Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Mari belajar hal-hal yang ekstrim untuk memecah kebuntuan. Karena kadang kita tak tersadar dan tercerahkan dengan hal yang biasa. Seperti nasehat para tetua, agar bangun dari tidur atau tidak terlena di zona nyaman. Oleh karenanya, dengan bijak Allah dan Rasul-Nya memberikan gambaran-gambaran indah yang dapat membuat manusia mengernyitkan dahi; menggugah hati, memperluas cakrawala pemahaman dan meningkatkan derajat pemikiran. Menjadi lebih luas dan tinggi.
Pertama, tentunya kisah pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa. Allah ceritakan hal ini sebagai pembelajaran paripurna, dimana akan membuat setiap yang tinggi hati membumi, yang tergesa-gesa menjadi sabar dan pemacu untuk terus mencari tahu dengan belajar dan mengaji. Kisah lengkapnya bisa dibaca pada Surat Al-Kahfi ayat 60-72.
Berikutnya yang kedua, cerita seorang PSK dan anjing. Semua tahu apa itu PSK. Dan semua juga tahu bagaimana itu yang disebut anjing. Namun, kombinasi keduanya membuat takjub. Seorang pelacur bisa masuk surga, hanya gara-gara menolong anjing yang kehausan. Dua golongan yang dianggap sebagai simbol kehinaan dan sampah, yang pada akhirnya mendobrak kebisuan; membuka mata dan telinga.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ
Dari Abu Hurairah ra. dari Rasûlullâh ﷺ , beliau bersabda, “Seorang wanita pezina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di pinggir sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla. (Rowahul Bukhari)
Ketiga, kisah tobatnya seorang lelaki psikopat yang telah membunuh 99 nyawa, digenapi 100 dengan nyawa orang terakhir yang dia tanya. Di tengah pertengkaran sengit malaikat pencatat amal, ia terselamatkan hanya karena beda satu jengkal saja menuju desa yang diberkahi di depannya untuk bertobat. Akhir yang mengharukan. Banyak yang merindukan. Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri radhiyallahu ‘anhu,
أنّ نَبِيَّ الله – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعينَ نَفْساً ، فَسَأَلَ عَنْ أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ ، فَأَتَاهُ . فقال : إنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ نَفْساً فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوبَةٍ ؟ فقالَ : لا ، فَقَتَلهُ فَكَمَّلَ بهِ مئَةً ، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ . فقَالَ : إِنَّهُ قَتَلَ مِئَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ فقالَ : نَعَمْ ، ومَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقْ إِلى أرضِ كَذَا وكَذَا فإِنَّ بِهَا أُناساً يَعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ الله مَعَهُمْ ، ولاَ تَرْجِعْ إِلى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ ، فانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ ومَلائِكَةُ العَذَابِ . فَقَالتْ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ : جَاءَ تَائِباً ، مُقْبِلاً بِقَلبِهِ إِلى اللهِ تَعَالَى ، وقالتْ مَلائِكَةُ العَذَابِ : إنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خَيراً قَطُّ ، فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْأيْ حَكَماً – فقالَ : قِيسُوا ما بينَ الأرضَينِ فَإلَى أيّتهما كَانَ أدنَى فَهُوَ لَهُ . فَقَاسُوا فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلى الأرْضِ التي أرَادَ ، فَقَبَضَتْهُ مَلائِكَةُ الرَّحمةِ )) مُتَّفَقٌ عليه .
Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda, “Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima tobatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya. Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah tobatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan tobat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertobat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun malaikat azab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya, ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (HR Muslim)
Keempat, kisah pertanyaan Abi Dzar atas pernyataan Rasulullah ﷺ; “Tiada seorang hamba yang mengucap kalimat ‘Laa Ilaaha Illallah’ lalu ia meninggal dalam keadaan seperti itu kecuali ia akan masuk surga.” Dengan takjub dan takzim Abi Dzar berkata, “Walaupun ia berzina dan mencuri?” Dengan mantap dan penuh karisma Rasulullah menjawab; “Meskipun ia berzina dan mencuri.” Klop. Indahnya pemahaman dan menawannya jalan pencerahan pemikiran.
أَنَّ أَبَا ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ ثَوْبٌ أَبْيَضُ وَهُوَ نَائِمٌ ثُمَّ أَتَيْتُهُ وَقَدْ اسْتَيْقَظَ فَقَالَ مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ وَكَانَ أَبُو ذَرٍّ إِذَا حَدَّثَ بِهَذَا قَالَ وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ هَذَا عِنْدَ الْمَوْتِ أَوْ قَبْلَهُ إِذَا تَابَ وَنَدِمَ وَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ غُفِرَ لَهُ
Sesungguhnya [Abu Dzar] radliallahu ‘anhu telah menceritakan kepadanya, dia berkata; “Saya pernah menemui Nabi ﷺ sementara beliau sedang tidur sambil mengenakan baju putih, lalu aku datang menemuinya dan beliau pun terbangun, beliau bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang mengucapkan “La Ilaaha Illallah” kemudian mati karena itu melainkan ia akan masuk surga.” Tanyaku selanjutnya; “Walaupun dia berzina dan mencuri?” beliau menimpali: “Walaupun dia pernah berzina dan mencuri.” Tanyaku lagi; “Walaupun dia pernah berzina dan mencuri?” beliau menjawab: “Walaupun dia pernah berzina dan mencuri.” Tanyaku lagi; ‘Walaupun dia pernah berzina dan mencuri?” beliau menjawab: “Walaupun dia pernah berzina dan mencuri.” -walaupun sepertinya Abu Dzar kurang puas- Apabila Abu Dzar menceritakan hal ini, maka dia akan mengatakan; “Walaupun” sepertinya Abu Dzar kurang puas. Abu Abdullah mengatakan; “Hal ini jika terjadi ketika seorang hamba itu meninggal atau sebelum dia meninggal lalu bertaubat dan menyesali perbuatannya serta mengucapkan “Laa Ilaaha Illallah”, maka dosa-dosanya akan terampuni.” (HR Bukhari)
Sayangnya masih banyak orang yang terjebak di dalam gang sempit pemahaman, yang akibatnya menjadikan kebenaran seperti sesuatu yang mengerikan. Atas nama kebenaran, bom bunuh diri meledak di mana-mana. Juga atas nama kebenaran, para teroris terus menebar kematian, di tempat ibadah, di sekolah dan tempat umum lainnya. Kebenaran seperti jalan buntu, bukan untuk dimiliki, tetapi justru dikecam dan dijauhi. Padahal sejatinya kebenaran adalah rahmatal lil alamin. Itulah wajah kebenaran sekarang ini, yang dalam totalitasnya berwajah mengerikan. Sebab utama karena sempitnya pemahaman, sehingga agama digunakan sebagai baju luar dari badan asli yang bernama kemelekatan. Ada kemelekatan harga diri, ketidakadilan, dendam, yang semuanya bermuara ke agama. Dan inilah yang menghasilkan anggapan kebenaran (baca: Islam) identik dengan kehidupan mengerikan.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ” . قَالَهَا ثَلاَثًا .
Dari Abdullah meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: “Celakalah orang-orang yang ekstrim! (berlebihan)” Beliau mengucapkannya tiga kali.” (Rowahul Muslim)
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه-قال: «جاء أعرابِيُّ، فبَالَ في طَائِفَة المَسجد، فَزَجَرَه النَّاسُ، فَنَهَاهُمُ النبِيُّ -صلى الله عليه وسلم- فَلمَّا قَضَى بَولَه أَمر النبي -صلى الله عليه وسلم- بِذَنُوب من ماء، فَأُهرِيقَ عليه».
Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu ‘anhu-, ia berkata, “Seorang Arab Badui datang lalu kencing di salah satu sudut masjid. Maka orang-orang membentak dan berusaha mencegahnya. Lantas Nabi – ﷺ – melarang mereka. Setelah lelaki itu menyelesaikan kencingnya, beliau pun memerintahkan untuk mengambil satu ember air kemudian disiramkan pada bekas kencingnya.” (HR Muslim)
Mirip cerita seorang Arab Badui yang kencing di masjid, cerita Zen ini layak jadi bahan renungan. Suatu hari dua pendeta Zen berjalan di tengah hutan. Tiba-tiba pendeta Zen yang lebih tua mau kencing. Dengan tanpa beban pendeta tua ini kencing di sebelah patung Buddha. Tentu saja yang muda marah. Tanpa menoleh seinchi pun pendeta tua tadi bertanya: “Tunjukkan saya tempat di mana tidak ada Buddha?” Tentu saja dijawab standar kalau semua tempat adalah Buddha. Dengan enteng pendeta tua bertanya balik: “Kalau begitu saya kencing di mana dong?”
Menganggap atribut agama sebagai sesuatu yang suci tentu baik. Mengagungkan syair-syair Allah adalah baik bahkan wajib. Namun melekat berlebihan pada konsep kesucian, pengagungan, yang kemudian memproduksi kekotoran batin, tentu layak direnungkan. Karena ada jalan mulia dan utama untuk dikerjakan dan mendorong kemajuan berpikir dan bertindak. Membuka tabir kegelapan beramal. Allah berfirman:
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu adalah sebagian dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj:32)
Terutama karena kesucian tidak diciptakan untuk menghasilkan kemarahan, permusuhan atau pun pembunuhan. Dalam hal ini, Rasulullah ﷺ memberikan contoh yang lebih elegan, dengan kisah Badui yang kencing di masjid. Biarkan saja Badui itu kencing, jangan dibentak, jangan dihardik dan dimusuhi, walau masjid yang dikencingi. Bersabar dan bijaksanalah! Cukup ambil air dalam ember dan siram secukupnya pada bekas kencing. Mengagungkan masjid dapat, namun juga memulyakan sesama dengan indahnya. Adi luhung.
Ayat dan dalil di atas, semacam pemecah es, sehingga pemahaman-pemahaman sempit yang disebut “kemelekatan” bisa dihancurkan. Dan mengalirlah kesegaran baru yang wah. Oh, ternyata begitu ya. Ada jalan lain yang lebih baik dan indah. Ada cara lain yang lebih tepat, tidak sekedar benar dan salah. Setelah kemelekatan diledakkan, ternyata oleh keikhlasan dibukakan keindahan dan kedamaian. Ini sebabnya orang-orang di jalan jernih suci selalu berbisik: ‘God is beautiful, that’s why He loves beauty‘. Allah itu Maha Indah, itulah mengapa Dia suka keindahan. Dan Ia menciptakan jalan agama ini juga indah. Seindah Sang Pencipta. Inilah yang kerap disebut the religion of beauty– agama yang indah dan beauty of religion – keindahan agama.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ” لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ” . قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً . قَالَ ” إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ ” .
Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi ﷺ beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.” Seorang lelaki berkata; “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya juga bagus.” Beliau bersabda; “Sesungguhnya Allah Swt itu Maha-Indah dan menyukai keindahan, sesungguhnya yang dimaksud sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (Rowahu Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ ”
Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ bersabda; “Sesungguhnya agama itu mudah Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah. Maka mempersungguhlah, mendekatlah, bergembiralah dan minta tolonglah di waktu pagi, sore dan saat akhir malam.” (Rowahul Bukhari)
Mudah-mudahan keindahan tidak menjadi wajah kemelekatan yang baru. Biarkanlah agama ini tetap mudah, indah dan gampang, sesuai fitrahnya. Jika belum menemukan keindahan di dalamnya, jangan salahkan cerminnya (baca: agamanya). Salahkanlah wajah yang ada di dalam cerminnya yaitu para penganutnya. Dan sudahkah kita menemukannya?
The post Mudah, Indah dan Gampang appeared first on Lembaga Dakwah Islam Indonesia.
Sumber berita : https://ldii.or.id/mudah-indah-dan-gampang/