Nganjuk (24/2). Para calon juru dakwah LDII di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ubaidah Kertosono, memperoleh materi bela negara dari Kodim 0810 Nganjuk. Dalam acara tersebut, Pengasuh Ponpes Al Ubaidah KH Ubaidillah Al Hasaniy mengingatkan para santri agar melihat diri bangsa Indonesia, sehingga tetap konsisten menegakkan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
“Wawasan kebangsaan sangat penting saat ini, bagaimana para juru dakwah LDII melihat keberagaman suku bangsa dan agama. Sehingga dalam dakwahnya terus mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar KH Ubaidillah Al Hasaniy atau sering disapa KH Ubaid.
Ia menegaskan tanpa melihat kondisi bangsa yang beragam, seseorang bisa terjebak dengan “aku” bukan kita. Seterusnya, bisa dilihat sekelompok orang menjadi merasa benar sendiri yang lain salah. Bahkan berencana mengubah Pancasila, yang menjadi ideologi bangsa dengan paham lain yang tidak cocok dengan kondisi bangsa Indonesia.
KH Ubaid juga mengingatkan, nasionalisme bukanlah merasa negerinya paling hebat sehingga memandang rendah bangsa lain. Justru dalam diri bangsa Indonesia, memiliki karakter yang terbuka. Karakter tersebut harus dimanfaatkan untuk belajar hal-hal yang positif dari orang lain, bahkan bangsa lain.
Ia mengatakan sering bepergian ke luar negeri untuk berceramah, “Dari pengalaman melihat berbagai negara dan bangsa, ambil sisi positifnya untuk diajarkan kepada masyarakat,” kata KH Ubaid. Ia memberi contoh, negara-negara maju seperti Jepang dan Australia mengajarkan kedisiplinan dan mengedepankan pendidikan karakter. Karakter yang kuat dan kedisplinan tersebut, menjadi modal membangun negara mereka.
Dalam kesempatan itu, Kapten Inf. Joni Winarno dari Kodim 0810 Nganjuk, menegaskan perang saat ini telah berkembang menjadi perang modern, “Perang saat ini melibatkan teknologi informasi, yang tidak memakan korban jiwa, tapi merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Joni.
Nilai-nilai budaya dan ideologi yang tidak sesuai dengan kepribagian bangsa, masuk ke rumah-rumah melalui telepon seluler, yang mengubah prilaku remaja. Ia sependapat dengan KH Ubaid, Indonesia tidak bisa diubah atau dipaksa menjadi negara berdasarkan agama, “Negeri ini memiliki keragaman suku, agama, dan ras. Ada wilayah yang mayoritas Islam, ada yang mayoritas Kristen, atau Hindu,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi, ancaman saat ini bukan sekadar serangan musuh dari luar negeri, tapi juga dari dalam. Joni memaparkan, lingkungan strategis nasional yang bila tidak diselesaikan masalahnya bakal memperlemah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), “Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa mulai terlupakan, dulu gapura-gapura berhiaskan Garuda Pancasila, kini berubah menjadi hiasan bersimbol ormas,” kata Joni.
Menurutnya, hal tersebut menunjukkan lambang negara berganti dengan simbol-simbol kelompok, yang ingin menonjolkan komunitasnya masing-masing. Ia juga mengatakan, ancaman terus terjadi baik berbentuk ancaman militer dari negara lain, ataupun ancaman nonmiliter, “Di sinilah bela negara menjadi penting, dan menjadi tanggung jawab seluruh bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Berbicara di hadapan ratusan para santri, ia mengingatkan agar para santri belajar mengenai sejarah perjuangan bangsa. Dengan memahami sejarah, generasi muda tidak memperlakukan simbol-simbol negara dengan semena-mena, “Bendera merah putih dicorat-coret, atau dibuat lap. Ini benar-benar tidak menghargai jasa para pahlawan,” imbuhnya.
Menurutnya dengan mengenali sejarah bangsa, generasi muda bisa mencintai bangsa dan negaranya, juga masyarakat yang hidup di dalamnya. Ia berpesan, agar para santri selalu menjaga diri, nama baik almamater dan koleganya, “Inilah bagian kecil dari mencintai tanah air, dalam konteks yang lebih luas adalah menjaga nama baik bangsa dan negara,” ujarnya.
The post Kodim Nganjuk Ingatkan Bela Negara di Ponpes Al Ubaidah appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/kodim-nganjuk-ingatkan-bela-negara-di-ponpes-al-ubaidah/