Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Mencari Kejayaan

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 03 November 2021, 00:26:10

Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Ada dua cerita indah, satu dari Negeri 1001 Malam — Irak — dan satu lagi dari Negeri Gado-Gado – yang dijuluki The Sick Man of Europe yaitu Turki. Semua terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz. Abu Ubaid dalam Al-Amwal mengisahkan, Umar mengirim surat kepada Abdul Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak saat itu, agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. Dalam surat balasannya, Abdul Hamid berkata, “Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka, tetapi di Baitul Mal masih terdapat banyak uang.” Umar memerintahkan, “Carilah orang yang dililit utang tapi tidak boros. Berilah dia uang untuk melunasi utangnya.” Abdul Hamid kembali menyurati Umar, “Saya sudah membayarkan utang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.” Umar memerintahkan lagi, “Kalau ada orang lajang yang tidak memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.” Abdul Hamid sekali lagi menyurati Umar, “Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah tetapi di Baitul Mal ternyata masih juga banyak uang.” Akhirnya, Umar memberi pengarahan,”Carilah orang yang biasa membayar jizyah dan kharaj. Kalau ada yang kekurangan modal, berilah pinjaman kepada mereka agar mampu mengolah tanahnya. Kita tidak menuntut pengembaliannya kecuali setelah dua tahun atau lebih.”

Berikutnya cerita mengesankan dari Negeri Turki, pada saat yang sama, namun di tempat yang berbeda. Diceritakan, Umar Bin Abdul Aziz kedatangan tamu dari utusan provinsi Byzantium (Turki). Mereka ingin berkonsultasi tentang penggunaan kelebihan gandum di perbendaharaan negara. Umar pun memerintahkan mereka untuk menyalurkan gandum-gandum tersebut kepada seluruh fakir miskin, dan jika masih bersisa, maka gandum-gandum itu disalurkan dalam bentuk bantuan ke negeri-negeri sebelah, termasuk negeri non-muslim yang berdekatan. Setelah para utusan itu pulang ke Turki, mereka pun melaksanakan perintah Umar. Setelah semua fakir miskin diberikan gandum yang cukup untuk pangan, lalu disalurkan pula bantuan ke negeri-negeri sebelah, ternyata masih banyak sekali gandum itu tersisa, bahkan masih cukup untuk melakukan bantuan serupa untuk beberapa kali. Mereka pun kembali ke Damaskus untuk bertanya kepada Umar Bin Abdul Aziz perihal kelebihan gandum-gandum tersebut. Maka, ketika mereka kembali menghadap Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, Khalifah memerintahkan bahwa jika gandum itu masih bersisa: “Tebarkanlah gandum di puncak-puncak bukit, agar tidak ada orang yang berkata: ada burung yang kelaparan di negeri kaum muslimin.” Subhanallah…! Allahu Akbar! Dan tradisi ini masih berjalan di sana sampai sekarang, dimana ketika musim dingin tiba, muslim Turki menabur gandum di atas bukit.

Inilah 2,5 tahun yang sempurna, dimana terasa 25 tahun lamanya. Itulah zaman keemasan Islam. Ada di bawah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Apa yang dilakukan Sang Khalifah? Setiap malam, ia bangun bertahajud kepada-Nya dan menyendiri dengan-Nya sehingga basah tempat sujudnya oleh air mata. Kegigihan sholat malamnya tiada tara, hasilnya masa kekhalifahannya yang cuma 2,5 tahun, membawa kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Bahkan mencari orang yang berhak menerima zakat pun susah ditemukan kala itu. Wasiatnya; “Bagaimana mata ini dapat tertutup rapat dan tenteram, sedangkan ia tak tahu di mana kelak ia akan kembali di antara dua tempat.”

Umar bin Abdul Aziz adalah teladan nyata, mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan atas kerajaannnya. Menyerahkan semua urusannya kepada Yang Punya Perkara yaitu Allah, lewat bangun malam. Dan begitulah memang seharusnya. Namun, sekarang banyak yang terlena. Sekarang, banyak yang rindu suasana itu. Kenapa umat Islam terpuruk. Padahal, dulu Islam berjaya, baik di kancah ilmu pengetahuan maupun peradaban. Banyak yang bertanya, kenapa hal ini bisa terjadi? Dan berbagai usaha pun dilakukan oleh berbagai kalangan untuk meraih kembali kejayaan itu. Ada yang melihat dari sistem pemerintahannya sehingga menggebu dengan ide kekhalifahan. Sebagian lagi ada yang memandang dari sisi keilmuan sehingga berseru dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak sedikit pula yang berpendapat dengan menguasai jalur-jalur ekonomi dan informasi. Namun, semua itu serasa menemui jalan buntu. Karena satu hal, yang banyak dilupakan dalam memperoleh kembali kehormatan dan kemuliaan itu, yaitu tidak menegakkan kembali bangun malam seperti yang dipesankan Nabi ﷺ. Sahal bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Jibril pernah datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata,

يا محمد! عشْ ما شئتَ فإنكَ ميِّت، واعمل ما شئتَ فإنك مَجزيٌّ به، وأحبب من شئت فإنَّك مفارقُه، واعلم أنَّ شَرفَ المؤمن قيامُ الليل، وعزَّه استغناؤه عن الناس

“Ya Muhammad, hiduplah sesukamu karena kamu pasti mati, beramallah sesukamu karena kamu pasti dibalas karenanya, cintailah siapa yang kamu sukai karena kamu akan meninggalkannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mu’min adalah qiyamul lail dan kehormatannya adalah merasa kaya/cukup dari manusia (gak minta – minta).” (HR Thabrani fi Mu’jam al-Ausath).

Banyak kaum muslimin yang meninggalkan kebiasaan ini, sehingga tidak mulia dan tidak terhormat. Bagaimana mungkin kejayaan diharap akan datang, yang ada seperti turun anak tangga. Semakin lama semakin terpuruk dan tenggelam dalam gemerlap dunia. Dan tak terasa, menyelisihi wasiat indah yang dititipkan Nabi ﷺ kepada kita semua, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Umamah, sehingga jauh dari pertolongan, jauh dari harapan serta kemenangan.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الْإِثْمِ»

Dari Abu Umamah, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Hendaklah menetapi kalian semua pada shalat malam. Karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah, penghapus kesalahan, dan pencegah dari dosa.” (HR. At-Tirmizi)

Ada kalanya perlu usaha lebih untuk bisa menetapi hal ini. Sebab manusia itu pada dasarnya unik, penuh dengan alasan dan mengada-ada, seperti nash berikut.

أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ أَخْبَرَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَرَقَهُ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً، فَقَالَ: “أَلَا تُصَلِّيَانِ؟ ” فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّمَا أَنْفُسُنَا بِيَدِ اللَّهِ، فَإِذَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَنَا بَعَثنا. فَانْصَرَفَ حِينَ قُلْتُ ذَلِكَ، وَلَمْ يَرْجع إِلَيَّ شَيْئًا، ثُمَّ سَمِعْتُهُ وَهُوَ مُوَلٍّ يَضْرِبُ فَخِذَهُ [وَيَقُولُ] {وَكَانَ الإنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلا}

Sesungguhnya Ali Bin Abu Talib pernah menceritakan kepada Husain. Disebutkan bahwa pada suatu malam Rasulullah ﷺ membangunkan dia (Ali) beserta istrinya Fatimah. Rasulullah Saw. bersabda, “Tidaklah kalian berdua salat (sunnah)?” Saya (Ali) berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya jiwa kami berada di dalam genggaman kekuasaan Allah. Maka apabila Dia menghendaki kami bangun, tentulah kami bangun.” (Ali berkata), “Rasulullah ﷺ berlalu ketika aku mengucapkan jawaban itu, tanpa menjawab perkataanku barang sepatah kata pun. Kemudian aku mendengar beliau memukul pahanya seraya membacakan firman-Nya: ‘Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah’ (Al-Kahfi: 54).” (HR Bukhari)

Dalil ini bukan berarti pengesahan untuk bermalas diri, akan tetapi sebaliknya sebagai cermin dan motivasi yang sejati. Bagi mereka yang terus mencari, mencari kejayaan dengan pertolongan dan kesuksesan. Sebab dengan qiyamul lail seorang hamba mempunyai akses langsung kepada Allah SWT. Dengan qiyamul lail, menemukan janji Allah yang tak pernah diingkari. Yakin dan pasti.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ ‏”‏

Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda; “Pada setiap malam Allah SWT turun ke langit dunia, ketika sepertiga malam yang akhir tiba. Lalu Allah berfirman; ‘Barangsiapa yang berdoa kepadaKu niscaya Aku kabulkan, barangsiapa yang meminta kepadaKu niscaya aku berikan dan barangsiapa yang meminta ampunan kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni’. (Rowahu Bukhori)

Nah, jelas sudah kenapa situasi seperti ini terjadi dan semoga menyadarkan semuanya. Jangan tinggal diam, mari bergerak terus agar menjumpai pesan indah berikut ini.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَنِى بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بَهَا وَلَئِنْ سَأَلَنِى عَبْدِى أَعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ ». رَوَاهُ الْبُخَارِىّ

Dari Abi Hurairah ra : bersabda Rasulullah ﷺ sesungguhnya Allah berfirman : “Siapa yang memusuhi wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang terhadapnya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا، فَأَحِبَّهُ‏.‏ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا، فَأَحِبُّوهُ‏.‏ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الأَرْضِ

Dari Abi Hurairah dari Nabi ﷺ bersabda; “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru, sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia. Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia oleh kalian. Lalu penghuni langit mencintainya. Kemudian diberikan padanya penerimaan di bumi.” (HR. Al-Bukhari)

Mari, bangkitkan lagi qiyamul lail. Hidupkan lagi gerakan bangun malam. Niscaya kejaayaan segera datang menghampiri. Shadaqallah warasuluh.

The post Mencari Kejayaan appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.


Sumber berita : https://ldii.or.id/mencari-kejayaan/

built with : https://erahajj.co.id