Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Menjalin Ukhuwah, Merajut Kebersamaan

Minta Sabar

Kategori : LDII News, Nasehat, Ditulis pada : 03 Oktober 2021, 23:45:58

Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.

Mengulik lagi kisah-kisah indah, kali ini pilihan jatuh kepada kisah sahabat Abu Said Al-Khudriyyi. Ia adalah tokoh Anshor yang memberikan warisan berharga buat kita semua. Mari kita simak bersama.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّ نَاسًا مِنْ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi radhiallahu ‘anhu sesungguhnya segolongan manusia dari kaum Anshor meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah pun memberi kepada mereka. Kemudian mereka kembali meminta kepada Rasulullah, maka Rasulullah pun memberikannya (untuk yang kedua kali). Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Apa-apa kebaikan yang ada di sisiku, maka tidak akan aku sembunyikan dari kalian. Dan barangsiapa yang merasa kaya, maka Allah akan memberikan kaya kepadanya. Dan barangsiapa yang minta penjagaan, maka Allah akan memberi penjagaan padanya. Dan barangsiapa yang minta kesabaran, maka Allah akan memberikan kesabaran padanya. Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dibandingkan diberi kesabaran.” (HR Bukhari).

Hadits ini begitu indah. Banyak pelajaran bermakna di dalamnya. Pertama, menceritakan sifat dasar manusia; suka yang gampang, emoh susah. Sama-sama usaha kenapa repot-repot pilih yang ruwet. Sepertinya pilihan yang cerdas. Meminta adalah bisikan terindah pada setiap diri. Rupanya ia semacam sifat turunan yang hadir sejak dahulu kala. Bukti yang sahih, dulu orang-orang Anshor pun melakukannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di hadapan Rasulullah, permintaan tak pernah tertolak. Rasulullah tidak pernah menyembunyikan apa yang dia miliki. Selagi dia punya, selagi dia ada, pasti permintaan itu dipenuhi. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga guru sejati, tak membiarkan sifat jelek menjadi-jadi. Ini yang kedua. Sikap meminta-minta, apalagi yang keterusan, akan berakibat buruk. Terutama bagi sisi spiritual. Harus diberantas. Meminta-minta menghasilkan mental yang loyo. Mentalitas jalan pintas. Mau cepet dan enaknya saja. Oleh karena itu, Rasulullah mulai menyelipkan motivasi untuk mengikis mental meminta-minta dan menumbuhkan sikap merasa kaya, merasa cukup. Sudah cukup, terjaga lagi dan ditutup dengan kesabaran di segala cuaca.

Di sisi pergulatan yang lain, Rasulullah lebih detail lagi menjelaskannya. Simaklah kisah sahabat Qabishah dan Hakim berikut ini. Dari Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.

“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung utang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram.” (HR. Muslim).

Dari sahabat Hakim bin Hizam radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan: Pada suatu saat aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau pun memberiku, kemudian aku kembali meminta kepadanya, dan beliau kembali memberiku, kemudian aku kembali minta kepadanya, dan beliau pun kembali memberiku, kemudian beliau bersabda,

يا حَكيمُ، إنَّ هذا المالَ خَضِرَةٌ حُلوَةٌ، فمَن أخَذه بطِيبِ نَفسٍ بُورِك له فيه، ومَن أخَذه بإشرافِ نَفسٍ لم يُبارِكْ له فيه، وكان كالذي يأكُلُ ولا يَشبَعُ، واليدُ العُليا خيرٌ منَ اليدِ السُّفلى

“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini bak buah yang segar lagi manis, dan barang siapa yang mengambilnya dengan tanpa ambisi (dan tamak atau atas kerelaan pemiliknya), maka akan diberkahi untuknya harta tersebut. Dan barangsiapa yang mengambilnya dengan penuh rasa ambisi (tamak), niscaya harta tersebut tidak akan diberkahi untuknya, dan ia bagaikan orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang berada di atas lebih mulia dibandingkan tangan yang berada di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada riwayat lain, Hakim mengatakan, “Wahai Rasulullah, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan meminta harta seseorang sepeninggalmu hingga aku meninggal dunia.” (HR At-Tirmidzi)

Petuah-petuah yang begitu mencerahkan. Jangan banyak meminta-minta. Bangunlah mental merdeka melewati jalur mental kaya. Namun, menjadi kaya tidak serta-merta menjamin akan menghilangkan sikap meminta-minta. Bahkan bisa semakin menggila, grangsang, minta terus dan terus. Digambarkan makan yang tidak kenyang-kenyang. Atau bahkan bisa seperti Qorun sekalian. Juga diajarkan untuk melatih diri dengan banyak memberi, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Selanjutnya Rasulullah mengingatkan untuk memiliki sifat terjaga. Sebab dunia itu hijau dan manis. Selalu menggoda. Sifat terjaga membentengi diri dari sifat rakus dan akhirnya bisa berpuas diri, menikmati dan membelanjakan harta sesuai dengan aturan dan hak-haknya. Bagi yang belum kaya, bisa terjaga dari meminta-minta, prawiro, sebab hatinya sudah merasa kaya. Nah, yang lebih penting lagi adalah meminta kesabaran, untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Kesabaran diperlukan untuk mendampingi tumbuhnya sikap terjaga. Kesabaran diperlukan untuk mengiringi kepemilikan harta benda dan tahta.

Kaya tetapi terjaga. Terjaga dibungkus dengan sabar. Maksudnya jika orang tersebut diberi kekayaan, dengan kesabarannya orang itu akan terus ingat dan tetap rajin beribadah. Semakin getol, tidak diperbudak oleh harta. Tidak lupa infaq, dermawan serta tahu diri dan tahu waktu. Kesabaran akan mengarahkan orang tersebut semeleh – down to earth, nrimo – mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dan merasa cukup. Jika orang tersebut tidak dikodar kaya, kesabaran akan mengiringi sifat ta’afufnya. Kesabaran mendampingi sifat keterjagaan sehingga menumbuhkan hati yang benar-benar kaya, nyegoro, kaya diri dan kaya hati. Malu meminta-minta dan banyak tawakal dan ridho dengan hukum Allah. Kesabaran juga menuntunnya untuk tetap bersyukur kepada Allah sepanjang masa. Dengan fungsi kesabaran seperti itulah, maka Rasulullah mengunci petuahnya bahwa tak ada yang lebih baik dan lebih luas, serba guna kegunaannya dibandingkan dengan kesabaran. Lebih baik, karena kesabaran akan membentuk pribadi-pribadi pilihan, tidak pandang miskin maupun kaya. Lebih luas karena kesabaran diperlukan di setiap lini untuk mengawal kehidupan ini menjadi yang seharusnya diperlukan, bahkan seperti yang diinginkan. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Menilik pada atsar di atas, kesabaran pegang peranan yang krusial dalam kehidupan ini. Kesabaran adalah fundamental hidup. Kesabaran tidak hanya harus dimiliki orang yang sedang susah. Kesabaran juga tidak hanya harus dimiliki orang yang miskin. Kesabaran pun harus dimiliki oleh mereka yang sedang kaya dan lagi mendapat kesenangan. Pun tahta dan kedudukan. Kesabaran harus ada di mana-mana untuk menopang semua sisi-sisi kehidupan untuk melaju sesuai kaidah dan sunnatullah. Dan bagi kita yang telah meraihnya, pasti akan melihat dan merasakan betapa indahnya hidup di dunia. Bagi yang telah meraihnya, tentu akan merasakan betapa membahagiakannya kehidupan di alam semesta ini. Sebab kesabaran adalah kuncinya, Allah berfirman,

{قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10)

Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguh­nya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar 10).

Mencermati riuh-rendahnya kehidupan ini, terbentang sejarah panjang peran kesabaran. Bukanlah dikatakan sebuah kehidupan tanpa kesabaran di dalamnya. Hidup adalah kesabaran; meniti waktu, melintasi hari, menyeberangi bulan, melewati tahun, menikmati suka, mengarungi duka dan menunggu rangkaian kejadian-kejadian lain sampai datangnya waktu yang pasti: mati. Kesabaran adalah kunci dalam menghadapi hukum Allah di muka bumi ini dan nanti. Berbahagialah orang yang sabar. Beruntunglah orang yang mempunyai jiwa kesabaran. Karena itu, Allah selalu beserta orang-orang yang sabar.

The post Minta Sabar appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.


Sumber berita : https://ldii.or.id/minta-sabar/

built with : https://erahajj.co.id