Tahun 2022 baru saja berakhir. Kemarin pasti banyak orang yang keluar rumah, nongkrong, party, pesta kembang api, nonton konser, atau sekedar kumpul-kumpul dengan teman maupun keluarga untuk merayakan malam pergantian tahun.
Well, perayaan malam tahun baru adalah suatu yang lumrah. Ada orang-orang yang memilih mengisinya dengan kegiatan positif, namun ada juga yang justru melakukan sebaliknya seperti; pesta minuman keras, seks bebas, konvoi di jalanan, dugem hingga pagi dan lain sebaginya. Mungkin hanya sebagian kecil yang memilih tinggal di rumah, me time sambil rebahan. Mungkin nonton Netflix. Tapi yang paling sering kulihat di sekitar sih pada pesta kembang api.
Sekian banyak opsi mengisi malam tahun baru, aku pilih mengikuti “Mahir Peta Kertas 2023”. Kepanjangan dari “Malam Pengajian Akhir Tahun Generasi Penerus Muda-Mudi Cawas” yang diselenggarakan oleh Generasi Penerus PC LDII Kecamatan Cawas Klaten, Jawa Tengah.
Kalau boleh jujur, aku lebih pilih untuk tinggal di rumah, rebahan, sambil mantengin berita dating selebritas Korea lagi dari dispatch . As an introvert, hanya membayangkan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang saja sudah membuatku lelah.
Tapi, aku gak boleh nurutin hawa nafsu males yang menyerang, walaupun sore itu Cawas diguyur gerimis. Terngiang-ngiang di kepala dalil “لَغَدْوَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا”, tentang nilai pahala mengaji yang lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dengan mengucap “Bismillah.” aku ngengkol motor Supra X-ku menuju masjid. Kalau kata mas muballigh sih, semua kegiatan itu harus diniati karena Allah agar barokah dan berpahala.
Acara ini diikuti oleh 266 remaja LDII dari lima PAC se-Kecamatan Cawas dengan tema “Penjagaan dan Peningkatan Kualitas Keimanan Generasi Milenial Di Tahun Baru.” Mengutip pernyataan Ketua Panitia Mas Angga, tujuan kegiatan ini adalah mengajak para generasi muda untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah sebagai wujud keimanan, yang lebih penting menghindarkan generus dari melakukan kegiatan negatif saat malam tahun baru. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai dari salat Maghrib berjamaah dan diakhiri dengan nasehat usai salat Subuh.
Acara dimulai dengan nasehat dari Bapak Suparno selaku perwakilan pengurus PC LDII Cawas. Setelah itu kuis dengan pertanyaan seputar isi nasehat. Lalu kami mengkaji Al-Qur’an selama 30 menit dan dilanjutkan dengan games yang dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama game tebak kata, diselingi makan bersama, dan terakhir game tebak gaya. Hingga acara puncak pun tiba, yaitu hiburan; penampilan persinas asad dan drama musikal.
Awalnya honestly I have low expectation. Mengusung tema bullying di sekolah, ternyata drama yang ditampilkan cukup bagus dari segi cerita dan alurnya. Dialognya pun sukses mengocok perut penonton, terutama kejadian tak terduga saat celana si villain robek ketika beradegan berkelahi. Dia segera masuk masjid dan ganti celana wkwk. Cerita berlanjut hingga happy ending bagi korban bully yang bisa membalas perbuatan para perundung itu dengan kemampuan silatnya.
“Kami berharap generus memiliki keberanian dalam hal memperjuangkan kebenaran, termasuk dalam hal bullying. Bagi para korban, jangan takut untuk speak-up dan bagi kalian yang menyaksikan bullying jangan hanya diam. Stop bullying dalam bentuk apapun dan tingkatkan 6 tabiat luhur!” Itulah pesan yang disampaikan oleh narator di akhir cerita. Aku setuju! Karakter perundung harus diberantas minimal dimulai dari lingkup pergaulan generus. Karena mental perundung tidak akan hilang begitu saja—justru akan melahirkan perundung-perundung lainnya.
Pukul 23.30 hingga 2.00 kami istirahat, tidur. Lalu dibangunkan untuk melaksanakan salat tahajud, setelahnya boleh istirahat kembali sampai salat subuh.
Capek? Pasti. Mengantuk? Sangat. Tapi ada satu kalimat nasehat yang rasanya menyentil hatiku pagi itu, “Tahun berganti. Hidup berubah. Tapi keimanan dan keyakinan terhadap agama jangan sampai melemah apalagi berubah.” Kurasa sepanjang tahun kemarin aku terlalu overthinking masalah pekerjaan, karier, dan apa yang akan terjadi di masa depan tanpa memperhatikan kualitas ibadah yang belum stabil dan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
2023 baru dimulai, tapi semoga, kita selalu ditetapkan dalam hidayah dan rahmat-Nya Allah. Sesuai dalil, kita sepakat bahwa tahun ini pasti lebih jelek daripada tahun lalu. Lebih berat, banyak tantangan, menguras energi, dan butuh banyak pembelaan. Tapi di setiap pengorbanan, pasti akan ada kemenangan. (Fauziah Eka Safitri)
The post Menutup Buku Catatan Akhir Tahun 2022 appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/menutup-buku-catatan-akhir-tahun-2022/