Jakarta (31/7). Ketua Bidang Litbang, Iptek, Sumberdaya Alam, dan Lingkungan Hidup (Lisdal) DPP LDII, Sudarsono mengatakan, dalam rangka mendorong Kampung Jamus menjadi Desa Program Kampung Iklim (ProKlim), pihaknya telah mensurvei kegiatan-kegiatan apa saja yang sudah dilakukan Kampung Jamus.
“Dan ternyata kalau melihat kriteria yang disampaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), banyak kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh Jamus, yang bisa menjadi bagian dari ProKlim itu,” ujarnya ketika diwawancarai usai Webinar #Hanya Satu Bumi: ProKlim untuk Kehidupan Berkelanjutan, pada Sabtu (30/7).
Bahkan, Ketua Kelompok Kerja (Pokja) ProKlim Desa Sambak, Magelang, Jawa Tengah (Desa penerima penghargaan ProKlim dari KLHK) sekaligus sebagai salah satu narasumber pada acara webinar tersebut, Danu Utomo menilai Kampung Jamus mencapai level 90 dari 100, ” Hal ini artinya Kampung Jamus ini berpotensi menjadi ProKlim,” ujarnya.
Untuk itu, DPP LDII memberikan arahan berupa pengenalan tentang apa itu ProKlim, serta menjelaskan peran pentingnya organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk ikut andil dalam menjaga ketahanan iklim.
“Ini yang kemudian kami akan jadikan sebagai salah satu program utama dari DPP LDII, bagaimana mengidentifikasi lokasi-lokasi DPW ataupun DPD se-Indonesia, mana yang berpotensi sebagai ProKlim,” ujar Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Ia melanjutkan, DPP LDII siap memberikan asistensi, dalam menyiapkan lokasi itu untuk didaftarkan ke KLHK sebagai Kampung Iklim.
Alumni North Carolina State University itu menyebut, daerah-daerah yang berpotensi menjadi kandidat kampung ProKlim perlu menunjukkan itikad baik. Selanjutnya, membangun dan menjalin hubungan kerja sama dengan pemangku kepentingan guna terciptanya ProKlim tersebut.
“Kami tunjukkan apa yang kami punya, diharapkan itu akan bisa datang sendiri. Ini barangkali semangat yang perlu kami bangun bagi komunitas-komunitas di bawah binaan DPP LDII,” katanya.
Bukan hanya di daerah-daerah saja, tambahnya, namun di sejumlah pondok pesantren yang bernaung di bawah LDII, juga dapat mengembangkan ProKlim tersebut guna menjaga ketahanan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
“Seperti Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur, dalam permasalahan pembuangan sampah dapat diselesaikan pada area ponpes itu sendiri tanpa harus membuangnya di pembuangan sampah akhir,” ujarnya.
Menurutnya, Ponpes tersebut dapat melakukan pemilahan sampah, organik dan anorganik. Untuk sampah organik, dilakukan dengan biokonversi, yakni pendaur ulang sampah organik menjadi sumber energi metan, melalui proses fermentasi yang melibatkan organisme hidup.
“Dengan menggunakan lalat black soldier fly (BSF). Lalat tersebut, telah melewati uji coba yang mana dapat menangani masalah sampah organik,” urainya.
Sedangkan untuk sampah anorganik, urainya, itu dengan proses daur ulang barang, dengan begitu menjadikan kemanfaatan baru tanpa menghilangkan bentuk asli dari barang tersebut (Upcycle).
“Dengan proses daur ulang serta menghancurkan barang tersebut menjadi barang lain yang berguna (Recyle). Apabila sampah anorganik ini benar-benar tidak bisa digunakan kembali, barulah dilakukan pemusnahan,” ujar Darsono.
Sudarsono juga menyampaikan, LDII menjadikan ProKlim itu sebagai kegiatan dakwah bil haal, berkontribusi dalam mengurangi emisi gas karbon, “Serta timbulnya aspek-aspek ekonomi, bukan hanya dari segi finansial, melainkan juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan menjadi lebih baik,” ucapnya.
The post DPP LDII Dorong Pengembangan Kampung ProKlim di Berbagai Daerah appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/dpp-ldii-dorong-pengembangan-kampung-proklim-di-berbagai-daerah/