Jember (21/6). DPD LDII Kabupaten Jember menghelat seminar penanggulangan penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK). Acara tersebut dihelat di Aula Serbaguna Al Manshurin Patrang pada Senin (20/6) tersebut, mengangkat tema “Deteksi Dini Hewan Qurban dari PMK”.
Dalam kesempatan tersebut akademisi Ilmu Administrasi Negara Universitas Jember sekaligus Ketua Dewan Penasehat DPD LDII Kabupaten Jember, Boedijono mendorong pemerintah memanfaatkan teknologi digital dalam mencegah penyebaran PMK.
“Dalam kondisi pandemi PMK ini, pelayanan oleh pemerintah harus berbasis pada ecolabelling, yaitu memberikan informasi terkait ekologi. Fungsi ecolabelling diharapkan agar pelayanan pemerintah lebih bisa dipahami masyarakat atas informasi yg akurat,” ujarnya.
Menurutnya, secara umum terdapat empat fungsi pemerintah yakni fungsi pembangunan, fungsi pengaturan, fungsi kebijakan dan fungsi pelayanan umum. Terkait pelayanan umum, ecolabelling biasanya dipakai di dunia perikanan berbasis ekologi, “Dalam pelayanan publik, juga bisa dipakai karena pemberian label bagi produk makanan agar informasi yg diberikan oleh pemberi label lebih akurat,” ungkap Boedijono.
Ia menambahkan bahwa pemerintah harus memberikan informasi kepada masyarakat tentang hewan kurban yang lebih akurat. Dengan demikian masyarakat bisa melaksanakan ibadah kurban dengan lebih syar’i dan dagingnya bisa bermanfaat serta higienis, “Pelayanan pemerintah dengan pemberian sertifikasi atau pemberian label menjadi kebutuhan,” pungkasnya.
Sementara itu Devi Nur Islami mewakili Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Jember Kabupaten Jember, menjelaskan bahwa sosialisasi ini bertujuan untuk melakukan deteksi dini hewan kurban dari serangan PMK. Perlu diketahui wabah ini sedang marak di Indonesia, dan menyerang sapi dan kambing.
“Semua kecamatan di Kabupaten Jember sudah ada kasus PMK dan terbanyak di Kecamatan Puger. Per hari ini sudah ada lebih dari 4.000 kasus yang sudah masuk ke data kami,” ungkapnya.
Ia mengimbau kepada semua masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih hewan kurban, yang bakal disembelih saat Idul Adha, “PMK ini tidak perlu ditakutkan tetapi juga tidak boleh diremehkan karena penularannya sangat cepat sekali, terutama bagi peternak sapi yang dalam satu kandang ada beberapa ekor sapi,” ujarnya.
Devi berharap kepada semua masyarakat untuk preventif atau deteksi dini, dengan cara melaporkan hewan ternak yang terindikasi PMK kepada petugas dari Dinas Peternakan.
Ia mengungkapkan indikasi ternak yang terinfeksi PMK, antara lain mulut berbusa, kaki tidak kuat menahan badan untuk berdiri, dan tidak punya nafsu makan. Akibatnya, kondisi ternak emah dan antibodi turun.
“Ada acara alami yang bisa ditempuh yaitu dengan membuat minuman dari kunyit dan gula aren. Walaupun sapi terkena PMK, dagingnya tetap aman dikonsumsi oleh manusia asalkan sudah dimasak dengan cara yang benar,” ujar dokter hewan lulusan Universitas Airlangga tersebut.
The post Akademisi Unej Sarankan Layanan Berbasis Ecolabelling untuk Cegah Wabah PMK appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/akademisi-unej-sarankan-layanan-berbasis-ecolabelling-untuk-cegah-wabah-pmk/