Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Esai: Burung Sayap Sebelah

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 05 Oktober 2020, 08:08:18

Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang

Ketidakcocokan ada dimana-mana. Di masyarakat misalnya, bisa tidak cocok dengan RWnya, tidak nyetel dengan RTnya, dan tidak akur dengan salah satu tetangganya. Di perusahaan, bisa berseberangan dengan pucuk pimpinan, bersitegang dengan atasan, menjaga jarak dengan rekan sejawat ataupun berseteru dengan bawahan. Tadinya, saya menduga kalau seorang teman yang hobby pindah kerja itu mencari posisi lebih atas dan penghasilan lebih tinggi. Setelah mendengarkan sepenuhnya, ternyata ia mempunyai problema dengan lingkungan kerjanya. Ternyata di tempat sebelumnya, dia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok. Namun, begitu pindah begitu lagi dan lagi. Di rumah tangga juga serupa. Ada seorang kawan yang setiap ketemu berganti pasangan. Tadinya, saya menyangka mencari yang lebih molek, mapan, mandiri dan menarik. Setelah berganti pasangan lebih dari tiga kali, ia baru sadar. Ia merasa capek dengan kegiatan berganti-ganti pasangan ini, karena selalu saja bertemu ketidakcocokan dengan berbagai coraknya. Ketidakcocokan selalu berkelana.

Bercermin dari semua ini, izinkan untuk merangkum; kalau motif, tujuan dan maksud kita mencari pasangan – entah pasangan hidup, pasangan kerja, pasangan berusaha – adalah mencari orang yang cocok di semua bidang, sebaiknya dilupakan saja. Forget it! Dunia ini penuh dengan perbedaan dan ketidakcocokan. Dan tugas utama manusia adalah menerima perbedaan dan mentransformasikan perbedaan sebagai suatu kekayaan dan kekuatan. Bukan memberangus, membenci apalagi menghilangkan perbedaan itu sendiri.

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا‌ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (ta’aruf). Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS Al-Hujurat:13)

Sayangnya, menerima dan mentransformasikan perbedaan itu tidaklah mudah. Hal ini terjadi, karena banyak orang yang menganggap dirinya seperti burung yang bersayap lengkap. Bisa terbang (baca: hidup dan bekerja ) sendiri tanpa kebergantungan kepada orang lain. Padahal, meminjam apa yang pernah ditulis Luciano de Crescendo, kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah. Dan hanya bisa terbang kalau mau berpelukan erat-erat bersama orang lain. Anda boleh berpendapat lain, namun hal ini seirama dengan sabda indah Baginda Rasul dalam hadits berikut ini.

عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ‏”‏‏.‏ وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ

Dari Abu Musa ra., sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda; ”Orang mu’min dengan mu’min yang lain bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan antara mukmin satu dengan mukmin lainnya, kemudian beliau menggenggamkan jari-jarinya”. (Rowahul Bukhari)

Di perusahaan kelas dunia, hampir semua pemimpin yang berhasil pasti mempunyai kemampuan bekerja sama yang baik dengan orang lain. Di keluarga tidak pernah saya temukan keluarga bahagia tanpa kesediaan mau ‘berpelukan’ dengan mesra antar anggota keluarga yang lain. Di tingkat yang lebih tinggi seperti negara misalnya, pemimpin sehebat Nelson Mandela bahkan mau berpelukan bersama orang yang dulu pernah menyiksanya. Apalagi kalau kegiatan berpelukan ini dilakukan dengan sadar dan penuh cinta. Ia tidak saja merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, namun juga membuat semuanya tampak indah dan menyenangkan. Menghilangkan prasangka dan syak wasangka, menumbuhkan kekuatan dan kekompakan, bahkan mentransformasikan kegagalan menjadi keberhasilan.

Kembali ke pengandaian burung dengan sebelah sayap, Allah memang tidak pernah menciptakan manusia paripurna. Kita selalu lebih di sini dan kurang di sana. Atau kurang di sini dan lebih di sana. Kesombongan atau keyakinan berlebih hanya akan membuat kita menderita. Salah-salah bisa senasib dengan burung yang bersayap sebelah tetapi memaksa diri untuk terbang. Sepintar dan sehebat apapun kita, tidak bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain. Mau belajar, berjuang, berdoa atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah. Tak lebih. Oleh karena itu, dengan pemahaman simpatik seperti ini, alhamdulillah pelan tapi pasti mendidik saya menghargai sepenuhnya arti “pelukan-pelukan” di belantara cinta.

Maka, tak salah pesan Sang Guru bijak untuk selalu memulai kehidupan setiap hari dengan pelukan cinta. Mulai bangun tidur sampai ke kembali peraduan lagi, cobalah untuk mengisi kegiatan-kegiatan dengan pelukan-pelukan cinta. Pelukan bisa sebenarnya juga bisa hanya kinayah atau ibarat saja. Cobalah untuk mulai memeluk diri sendiri, dengan rutin menjalankan kewajiban-kewajiban dengan riang dan penuh integriti. Kemudian sediakan waktu dan sempatkan memeluk anak, si buah hati. Juga kepada istri yang melayani kita setiap hari, peluklah dan bisikkan kata-kata indah setulus hati. Berikutnya jangan lupa memeluk kehidupan sekitar, memeluk alam semesta serta memeluk yang empunya cinta Allah, Tuhannya Alam Semesta. Dan ini mengiringi sabda indah Utusan Allah ﷺ;

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِيُّ جَالِسًا فَقَالَ الْأَقْرَعُ إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنْ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ

Sesungguhnya Abu Hurairah ra, berkata; “Rasulullah ﷺ mencium Al-Hasan bin Ali sedangkan di samping beliau ada Al-Aqra’ bin Habis At Tamimi sedang duduk, lalu Aqra’ berkata; “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun, maka Rasulullah ﷺ memandangnya dan bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.” (Rowahul Bukhari)


Sumber berita : https://ldii.or.id/esai-burung-sayap-sebelah/

built with : https://erahajj.co.id