Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Kampung Jamus Diproyeksikan Jadi Kandidat Program Kampung Iklim

Kategori : LDII News, Nasional, Ditulis pada : 31 Juli 2022, 03:42:48

Jakarta (31/7). Perubahan iklim ekstrim yang terjadi secara global, menyebabkan berubahnya pola hujan, naiknya muka air laut, terjadinya badai, gelombang tinggi, dan dampak lainnya dapat mengancam keberlangsungan makhluk hidup di bumi.

Hal itu mendorong Departemen Litbang, Iptek, Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (Lisdal) DPP LDII menggelar webinar Hanya Satu Bumi: ProKlim untuk Kehidupan Berkelanjutan di Bumi, Sabtu (30/7).

Ketua Pokja ProKlim Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Magelang, Jawa Tengah, Danu Utomo mengatakan, Desa Sambak melaksanakan Kampung Iklim pada saat kebanyakan masyarakat belum paham mengenai ProKlim.

“Tahun 2017 kami mendapat kunjungan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang, mereka meminta data Desa Sambak tentang kegiatan yang pernah dilakukan, lalu mereka mengusulkan ProKlim,” ujarnya.

Pria kelahiran Kota Magelang itu menambahkan, pihaknya langsung menyusun data tentang ProKlim. “Alhamdulillah data yang diminta masih ada dan di tahun yang sama, Desa Sambak meraih trophy dan sertifikat ProKlim Utama yang langsung diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar,” jelasnya.

Keberhasilan Desa Sambak, menurutnya, saat mendapatkan sertifikat Proklim Utama, menjadikannya terus berupaya menjadi yang lebih baik. Alhasil, pada tahun 2021, Desa Sambak diajukan untuk menjadi ProKlim Lestari.

“Ini menjadi sebuah tantangan baru bagi kami, dimana seharusnya jarak pengajuan ProKlim Utama ke ProKlim Lestari minimal dua tahun dan wajib membina 10 desa binaan,” ucap Danu.

Dari target pengajuan ProKlim Lestari yaitu 10 desa binaan, Desa Sambak berhasil membina 14 desa binaan dan terus meningkat. Dari data terbaru tahun 2022, ada 15 desa binaan di antaranya, tiga ProKlim Utama dan 12 ProKlim Madya.

“Dari 12 ProKlim Madya yang akan didampingi untuk menjadi ProKlim Utama dan tiga ProKlim Utama akan didampingi menjadi ProKlim Lestari,” ujar alumnus Alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sementara itu, Kepala Pengawas Internal PT Kebun Teh Jamus, Purwanto Wahyu Priyono mengatakan, Kampung Jamus yang memiliki luas mencapai 472 Ha dan ditanami teh seluas 430 Ha berpotensi memberikan dampak positif terhadap ekonomi dan sosial bagi warga Kampung Jamus serta bisa menjadi kandidat ProKlim.

“Beberapa program yang dilakukan menjadikan Kampung Jamus memiliki potensi kandidat ProKlim,” ujar Purwanto.

Alumnus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya itu mengatakan, beberapa program yang dijalankan Kampung Jamus salah satunya penanaman 100 ribu pohon pelindung di tahun 2002 meliputi jenis saman, surian, sengon, dan ekaliptus.

Selain itu, pemanfaatan SDA untuk energi baru terbarukan juga menjadi salah satu program penting di Kampung Jamus. “Di tengah Kampung Jamus terdapat sumber mata air, sumber lanang dan sumber sawahan. Potensi ini dimanfaatkan pada tahun 2007 dengan membangun pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH) Jamus yang menghasilkan daya sebesar 100 KWH,” jelasnya.

Dalam Rangka efisiensi bahan bakar, maka dibangun lagi PLTMH Jamus II tahun 2010 dan PLTMH III yang berkapasitas 50KW pada tahun 2017. Pada tahun 2019, di bangun lagi PLTMH 4 yang berkapasitas 40 KWH dengan memanfaatkan sumber mata air sawahan.

“Banyak manfaat yang dihasilkan dari PLTMH tersebut, salah satunya listrik untuk kebutuhan pabrik teh tercukupi, penerangan jalan protokol desa serta perumahan karyawan juga tercukupi,” ujarnya.

Menurutnya, sebelum dibangun PLTMH debit air yang masuk irigasi 56 persen mengakibatkan banyak losis di saluran. “Setelah dibangun PLTMH debit air yang masuk irigasi 94 persen sehingga tercukupi kebutuhan air dan listriknya,” tuturnya lagi.

Kampung Jamus melakukan penanganan gulma untuk pupuk. Gulma di kebun dikumpulkan kemudian dimasukkan ke digester diberi dekomposer kurang lebih 45 hari sehingga menjadi pupuk padat, cair, dan gas. Dan juga berhasil memanfaatkan kotoran hewan ternak dan limbah lainnya untuk dikelola menjadi pupuk kompos.

“Kampung Jamus pun menyediakan rumah kompos, yang dimanfaatkan untuk tempat khusus pengelolaan kompos dari kotoran hewan ternak dan limbah lainnya,” pungkasnya.

Tidak hanya itu, lahan yang tidak dimungkinkan ditanami teh karena kemiringan lebih dari 35 persen dilakukan terasering dan ditanami pohon alpukat oleh warga Kampung Jamus. “Pemanfaatan lahan tertentu seperti jomblang (selokan antar bukit), pada waktu hujan dilewati air yang cukup deras dibuatlah terasering dan ditanami pepohonan,” paparnya.

Pria kelahiran Kota Malang itu mengatakan, Kampung Jamus termasuk destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Namun hal tersebut membawa dampak negatif, salah satunya menumpuknya sampah yang dibawa oleh pengunjung.

“Pihak pengelola kebun teh secara khusus menyediakan pengangkut sampah sehingga tidak ada pembakaran sampah di wilayah kebun teh,” tutupnya.

The post Kampung Jamus Diproyeksikan Jadi Kandidat Program Kampung Iklim appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.


Sumber berita : https://ldii.or.id/kampung-jamus-diproyeksikan-jadi-kandidat-program-kampung-iklim/

built with : https://erahajj.co.id