Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Bersih Hati

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 21 Maret 2021, 22:25:25

Bersih Hati

Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Berbincang tentang kebersihan dan kemuliaan hati, memori langsung terbang ke kisah Abu Dhomdhom. Memasuki lorong waktu dan mereka-reka perjumpaan nan indah. Menarik dan membuat iri yang di dalam sini. Bahkan seorang rekan senior ada yang dijuluki dengannya. Sayang, saya telat menerima pelajaran indah yang satu ini. Jika tidak, mungkin ceritanya bisa berbeda.

عن أنس أنَّ رسولَ الله ﷺ قال: “ألَا تُحبُّونَ أن تَكُونُوا كَأبِي ضَمْضَم”؟ قالوا: يا رسول الله، ومن أبو ضمضم؟ قال: “إنَّ أبَا ضَمْضَم كَانَ إذَا أصْبَحَ” قَالَ: اللَّهُمَّ إنِّي قَدْ تَصَدَّقْتُ بِعرضِي عَلَى مَنْ ظَلَمَنِي”

Dari Anas sesungguhnya Rosulullohbersabda: “Tidak bisakah seseorang dari kalian bersikap seperti Abu Dhomdhom.” Sahabat bertanya; “Siapakah Abu Dhomdhom?” Rasulullahmenjawab; ”Sesungguhnya Abu Dhomdhom ketika memasuki pagi hari dia berkata; Ya Allah sesungguhnya aku sedekah dengan kehormatannku (maaf) atas orang yang menganiayaku.”

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَجْلاَنَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ‏”‏ أَيَعْجَزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكُونَ مِثْلَ أَبِي ضَمْضَمٍ ‏”‏ ‏.‏ قَالُوا وَمَنْ أَبُو ضَمْضَمٍ قَالَ ‏”‏ رَجُلٌ فِيمَنْ كَانَ مِنْ قَبْلِكُمْ ‏”‏ ‏.‏ بِمَعْنَاهُ قَالَ ‏”‏ عِرْضِي لِمَنْ شَتَمَنِي

Dari Abdurrahman bin Ajlan, dia berkata, bersabda Rasulullah ﷺ: “Apa yang melemahkan salah satu kalian menjadi seperti Abu Dhomdhom?” Sahabat bertanya; “Siapakah Abu Dhomdhom?” Rasulullahmenjawab; “Yaitu orang sebelum kalian, dengan makna hadits Qotadah, Abu Dhomdhom berkata; “Maaf saya (kehormatanku) untuk orang yang mencaci saya.” (HR Abu Daud)

Abu Dhomdhom, simbol kualitas diri yang luar biasa, dengan kehidupan bersahaja yang terus bertumbuh dan tumbuh menjadi besar dan mulia. Walau dia bukan siapa-siapa, tetapi memiliki hati yang bersih dan mulia.

Menyangkut kontemplasi ini, salah satu yang perlu mendapat perhatian serius, karena susah dikelola, adalah bahaya laten seperti lelucon berikut ini. Lelucon yang selalu membuat saya senyum-senyum sendiri. Dan berkali-kali membacanya pun, masih tersungging tawa di sekeliling bibir ini. Semoga kita bisa mangambil manfaat dan hikmah menuju manajemen indah hati. Walaupun diketahui bersama, bahwa jika belum menjadi perbuatan, bolak-baliknya hati tidak ditulis sebagai suatu amalan atau kesalahan, sesuai wasiat tua berikut.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ‏- رضى الله عنه ‏- عَنِ اَلنَّبِيِّ ‏- ﷺ ‏-قَالَ : { إِنَّ اَللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا , مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَكَلَّمْ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabibersabda: “Sesungguhnya Allah telah memaafkan aku buat umatku semua hal yang dibisikkan oleh hati mereka selagi hal itu tidak dikatakan atau dikerjakan.” (Muttafaqun alaih)

Pada suatu malam yang suntuk di rumah sakit bersalin, ada beberapa bapak muda dengan wajah lesu, panik dan layu menunggui isterinya yang sedang melahirkan. Dalam suasana senyap penuh harap, tiba-tiba keluar dari pintu seorang dokter dengan senyum yang menawan. Sambil menyalami salah seorang bapak, dokter ini berucap; “Selamat, anak Anda kembar dua”. Seperti sudah tahu sebelumnya, bapak tadi berucap datar; “Saya sudah tahu dokter, karena telah lama saya bekerja di dua kelinci”.

Empat puluh lima menit kemudian, dokter yang sama keluar lagi lengkap dengan senyumnya yang khas. Kali ini yang disalami seorang bapak yang lain; ‘Anda hebat, anak Anda kembar tiga”. Mirip dengan bapak yang pertama tadi, iapun hanya berucap datar; “Saya juga sudah ramalkan dokter, karena sejak dulu saya bekerja di tiga roda”.

Satu jam setelah kejadian terakhir, keluar lagi dokter yang peramah ini. Kali ini ia senyum penuh keheranan. Sambil menyalami bapak yang lain, ia berucap kagum; ‘Anda paling hebat, anak Anda kembar empat !”. Tanpa ada tanda-tanda kejadian ini disutradarai manusia, bapak yang memiliki anak kembar empat ini juga hanya menjawab biasa-biasa saja; “Saya sudah duga dari dulu dokter, karena saya bekerja di empat sekawan”.

Setelah mendengar dialog antara dokter dengan suami-suami pasien ini, tiba-tiba saja dari bangku sebelah seorang bapak jatuh pingsan. Gubrakkk…!!!!  Dan repotlah semua pihak dibuatnya. Setelah tidak sadarkan diri selama beberapa jam, dan membuat banyak orang khawatir dan bertanya – tanya, tiba-tiba ia sadar dan langsung bertanya pada dokter yang ramah tadi; “Nasib isteri saya bagaimana dokter, sebab saya bekerja lama di Auto 2000?”.

Begitulah kedunguan hati dan kepicikan pikiran. Sebagai jembatan pemahaman, hati dan pikiran seharusnya menyeberangkan apa saja dan siapa saja dari satu tempat ke tempat lain secara utuh. Yang hitam tetap hitam dan yang putih tetap putih. Namun, ternyata hati dan pikiran kadang menyeberangkan manusia dari satu pengertian ke pengertian lain lengkap dengan pemerkosaannya. Setiap kali menerima pengaruh, rangsangan, stimulus, serta masukan dari luar melalui panca indera, hati dan pikiran sebagai jembatan akan merespon sesuai dengan kondisi kualitasnya. Contoh kecil seperti wanita yang pernah disakiti secara mendalam oleh lelaki, jembatan hati dan pikirannya kemudian menyetempel kalau laki – laki itu jelek, maaf – bajingan. Akhirnya setiap lelaki yang mendekat selalu dicap dengan stempel yang sama.

Kondisi hati dan pikiran ditentukan oleh stimulus – stimulus yang masuk sebelumnya, kemudian bersarang dan berkuasa di dalamnya. Karena proses dan lamanya waktu, kualitas lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap warna hati dan pikiran tiap – tiap diri manusia. Kalau sebelumnya hati dan pikiran hidup di dalam alam yang baik dan lingkungan yang putih, maka setiap rangsangan yang datang baik hitam maupun putih, kemudian melewati hati dan pikiran yang jernih itu, maka hasil pemahamannya – respon yang keluar juga akan putih. Sebaliknya, jika hati dan pikiran hidup di dalam alam yang jelek dan lingkungan yang hitam, maka setiap rangsangan yang datang baik hitam maupun putih, kemudian melewati hati dan pikiran yang gelap tadi, maka hasil pemahamannya akan hitam semua. Serupa dengan lelucon di atas, ada banyak sekali manusia yang pikiran dan mind-nya tidak menjadi jembatan pengertian, sebaliknya malah menjadi penghalang untuk mendapatkan pengertian – pengertian hidup yang sebenarnya dan harmonis.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ  أَىُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ ‏”‏ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ ‏”‏ ‏.‏ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ ‏”‏ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لاَ إِثْمَ فِيهِ وَلاَ بَغْىَ وَلاَ غِلَّ وَلاَ حَسَدَ ‏”‏

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr, beliau berkata, “Rasulullahpernah ditanya, ‘Siapakah orang yang paling utama?’ Beliaumenjawab, ‘Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.’ Para sahabat berkata, ‘Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?’ Rasulullahmenjawab, ‘Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad.’” (HR Ibnu Majah)

Sekarang kita mengerti betapa pentingnya menjaga hati, agar tetap bersih, suci, tak ada dendam dan hasad. Karena kualitas hati dan pikiran yang bersih mampu berfungsi sebagai jembatan yang sempurna untuk mentransfomasikan segala stimulus yang datang dengan sangat baiknya. Hasilnya menjadi manusia yang mulya dan utama. Sabdo dadi, jalma sejati. Siapapun Anda.


Sumber berita : https://ldii.or.id/bersih-hati/

built with : https://erahajj.co.id