa Mandarin dan penerjemah dokumen Mandarin-Indonesia ataupun Indonesia-Mandarin. Soal pembagian waktu antara kerja, kuliah, dan menjadi tutor serta penerjemah, Ruri memaparkan kiatnya,
“Kalau saya pribadi, yang penting dibawa enjoy. Berhubung saya menyukai semua yang saya kerjakan, jadi selalu punya celah untuk menikmati semua kegiatan ini. Tentu ada saat-saat di mana saya lelah bahkan ingin menyerah, tapi alhamdulillah orangtua dan keluarga selalu mendukung dan menyemangati,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, selalu diingatkan bahwa banyak orang di luar sana yang ingin mendapatkan pekerjaan namun masih terhalang banyak hal. “Jadi, saya bisa cari jalannya syukur dan menjalani kegiatan saya dengan banyak rasa syukur. Toh inilah cara Allah untuk memberi saya kesempatan mengembangkan diri, ‘kan. Jadi, ya, begitu, dinikmati saja,” pungkasnya.
Terkait tantangan kuliah di luar negeri, ia mengungkapkan pentingnya adaptasi dan belajar banyak hal. “Salah satunya tentang budaya disiplin yang kuat, sedangkan saya harus bekerja sebagai awak kabin. Oleh sebab itu, saya dituntut untuk memiliki time management yang sangat bagus, supaya bisa menjalankan pekerjaan dan studi dengan seimbang,” katanya.
Di akhir wawancara, untuk meraih mimpi, Ruri membagikan tips dan triknya. “Pernah dengar kutipan tuntutlah ilmu sampai ke negeri China? Bagi saya, makna kutipan tersebut sangatlah dalam. Sebagai orang yang beriman, tidak boleh bermalas-malasan dalam menuntut ilmu dan tidak boleh cepat merasa puas dengan ilmu yang kita miliki saat ini,” jelasnya.
Ia menegaskan, tidak ada satu pun orang di dunia ini terlahir dengan kemampuan dan kapabilitas yang cemerlang. Oleh karena itu, semuanya butuh proses.
“Nikmati proses dan jatuh bangunnya. Karena kegagalan tersebut akan menjadi guru tebaik untuk melangkah lebih jauh ke depannya. InsyaAllah, jika terus berusaha dan doa yang kuat, Allah akan membukakan jalan,” tutupnya. (AG/LINES)
The post Ruri Aulia Pemuda LDII Gemar Belajar Bahasa dan Akhirnya Melanglang Buana appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/ruri-aulia-pemuda-ldii-gemar-belajar-bahasa-dan-akhirnya-melanglang-buana/
- Bertutur Kata yang Baik sebagai Fondasi Akhlakul Karimah
- Ketua Umum DPP LDII Apresiasi Kebijakan Presiden Prabowo Terkait Penyelenggaraan Ibadah Haji
- Setiap Orang Menjadi Guru, Setiap Rumah Menjadi Sekolah
- Silaturahim Syawal, Ketum LDII Soroti Peran Media dalam Menghadapi Era Post Truth
- Pererat Silaturahim, Ketua LDII Bali Hadiri Halalbihalal MUI Bersama Gubernur dan Tokoh Lintas Agama
- Sejarawan Undip: Indonesia Harus Tetap Jadi Pemain Strategis di Tengah Ketegangan Global
- LDII Kerahkan 450 Personel untuk Rukyatul Hilal Awal Ramadan dan Syawal 1446 H
- Gelar Salat Idulfitri, Ketua LDII Bali Ingatkan Akhlak yang Baik Dimulai dari Perkataan yang Baik
- Pesan Idul Fitri dari Ponpes Wali Barokah Kediri: Dukung Visi dan Program Kepala Daerah Lewat Kontribusi Nyata
- Ketua Umum DPP LDII Ajak Masyarakat Manfaatkan Idul Fitri untuk Membangun Demokrasi dan Akhlak Bangsa