Denpasar – Ketua DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia Provinsi Bali, H. Olih Solihat Karso, menjadi narasumber webinar dengan tema membangun harmoni dengan toleransi umat beragama di Bali. Kegiatan yang diprakarsai oleh Forum Pemerhati Sejarah Islam (FPSI) Bali tersebut dilaksanakan pada Sabtu (27/3) bertempat di Hotel Harris, Jalan HOS. Cokroaminoto, Denpasar.
Dalam paparannya, H. Olih Solihat Karso menjelaskan bahwa harmonisasi yang terjadi antara umat Islam dan Hindhu di Bali dilatarbelakangi karena adanya kearifan lokal sebagai cerminan nilai budaya masyarakat.
“Kearifan lokal yang menjadi ruh dari terciptanya harmoni antara Islam dan Hindhu diantaranya semangat menyama braya, tat twam asi, dan tri hita karana, jelas Olih.
Dalam perjalanannya, proses akulturasi budaya yang sudah terjalin sejak awal kehadiran Islam di Bali ternyata masih berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut memunculkan tradisi dan budaya yang unik. Beberapa akulturasi budaya yang dimaksud antara lain proses geneologi (perkawinan), kekerabatan secara alami, identitas nama, dan pembauran dalam kehidupan sehari-hari.
Selain akulturasi di sektor budaya, beberapa bidang seperti pertanian, seni bangunan, tata busana, Bahasa, dan kerohanian juga membentuk keunikan akulturasi yang hanya ditemukan dalam satu komunitas tertentu di Bali.
“Meski subak merupakan hukum tradisional yang bersifat sosio-agraris-relijius yang berdasarkan tradisi Hindhu, namun beberapa wilayah sudah dikelola oleh Masyarakat Muslim diantaranya Yeh Sumbul, Madewi, Pekutatan, dan Subak Yeh Santang”, terang dosen yang mengajar di ISI Denpasar ini.
Populasi penduduk Muslim dan jumlah kampung yang signifikan di Bali menjadikan kesemuannya sebagai potensi yang layak dikelola untuk kemakmuran bersama. Demografi, kesejarahan, ekonomi, pendidikan, dan kemanusiaan adalah beberapa faktor yang menjadi arah pengembangan dan pengelolaan sumberdaya tersebut.
Di akhir acara, Olih berpesan kepada generasi saat ini bahwa kerukunan antara umat Islam dan Hindhu di Bali telah berlangsung sejak abad 14 Masehi dan telah membentuk akulturasi di semua lini kehidupan. Harmonisasi ini selayaknya dirawat guna menciptakan kebersamaan dalam persatuan.
“Potensi yang besar dalam masyarakat Muslim di Bali dapat dikembangkan menjadi prospectus atau harapan baik jika dikelola secara profesional sehingga memberikan kemanfaatan bagi umat manusia.” (BIL)