Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Ada sebuah pertanyaan indah, di mana ketika membayangkan saja terasa indahnya. Kekuatannya begitu dahsyat. Apalagi ketika bisa melakukan pasti sangat membahagiakan. Dan terlebih lagi bagi yang sudah memiliki dan menikmati, memancarkan aura kedamaian pada lingkungan dan sekitarnya. Sejuk, tenang dan menenteramkan bagi yang menjalani, yang melihat maupun yang membayangkan. Pertanyaannya sederhana; ”Sudahkah kita senyum saat sujud?” Ini adalah pertanyaan lanjutan dari pertanyaan,“Apakah praktik spiritual sederhana tapi mendalam?” dan pertanyaan,”Bagian shalat mana yang paling disuka?”
Rasanya sangat beralasan kami kemukakan hal ini. Kenapa? Karena ada dorongan kuat dari lubuk hati yang dalam untuk menyampaikan niat baik ini. Sebab beberapa bisikan yang terus menderu untuk selalu tafaqqohu. Selain itu menghindari munfaridun, tetapi secara bersama-sama, dimana aroma kebahagiaan fadhal dan rohmat menjadi rujukannya. Agar bisa tetap tersenyum dan tersenyum selalu untuk menambah dalam tingkat spiritual dan keimanan.
Bukan berarti kita tersenyum saat sujud. Jawaban pertanyaan di atas adalah apakah kita sudah berseri wajah kita ketika kita sujud. Sebab fadhilah yang begitu besar dari kegiatan yang bernama sujud ini. Alangkah ruginya jika ternyata kita belum bisa melakukan keceriaan dan senyuman di dalam sujud kita. Simaklah serangkaian nash tua sebagai kabar gembira akan hal ini;
Pertama, sujud yang dilakukan seorang hamba, adalah momen yang paling dekat dengan Allah SWT, dan saat itulah waktu terkabulnya doa seorang hamba. Bukankah sangat wajar wajah jadi berseri ketika mencium sang bumi, karena dekat dengan Ilahi? Justru akan sangat ironi, jika masih menyimpan kegundahan dan kealpaan lupa menyungging “senyuman” dalam sujud ini. Tidak pantas bukan? Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ، وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Waktu yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim)
Kedua, bekas sujud yang dilakukan oleh seorang hamba, menjadikan baginda Rasulullah SAW mengenal umatnya pada Hari Kiamat kelak melalui bekas sujudnya. Berbahagialah yang telah dan sedang memperbanyak sujud. Sebab dengan banyak sujud, telah banyak tertera bekas sujud di dahi dan wajahnya, walau pada sebagian orang tidak meninggalkan noda hitam. Noda hitam bisa sebagai pertanda, tapi bukan itu satu-satunya. Lakukanlah sujud yang banyak, 7 (tujuh) anggota sujud akan menjadi saksinya.
Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ أُمَّتِي مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَأَنَا أَعْرِفُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: وَكَيْفَ تَعْرِفُهُمْ يَا رَسُولَ اللهِ فِي كَثْرَةِ الْخَلَائِقِ؟، قَالَ: ” أَرَأَيْتَ لَوْ دَخَلْتَ صُبْرَةً فِيهَا خَيْلٌ دُهْمٌ بُهْمٌ، وَفِيهَا فَرَسٌ أَغَرُّ مُحَجَّلٌ، أَمَا كُنْتَ تَعْرِفُهُ مِنْهَا؟ “، قَالَ: بَلَى، قَالَ: ” فَإِنَّ أُمَّتِي يَوْمَئِذٍ غُرٌّ مِنْ السُّجُودِ، مُحَجَّلُونَ مِنْ الْوُضُوءِ
“Tidak ada seorang pun dari umatku, kecuali aku mengenalnya nanti pada hari Kiamat.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana engkau mengenal mereka wahai Rasulullah, mereka berada di antara banyak makhluk?” Beliau menjawab: “Bagaimana pendapatmu jika engkau masuk ke tanah shubroh (tempat gembalaan) di sana terdapat kumpulan kuda berwarna hitam, dan di sana ada kuda yang memiliki ghurrah (wama putih cerah di dahinya) dan muhajjal (berkaki putih), bukankah kamu dapat mengenalinya?” Sahabat itu menjawab, “Ya”. Lalu beliau bersabda, “Sungguh, umatku pada hari itu mempunyai wajah yang putih karena sujud, serta anggota wudhu yang putih karena wudhu.” (HR Ahmad).
Ketiga, sujud merupakan amalan yang sangat-sangat indah dan banyak manfaatnya. Maka tak salah jika kita pun diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bagaimana caranya bisa memperbanyak sujud.
Dari Ubadah bin Shamit, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، وَمَحَا عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً، وَرَفَعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةً، فَاسْتَكْثِرُوا مِنْ السُّجُودِ”
“Tidaklah seorang hamba melakukan sujud sekali kepada Allah, kecuali Allah akan menuliskan baginya satu kebaikan, menghapus satu keburukan, dan mengangkatnya satu derajat. Oleh sebab itu perbanyaklah melakukan sujud.” (HR Ibnu Majah)
Keempat, ternyata salah satu cara yang gampang dan mudah untuk bisa bersama dengan Rasulullah SAW nanti di surga adalah dengan cara memperbanyak sujud. Bahkan secara khusus, tidak hanya bersama dalam arti satu tingkat, tetapi menemani Rasulullah SAW di surga.
Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim:
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَبِيعَةَ بْنَ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيَّ، يَقُولُ: كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آتِيهِ بِوَضُوئِهِ وَبِحَاجَتِهِ، فَقَالَ: «سَلْنِي»، فَقُلْتُ: مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ، قَالَ: «أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ؟» قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ، قَالَ: «فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
Dari Abi Salamah dia berkata, di mendengar Rabi’ah bin Ka’b Al-Aslami bercerita, bahwa dia pernah bermalam di rumah Rasulullah SAW, lalu menghampiri beliau SAW dengan membawa air wudhu. Kemudian Nabi SAW berkata, “Mintalah sesuatu.” Lalu Rabi’ah menjawab, “Aku ingin menemanimu di Surga.” Rasulullah bertanya lagi, “Ada permintaan selain itu?” Rabiah mengatakan lagi, “Itu yang aku minta.” Nabi Muhammad SAW kemudian bersabda, “Bantulah aku mewujudkan keinginanmu dengan memperbanyak sujud.”
Kelima, lantaran menjadi ahli sujud dalam shalat, memperbanyak sujud lewat shalat-shalat, akan menjadikan sebab masuk surga melewati pintu yang khusus. Alangkah indahnya bagi hamba yang senantiasa memperbanyak ibadah shalat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الجَنَّةِ: يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ، فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menginfakkan dua jenis (sepasang) dari hartanya di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga. Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai ‘Abdullah, inilah kebaikan yang kamu amalkan.” Maka siapa dari kalangan ahlu (rajin beribadah) sholat, dia akan dipanggil dari pintu sholat dan barangsiapa dari kalangan ahlu jihad dia akan dipanggil dari pintu jihad. Siapa dari kalangan ahlu shiyam (puasa) maka dia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Siapa dari kalangan ahlu sedekah maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR Bukhari)
Keenam, karena pentingnya sujud ini, maka Rasulullah SAW sangat menaruh perhatian pada sujud. Para sahabat tak luput dari pengawasan dan nasihat Rasulullah untuk menyempurnakan sujud ini, karena manfaat dan fadhilah-nya. Jangan sampai mencurinya, menguranginya atau merusaknya. Anas bin Malik mendengar Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « أَتِمُّوا الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ فَوَاللهِ، إِنِّي لَأَرَاكُمْ مِنْ بَعْدِ ظَهْرِي إِذَا مَا رَكَعْتُمْ، وَإِذَا مَا سَجَدْتُمْ» وَفِي حَدِيثِ سَعِيدٍ إِذَا رَكَعْتُمْ وَإِذَا سَجَدْتُمْ
“Sempurnakanlah ruku dan sujud, demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku benar-benar melihat kalian dari belakang punggungku, jika kalian ruku dan sujud.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, dalam sejarah panjangnya, setan takut pada Muslim yang sujud setelah membaca ayat sajadah. Berbahagialah yang memperbanyak sujud tilawah. Lebih mulia dan lebih keren, mengalahkan telak musuh Allah. Membuatnya menangis dan terbirit-birit.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: ” إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ، اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي، يَقُولُ: يَا وَيْلِي، أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ، فَلَهُ الْجَنَّةُ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ، فَلِيَ النَّارُ ”
“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata, “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR Muslim)
Itulah sujud. Paduan tujuh anggota yang bersahaja, tulus dan membumi. Sujud, sebuah kisah cinta yang tak seorang pun akan mengerti kecuali mereka yang melakukannya. Yang namanya sujud memang unik. Ia hanya untuk Yang Maha Tinggi. Keindahan sujud adalah bahwa kamu berbisik tanpa suara di tanah, dan itu terdengar sampai ke langit. Tidak ada yang lebih indah dari hubungan antara kamu dan Sang Pencipta kecuali saat berada di dalam sujud. Tujuh keutamaannya menambah asyik dalam beribadah dan bercengkerama. Maka satu yang harus pasti, jadikanlah sujudmu sebagai penggembira hati. Jangan sampai sujud dengan wajah sedih hati. Sebab saat kita berbisik ke bumi, bisikkan itu mampu melawan gravitasi dan membawa kita dekat dengan Ilahi. Ia satu-satunya. Tak ada lagi yang lainnya.
The post Indahnya Sujud appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/indahnya-sujud/