Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Tantangan Perang Dingin Baru di Depan Mata, Akademisi Sarankan Semangat KAA Dikobarkan Lagi

Kategori : LDII News, Nasional, Ditulis pada : 18 April 2023, 13:46:29

Jakarta (18/4). Tanggal 18 April diperingati sebagai Hari Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang melahirkan Dasasila Bandung. KAA yang pertama digelar di Bandung pada 1955 adalah salah satu warisan Indonesia untuk perdamaian dunia. Gerakan Non-Blok kala itu tercipta untuk menahan Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Menukil Encyclopaedia Britannica (2015), KAA digelar di Bandung pada 18-24 April 1955. KAA Bandung dihadiri 29 pemimpin dari Asia dan Afrika. Mereka adalah perwakilan dari separuh penduduk dunia. Pengusung dan penyelenggara KAA yakni: Indonesia, India, Birma (Myanmar), Pakistan, Sri Lanka.

Pesertanya berasal dari negara-negara dari Afrika, Asia, hingga Timur Tengah. Selain lima penyelenggara pesertanya yakni: Afghanistan, Kamboja, China, Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Ghana), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Arab Saudi, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Yaman.

Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistiyono mengatakan fenomena KAA mengandung beberapa aspek. Pertama, merupakan fenomena Perang Dingin di mana terjadi kontestasi dan konflik antara Blok Kapitalisme-Liberalisme berhadapan dengan Blok Sosialisme-Komunisme.

“Blok Kapitalisme-Liberalisme dipandang sebagai bekas negara-negara penjajah terhadap bangsa Asia dan Afrika. Dalam hal ini Blok Sosialisme-Komunisme mengidentikan diri sebagai negara-negara bekas jajahan kolonialisme Barat,” ujar Singgih yang juga Ketua DPP LDII.

Kedua, Singgih menilai fenomena KAA merupakan tonggak bagi Indonesia untuk mengambil peran penting dalam diplomasi internasional. Dalam hal ini Indonesia merupakan salah satu pelopor untuk menghimpun bangsa-bangsa Asia-Afrika agar terbangun solidaritas dalam menciptakan dunia yang tanpa penjajahan dan eksploitasi.

“Ini merupakan cikal-bakal bagi munculnya Gerakan Non-Blok yang tidak berpihak baik kepada Liberalisme-Kapitalisme dan Sosialisme-Komunisme dalam konteks Perang Dingin, namun bersikap netral dalam menciptakan perdamaian dunia,” lanjutnya.

Menurut Singgih, dalam konteks situasi sekarang ini, ketika persaingan antara Blok China dan Amerika Serikat sedang memuncak yang menciptakan semacam Perang Dingin Baru, maka peran Indonesia ditantang untuk bisa ikut menyelesaikan persoalan konflik global. Jika Indonesia tak mampu menjadi pionir, maka ada kemungkinan Indonesia justru menjadi bulan-bulanan bagi kekuatan internasional yang sedang berkontestasi.

“Apakah Indonesia mampu mengulangi kejayaan tahun 1950-an dan 1960-an? Kita tunggu saja. Semoga bisa,” tutupnya.

The post Tantangan Perang Dingin Baru di Depan Mata, Akademisi Sarankan Semangat KAA Dikobarkan Lagi appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.


Sumber berita : https://ldii.or.id/tantangan-perang-dingin-baru-di-depan-mata-akademisi-sarankan-semangat-kaa-dikobarkan-lagi/

built with : https://erahajj.co.id