Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
“Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang tidak pernah menua, tetapi pemuda yang berorientasi pada keamanan, telah menua sejak muda“. – Mario Teguh.
Dalam perjalanan Jakarta – Bandung beberapa waktu lalu, saya bertemu sebuah kijang kotak unik di bilangan tol Cikampek. Kecepatannya tak lebih 80 km/jam, tetapi mengambil jalur paling kanan. Sebagaimana pemandangan di jalan tol selama ini, akibatnya jalur kanan yang seharusnya digunakan untuk mendahului menjadi tertahan. Namun, entah kenapa seakan ada berkah tersendiri dari mobil antik ini. Bukan emosi, tapi justru simpati. Saya menangkap sesuatu yang lain. Bukan dari warna, bodi atau modifikasinya, melainkan tulisan di sudut atas kaca belakangnya. Berbunyi: I’m not old. I’m classic. Respect your elder! Seakan menohok dengan huruf menawan persis di depan mata.
Pikiran pun menerka-nerka arah bidikan kalimat itu. Dan saya pun tersenyum-senyum sendiri, begitu menangkap maksudnya, walau maaf versi sendiri. Entah benar, entah salah kesimpulan itu, tapi saya yakin; inilah sebentuk rahasia kehidupan. Ternyata banyak yang gak siap menjadi tua. Tidak hanya barang, orang pun sama. Serupa kijang tadi, misalnya banyak orang yang mengecat rambutnya, agar uban berganti rupa. Yang tampak hitam, legam, berwibawa. Karena uban adalah tanda. Banyak yang berhias agar tetap kelihatan awet muda. Entah berapa kali mengunjungi salon-salon kecantikan setiap bulannya. Atau di mana perlu operasi, agar kerutan-kerutan di wajah lenyap. Tetap cantik pada usia yang tidak lagi muda. Dengan kamuflase ini, ada sebuah usaha untuk menghindari fenomena yang bernama tua. Mungkin kita perlu menengok dialog Socrates berikut ini. Setelah berusia tua, Socrates belajar musik. Lalu ada orang berkata padanya, “Apakah engkau tidak malu belajar di usia tua?”. Dia menjawab, “Aku merasa lebih malu menjadi orang yang bodoh di usia tua.” jawab Socrates.
Ketika reunian dengan teman-teman SMA juga serupa. Dalam temu-kangen itu, hal utama yang tak terucap namun terungkap, adalah betapa sudah tampak tua wajah-wajah yang 30 tahun dulu begitu sangat ceria. Ada yang mulai kehilangan mahkota terserang botak di sana-sini. Banyak yang bergelut dengan kegemukan dan keluhan-keluhan yang mulai menonjol, bukan prestasi tapi penyakit. Kerutan bergerilya dimana-mana, dan sebagainya tanda sudah tua. Bahkan sudah ada yang mendahului ke alam baka. Namun sebuah kekonyolan terus terjadi, yaitu masih merasa muda dan dihinggapi masa-masa indah dulu. Lupa kalau tulang sudah menua.
Di dalam kitab Majmu’at Rasail (Abu Hamid Al-Ghazali) dikisahkan bahwa malaikat maut (Izrail) bersahabat dengan Nabi Ya’qub AS.
كان مُؤاخِيًا لِمَلَكِ الْمَوتِ فَزارَه فَقالَ لَه يَعقُوبُ عَلَيه الصلاةُ والسلامُ: يا مَلكَ الْمَوتِ، أَزائِراً جئتَ أم قابضاً رُوحِي؟ فَقالَ: بَل زائِراً، قالَ: فإنِّي أَسأَلُكَ حاجَةً، قالَ: وما هِي؟ قال: أن تُعْلِمَني إذا دَنَى أَجلِي وأَرَدتَ أن تَقبِضَ رُوحِي، فَقال: نَعَم أُرسِلُ إلَيك رَسُولَين أو ثَلاثَةً فلمَّا انْقَضَى أجَلُه أتَى إليه مَلَكُ الْمَوتِ، فَقال: أَزائِراً جئتَ، أم لِقَبضِ رُوحِي؟ فَقال: لِقَبضِ رُوحِكَ، فَقالَ: أوَلَستَ كنتَ أَخبَرتَني أنَّكَ تُرسِلُ إليَّ رَسُولَين، أو ثَلاثةً؟ قال: قَد فَعَلتُ، بَياضُ شَعرِكَ بَعدَ سَوادِه، وضُعفُ بَدَنِك بَعد قُوَّتِه، وانْحِناءُ جِسمِك بَعدَ استِقامَتِه، هذِه رُسُلِي يا يَعقُوبُ إلى بَنِي آدَمَ، قَبلَ الْمَوتِ
Kala malaikat maut berkunjung kepadanya, Nabi Ya’qub AS berkata kepada malaikat maut; “Wahai malaikat maut sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?” Malaikat maut menjawab, “aku datang berkunjung.” “Aku menginginkan sesuatu yang harus kamu penuhi sebagai tanda persaudaraan kita.” “Apakah itu?” tanya malaikat maut. “Jika ajalku telah dekat, beri tahu aku.” Malaikat maut berkata, “Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku tidak hanya mengirim satu utusanku, namun aku akan mengirim dua atau tiga utusanku.” Setelah mereka bersepakat, mereka pun berpisah. Setelah beberapa lama, malaikat maut kembali menemui Nabi Ya’qub AS. Kemudian, Nabi Ya’qub AS bertanya, “Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?” “Aku datang untuk mencabut nyawamu,” jawab malaikat maut. “Bukankah kamu akan mengabarkan kepadaku akan mengutus dua atau tiga utusanmu?” tanya Nabi Ya’qub AS. “Sudah kukirim,” jawab malaikat, “putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan bungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’qub, itulah utusanku untuk setiap bani Adam sebelum mati.”
Nah, sesuai slogan dan kisah tersebut, sudahkah kita benar-benar siap dan respect dengan ketuaan ini? Mau disebut: klasik, kuno, uzur atau sebutan lain, ia tetaplah tua. Apa saja, istilahnya hanya kamuflase saja. Tua adalah keniscayaan. Allah mengingatkan:
۞ اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54).
Menjadi tua adalah pertanda semakin dekat dengan akhir kelayapan kita di dunia. Semakin sedikit waktu yang tersisa. Dan apa yang sudah kita siapkan untuk kehidupan selanjutnya? Dan jika kita benar-benar respect your elder, segeralah nyalakan matahari di dalam diri. Sinarilah diri, hangatkanlah keluarga, terangilah masyarakat sekitar dengan cinta dan damai. Jadilah dewasa dan isi kehidupan ini dengan hal-hal yang berguna. Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan! Tua itu tentang usia, dewasa itu tentang karakter. Semua orang pasti akan tua, tetapi tidak semua orang memiliki karakter. Orang bilang tirulah padi. Semakin tua semakin merunduk berisi. Tirulah kelapa, semakin tua semakin banyak santannya. Semakin tenang, sabar menanti. Semakin bijak, menyebar kesejukan di sana-sini.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : ” أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ” . قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : ” أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ”
Dari Ibnu Umar RA berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi SAW dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?” Rasulullah menjawab, “Yang paling baik akhlaqnya”. Kemudian ia bertanya lagi, “Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?”. Beliau menjawab, “Yang paling banyak ingat mati kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.” (HR Ibnu Majah).
Dan mumpung masih ada waktu, jadilah manusia tua yang sadar, cerdas, dewasa dan mengayomi. Sebelum menyesal kemudian.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا أَوْ غِنًى مُطْغِيًا أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا أَوْ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ أَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ
Dari Abu Huroiroh ra. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang memperdaya, kekayaan yang menyombongkan, sakit yang memayahkan, tua yang melemahkan, kematian yang memutuskan, dajjal yang menyesatkan, dan kiamat yang sangat berat dan menyusahkan.” (HR Tirmidzi).
Mari, respect your elder! Hargailah masa tuamu!.
Sumber berita : https://ldii.or.id/elegi-tua/