Sumsel – Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan mengelola lahan yang tidak produktif menjadi sebuah wilayah penghasil beras bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Diperlukan tekad dan konsistensi yang besar dalam menghadapi banyaknya faktor penghambat.
Keberhasilan pengelolaan lahan yang dulunya tidak produktif menjadi wilayah penghasil beras mampu dilakukan para petani di Desa Karang Sari. Daerah transmigrasi yang terletak di Kecamatan Karang Agung Ilir Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Kini, menjadi daerah lumbung pangan terbesar ke-4 nasional.
Dahulu, desa dengan luas 1.240 Hektare terdiri dari 120 hektare pemukiman, 320 hektare perkebunan dan Pertanian seluas 800 hektare ini, sulit untuk dijangkau. Bahkan membutuhkan waktu 2 jam perjalanan melalui jalur sungai menggunakan speed boat yang berangkat dari dermaga jembatan PU Jalan Tanjung Api-api.
Dilihat dari keadaan geografisnya, Desa Karang Sari dikelilingi perairan, tidak aneh jika yang terlihat di desa ini lebih banyak jalur sungai-sungai kecil yang tersusun membatasi antar desa.
Dibalik keberhasilan tumbuhnya potensi pertanian yang mensejahterakan warga Desa Karang Sari, ada sosok lelaki yang memiliki gagasan dalam membangkitkan semangat para petani transmigran untuk berjuang hingga kesejahteraan menjadi milik mereka. Dialah Mohammad Zaka (47), seorang putra transmigran asal Bojonegoro yang berhasil menggerakkan potensi pertanian di daerah ini.
Sejak tahun 2009 awal menjabat sebagai Kepala Desa, Mohammad Zaka yang juga ketua PC LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Karang Agung Ilir sudah mulai memperbaiki pertanian di Desa Karang Sari, tidak hanya dengan memperbaiki sistem Irigasi, 19 Kelompok Tani yang dibentuk juga diberikan penyuluhan untuk menambah pengetahuan para petani dengan mendatangkan beberapa penyuluh pertanian.
Tidak hanya sebagai penggerak pertanian wilayah Desa Karang Sari, beliau juga menjadi penggerak dan pelopor pertanian warga LDII Kecamatan Karang Agung Ilir yang mencakup 6 Desa dengan luas lahan mencapai 900 hektare hingga 1.000 Hektare.
Mohamad Zaka sangat bersemangat mengajak dan mendorong Masyarakat Desa Karang Sari dan warga LDII untuk terus memaksimalkan potensi pertanian dan perkebunan yang ada di Desa Karang Sari dan Daerah Karang Agung secara umum dengan penggunaan tekologi tepat guna. Sejumlah langkah nyata dilakukan yakni mengelola lahan dengan memperhatikan irigasi dan normalisasi saluran, karena dengan tidak lancarnya saluran mengakibatkan tingginya pirit sehingga berdampak gagal panen. Sedangkan untuk mengatasi kelangkaan pupuk, para petani membuat pupuk organik sendiri yang diberi nama POC (Pupuk Organik Cair).
“Terimakasih juga adanya bantuan TR4 dari pemerintah sehingga lebih efisien dan mempermudah dalam pemgolahan lahan sehingga hasilnya lebih meningkat. Bahkan kini banyak yang dari Jawa ingin kembali ke Karang Sari,” ujar Zaka.
Karena Desa Karang Sari merupakan daerah pertanian pasang surut dengan cara tanam padi menggunakan cara TABELA (Tabur Benih Langsung/ditabur ) yang dalam satu tahun bisa 2 kali tanam, Zaka juga berupaya melakukan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari IP 100 menjadi IP 200 dan saat ini dalam satu hektarnya petani mampu menghasilkan 5-8 Ton/Ha Gabah Kering Panen dengan Harga Rp.3400 Kg.
Keberhasilan Zaka juga tak terlepas dari perjuangan ayahnya, KH. Mahfudz Sholeh yang juga selaku Dewan Penasehat DPW LDII Sumatera Selatan. Bermula pada tahun 1985 menjadi ketua rombongan program transmigrasi dari Jawa ke Sumatera sebanyak 44 KK.
“Berangkat dari Sukoharjo pada 25 Desember 1985 dan sampai di Karang Agung pada 10 Januari 1986,” katanya.
Perjuangan Mahfudz dan rombongan tidaklah muda, dua tahun setelah transmigran satu persatu rombongannya kembali ke Jawa hingga mencapai 24 KK.
“Dulu daerah ini belum bisa ditanami dan tidak menghasilkan, apalagi yang datang memang rata-rata bukan petani, tapi buruh pabrik akibatnya tidak kerasan dan pulang,” pungkasnya.
Oleh: Rully Sapujagad (contributor) / Fachrizal Wicaksono (editor)
The post Karang Sari, Dahulu Ditinggalkan, Sekarang jadi Sentra Beras Nasional appeared first on NuansaOnline.
Sumber berita : https://nuansaonline.net/karang-sari-dahulu-ditinggalkan-sekarang-jadi-sentra-beras-nasional/